"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

07 Januari 2012

Sebuah Kisah Kemenangan


Pada kejadian tahun 1217, Al-Amir (Raja) Su’ud bin Abdul Aziz memasuki Makkah, berthawaf dan sa’i, kemudian ia membagi tentaranya untuk menghancurkan kubah-kubah yang dibangun diatas kuburan dan bangunan-bangunan kesyirikan. Dahulu di Makkah, yang seperti ini sangatlah banyak, baik di dataran rendahnya, atas, tengah dan rumah-rumahnya.

Ia tinggal di Makkah selama lebih dari dua puluh hari, dan kaum muslimin tinggal didalamnya selama belasan hari menghancurkan kubah-kubah (kuburan). Mereka berpagi-pagi setiap harinya untuk menghancurkannya.

Untuk Allah al Wâhid al Ahad mereka mendekatkan diri, hingga tidak tersisa di Makkah sesuatu pun dari bangunan-bangunan dan kubah-kubah itu kecuali mereka hancurkan, dan mereka jadikan serpihan tanah!!

(‘Unwân al Majd, I/ 263)

Beliau Tidak Menyuruh Membangun Diatas Kuburan

Berkata Imam al-‘Allamah Muhammad bin Isma’il ash-Shan’ani rahimahullahu (w. 1182 H) :

“Jika engkau mengatakan : ‘Ini kubur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah dibuatkan untuknya sebuah kubah yang sangat megah, diinfakkan untuknya harta yang banyak?!’



Aku katakan : Ini adalah kejahilan yang sangat besar terhadap realita yang sebenarnya!

02 Januari 2012

Antara Tanaman dan Semut



Sebuah tumbuhan aneh yang ada di alam ini. Tanaman ini takut dengan serangga-serangga yang suka memakan tumbuhan. Lantas apa yang dilakukannya untuk mempertahankan diri?


Allah Yang Maha Mulia telah membekali tanaman ini dengan alat khusus yang memancarkan sebuah materi yang disukai oleh semut. Semut akan berdatangan kepadanya untuk makanan tersebut. Sebagai imbalannya, semut pun bertugas melindungi tanaman ini dari serangga yang ingin memakannya!! Maha Suci Engkau ya Rabb. Makhluk-makhluk seperti ini pun tidak Engkau lupakan dari kasih sayang-Mu, maka jangan lupakan kami dari kasih sayang-Mu ya Allah…


Allah Ta’ala berfirman :


وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ


“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”. [QS. Hud ‘alaihissalam : 6]




Sumber :
www.kaheel7.com

Siapa Yang Akan Anda Ikuti?



Berkata Imam Ibnu Qayyim al Jauziyyah rahimahullah :



“Jika saja berdoa di sisi kubur, sholat di sisinya dan mengambil berkah dengannya adalah sebuah keutamaan, atau sebuah sunnah, atau sebuah perkara yang mubah, niscaya kaum Muhajirin dan Anshar akan membangun kubur (Nabi) itu sebagai sebuah simbol, berdoa di sisinya, dan menjadikan hal itu sebagai sunnah bagi orang-orang yang datang setelah mereka.


Akan tetapi mereka lebih tahu dan paham tentang Allah, rasul-Nya dan agama-Nya dibandingkan orang-orang yang datang setelah mereka.

 

Demikian juga para Tabi’in (orang-orang yang mengikuti) mereka dengan baik, mereka berjalan diatas jalan itu. Di masa mereka sangat banyak kubur-kubur para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang tersebar di berbagai negeri, dan mereka (para Tabi’in) masih banyak yang hidup, namun tidak ada diantara mereka yang beristighatsah disisi kubur seorang Sahabat, tidak juga berdoa kepadanya, berdoa dengan perantaraannya, berdoa di sisinya, tidak juga ber-istisqa (meminta hujan) dengan perantaraannya, atau meminta tolong kepadanya.



Dan seperti yang sudah dimaklumi, perkara yang seperti ini adalah perkara-perkara yang sangat besar obsesi dan keinginan untuk menukil dan menyampaikannya, bahkan untuk perkara-perkara yang lebih rendah darinya”.




(Ighatsah al Lahafan, I/ 319)

MAKAM NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM





Untuk mencari pembenaran atas perbuatannya, para pengagung kuburan paling sering berdalih dengan kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berada dalam bagian Masji Nabawi tanpa ada yang mengingkari masuknya makam tersebut ke dalam area masjid. Kalau seandainya hal itu diharamkan, niscaya beliau tidak akan dikuburkan di dalamnya… Demikian ungkapan mereka

 

Jawabannya :

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikuburkan di kamar Aisyah radhiyallahu ‘anha yang berada di sebelah timur masjid, karena para nabi ‘alaihimussalam dikuburkan di tempat mereka meninggal.


Alasan lainnya mengapa para Sahabat radhiyallahu ‘anhum menguburkan beliau dalam kamar Aisyah adalah agar tidak ada seorang manusia pun yang bisa menjadikannya sebagai tempat ibadah sebagaimana yang disebutkan Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata : Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :



لعنة الله على اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبياءهم مساجد


“Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nasrani! Mereka telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai tempat ibadah”.

Aisyah berkata : “Kalau bukan karena hal itu, niscaya kuburnya akan dikeluarkan. Hanya saja dikhawatirkan akan dijadikan sebagai tempat ibadah (masjid)”. (Riwayat Al Bukhary dan Muslim).


 

Di sisi lain, kubur tersebut masuk menjadi bagian masjid di masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik setelah kematian seluruh Sahabat radhiyallahu ‘anhum. Pada tahun 88 H, al-Walid memerintahkan perluasan masjid kearah timur yang merupakan bekas kamar-kamar Ummahatul Mukminin termasuk kamar (hujrah) Aisyah yang berada di dalamnya makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi, masuknya makam tersebut ke masjid semata-mata karena untuk kepentingan perluasan masjid bukan secara sengaja ingin memasukkan makam ke dalam masjid.

Karena itu, tidak sah berargumen dengan apa yang terjadi setelah masa Sahabat radhiyallahu ‘anhum, terlebih hal itu jelas-jelas menyelisihi hadits-hadits shahih dan apa yang dipahami oleh para Salaf radhiyallahu ‘anhum. Al-Walid telah keliru ketika memerintahkan hal tersebut. Alangkah baiknya kalau ia memerintahkan perluasan masjid dari sisi yang lainnya sebagaimana yang terjadi di masa Umar dan Utsman tanpa menyentuh Hujrah Nabawiyyah.


Adapun klaim bahwa tidak ada yang mengingkari hal tersebut adalah dakwaan tanpa bukti. Tidak adanya pengetahuan bukanlah dalil akan ketiadaan hal tersebut. Diamnya para ulama juga tidak mesti sebagai wujud atas keridhaan dan persetujuan. Terlebih dimasukkannya makam tersebut ke dalam masjid dilakukan oleh seorang Khalifah yang memiliki kekuatan. Dan walaupun demikian keadaannya, yang menjadi rujukan adalah dalil, bukannya keadaan dan perbuatan manusia, wallahul musta’an.