"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

29 Januari 2011

Hormatilah Para Penguasa Muslim

Salah satu prinsip pokok aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dari kalangan para Shahabat, Tabi’in dan orang-orang yang menempuh jalan mereka adalah menghormati dan memuliakan para penguasa kaum muslimin. Karena ada kaedah yang mengatakan bahwa menjaga kemaslahatan umum adalah wajib. Dan hal ini tidak mungkin terwujud kecuali dengan adanya penghormatan rakyat kepada para pemimpinnya. Bilamana terjadi penentangan serta penghinaan terhadap mereka, maka akan terhalanglah pintu kemaslahatan umat. 



Demikian juga telah dimaklumi, sebuah negara tidak akan tegak kecuali harus dengan imam (penguasa) yang menyatukan kalimat. Dan seorang imam tidak akan kuat kepemimpinannya kecuali kalau dia ditaati. Karena itulah Syariat menyuruh umatnya untuk taat kepada penguasa selama dia menyuruh kepada yang ma’ruf. Adapun jika dia menyuruh kepada yang mungkar, maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Sang Pencipta.



Penguasa adalah Cermin Rakyatnya.
 
Kualitas pemimpin yang mengatur kehidupan kita adalah cermin dari diri kita sendiri sebagai rakyat yang dipimpin. Kalau rakyat curang, senang menipu, maka Allah akan mengutus penguasa yang karakternya kurang lebih sama dengan karakter orang yang dipimpin. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu berkuasa atas sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. [terjemah al An’aam ayat 129]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

“Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa musim paceklik, kesulitan hidup, serta dikuasai oleh penguasa yang zalim”, [terjemah HR. Ibnu Majah]

Kalau persoalan timbangan dan takaran yang curang menyebabkan kita dikuasai oleh pemimpin yang zalim, maka bagaimana jika kecurangan yang dilakukan lebih besar lagi?!

Alangkah anehnya ketika sebagian orang begitu kerasnya mengkritik, mencela dan menyudutkan pemerintah karena dinilai zalim, tidak adil, dan lain sebagainya, tapi dia sendiri tidak pernah mau mengoreksi dirinya. Sebagian orang begitu getolnya menyuarakan penegakan Syariat, tapi ternyata dia sendiri masih jauh dari mengamalkan Syariat yang sesungguhnya. Seharusnya kita saat ini harus lebih banyak beristighfar, bertaubat, berdoa dan bertekad untuk memperbaiki diri kita masing-masing, niscaya Allah akan mengutus pemimpin dan penguasa yang bersikap adil dan sayang kepada rakyatnya.

Imam Hasan al Bashri pernah berwasiat: ”Ketahuilah, semoga Allah mengampunimu, sesungguhnya kezaliman penguasa adalah sebagian siksaan dari Allah. Sedangkan siksaan Allah tidak bisa dihadapi dengan senjata, tetapi diantisipasi dan ditolak dengan doa, taubat dan kembali kepada Allah serta menahan diri dari perbuatan dosa. Sesungguhnya siksaan Allah itu kalau dihadapi dengan menggunakan senjata, maka akan bertambah parah”.



Untuk Para Pemimpin dan Aparatnya.

Rakyat merindukan pemimpin-pemimpin yang memiliki keistiqamahan dalam berkata, berbuat dan bertindak. Anda semua adalah harapan rakyat. Di pundak anda sekalian terdapat tanggung jawab yang besar. Berkacalah kepada para pemimpin umat Islam terdahulu. Kekuasaan menjadikan mereka bertambah takut dan dekat kepada Allah dan bukan justru menjadikan mereka semakin lupa daratan dan mabuk kekuasaan. Masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Masih banyak rakyat yang belum mendapatkan pendidikan layak dan layanan kesehatan yang memadai. Kalau persoalan tabung gas saja belum dapat diselesaikan dengan cara yang baik dan bijak, apalagi dengan masalah yang lebih besar dan rumit. Camkanlah ungkapan Umar bin Khattab : “Jika ada seekor keledai di negeri Irak yang terperosok ke dalam lubang di suatu jalan, niscaya aku merasa akan ditanya pada hari kiamat kelak, ‘Mengapa engkau tidak memperbaiki jalanan itu?’.”

Sudah saatnya para pemimpin bangsa ini sadar, bahwa tidak ada sistem dan aturan bernegara yang dapat menyelesaikan seluruh persoalan umat kecuali sistem dan aturan yang berasal dari Dzat Yang Maha Bijaksana yang paling mengetahui kemaslahatan dan kemudharatan bagi umat manusia.

Ya Allah, kami sadar bahwa mengatur hajat hidup orang banyak tidaklah mudah, butuh kekuatan dan kesabaran, terkadang harapan berbuat kebaikan tidaklah berbuah kebaikan di kenyataan, Ya Allah, tunjukilah para pemimpin kami kepada jalanMu yang lurus, bimbing mereka untuk berbuat adil dengan SyariatMu, tuntun mereka agar lebih sayang kepada rakyat, dan berilah kami kesabaran untuk melewati ujian yang Engkau timpakan kepada kami lewat mereka.


(Maraji’: Naskah Khutbah Seragam Idul Fitri 1431 DPP Wahdah Islamiyah Makassar & “Manhaj Ahlussunnah dlm Bersikap thd Penguasa”, Syaikh Abdussalam bin Barjas)