"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

30 Desember 2012

Ziarah Kubur pada Hari Jumat

Terdapat sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

من زار قبر والديه أو أحدهما كل جمعة غفر له وكتب بارًا

"Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satunya pada setiap hari Jumat, niscaya akan diampunkan baginya dan dicatat sebagai anak yang berbakti."

Saya mengharapkan faedah, apakah ada doa khusus yang diucapkan di sisi kubur kedua orang tua atau salah satunya? Apakah ziarah itu sebelum shalat Jumat atau setelahnya? Ataukah ada waktu yang diutamakan pada hari Jumat tersebut?


Jawab :

Pertama, hadits yang disebutkan dha'if jiddan (sangat lemah), tidak layak untuk berhujjah (berargumen) dengannya karena kelemahannya dan tidak sah penisbatannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Kedua, ziarah kubur disyari'atkan pada waktu mana saja dan tidak ada dalil yang mengkhususkan ziarah pada hari Jumat atau yang selain hari Jumat. 

Imam Muslim rahimahullahu telah meriwayatkan dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya radhiyallahu 'anhuma ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan mereka jika pergi ke kuburan untuk mengucapkan,

السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين،وإنا إن شاء الله بكم لاحقون، أسأل الله لنا ولكم العافية

"Keselamatan untuk penduduk negeri dari kalangan orang-orang mukmin dan orang-orang muslim. Kami insyaallah akan menyusul kalian. Aku memohon keafiatan untuk kami dan kalian."

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati pekuburan Madinah. Maka beliau menghadapkan wajahnya kearah mereka (para penghuni kubur) dan berkata,

السلام عليكم أهل القبور، يغفر الله لنا ولكم، أنتم سلفنا ونحن بالأثر

"Keselamatan atas kalian wahai para penghuni kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan kalian. Kalian adalah pendahulu kami dan kami dalam jejak kalian.", diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia berkata, "Hadits hasan."

Wa bi_Llahi at taufiq.

وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Al-Lajnah ad-Da'imah li al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta' (Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia)

Ketua :
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Wakil :
Abdul Razzaq Afifi

Anggota :
Abdullah bin Qu'ud

------------------

Sumber :

Fatawa al-Lajnah ad-Da'imah, IX/hal. 113, fatwa no. 7777

22 Desember 2012

Keyakinan bahwa Ali lebih Berhak dengan Khilafah adalah Kesesatan

Diantara keyakinan (Syi'ah) Zaidiyah bahwa khilafah adalah milik Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, para Shahabat telah menzaliminya dan mengambil haknya, dan bahwasannya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam telah mewasiatkan khilafah itu untuknya setelah kematian beliau.

***

Jawab :

Khilafah setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah untuk Abu Bakr, kemudian Umar, kemudian Utsman dan kemudian Ali, semoga Allah meridhai mereka. Yang demikian adalah dengan ijma' (konsensus) seluruh kaum muslimin. Siapa yang mengingkari khilafah salah seorang dari mereka itu maka dia adalah sesat, menyelisihi apa yang diyakini oleh Ahlussunnah wal Jama'ah dari kalangan Shahabat radhiyallahu 'anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Wa bi_Llahi at taufiq.

وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Al-Lajnah ad-Da'imah li al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta' (Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia)

Ketua :
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Wakil Ketua :
Abdul Aziz bin Abdullah Alu asy-Syaikh

Anggota :
Abdullah bin Ghudayyan
Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Bakr bin Abdullah Abu Zaid

-----------------

Sumber : Fatawa al-Lajnah ad-Da'imah, al-Majmu'ah ats-Tsaniyah, fatwa no. 20619/www.alifta.net

20 Desember 2012

Berinteraksi dengan Orang Kafir

Pertanyaan : Metode terbaik apa yang pantas dalam berinteraksi dengan dzimmi (warga negara kafir yang hidup di negeri-negeri Islam)? Apakah cukup dengan interaksi biasa saja?

Jawab :

Metode terbaik dalam interaksi kaum muslimin terhadap seorang dzimmi adalah setia kepadanya dengan dzimmah (jaminan keamanan)nya; karena ayat-ayat dan hadits-hadits yang memerintahkan untuk setia dalam perjanjian. (Demikian juga) berbuat baik terhadapnya dan mempergaulinya dengan sikap adil, dengan dalil firman Allah Ta'ala,

لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم فى الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا إليهم، إن الله يحب المقسطين

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah ayat 8);

melembutkan perkataan bersamanya, berbuat baik kepadanya secara umum, kecuali dalam perkara yang dilarang oleh Syari'at seperti memulai memberi salam kepadanya, menikahkannya dengan seorang muslimah, memberinya bagian warisan dari seorang muslim dan yang semacamnya dari yang disebutkan dalil tentang pelarangannya. Untuk lebih rincinya, silahkan merujuk ke kitab "Ahkam Ahl adz-Dzimmah" oleh al-'Allamah Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan perkataan ulama-ulama lainnya dalam persoalan tersebut.

*****

Pertanyaan : Bagaimana metode berinteraksi dengan seorang Nasrani yang bertetangga di asrama atau sekolah? Bolehkah saya berkunjung dan mengucapkan selamat atas hari raya mereka?

Jawab :

Dibolehkan berinteraksi dengan seorang Nasrani yang bertetangga, (yaitu) dengan berbuat baik kepadanya, membantunya dalam perkara-perkara yang mubah (boleh), melakukan kebajikan, berkunjung kepadanya untuk mendakwahinya kepada (agama) Allah, barangkali saja Allah memberikannya hidayah kepada Islam. Adapun menghadiri hari raya mereka dan memberi ucapan selamat, maka hal itu tidak  boleh dengan dalil firman Allah Ta'ala,

وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان

"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan." (QS. Al-Ma'idah ayat 2);

Karena menghadiri perayaan mereka dan mengucapkan selamat termasuk dalam jenis muwaalaat (loyalitas) yang diharamkan. Demikian pula menjadikan mereka sebagai sahabat karib.

*****

Pertanyaan : Bolehkah saya meletakkan di hadapan mereka buku-buku yang berisi ayat-ayat (al-Quran) yang mulia yang menetapkan keesaan Allah, tertulis dalam bahasa Arab dan terjemah maknanya dalam bahasa Inggris?

Jawab :

Iya, Anda boleh meletakkan di hadapan mereka buku-buku yang berisi ayat-ayat al-Quran untuk berdalil dengannya tentang hukum, tauhid dan selainnya,  baik itu dalam bahasa Arab atau terjemah maknanya. لآahkan, salut buat Anda atas perbuatan tersebut. Karena memperlihatkannya di hadapan mereka atau meminjamkannya untuk dipelajari termasuk dalam penyampaian dan dakwah kepada Allah, dan pelakunya berpahala jika mengikhlaskan niat padanya.

*****

Pertanyaan : Jika kami memiliki tetangga orang kafir (Nasrani), bagaimana berinteraksi dengan mereka jika mereka memberikan hadiah? Apakah kami boleh menerimanya? Apakah boleh kami (para wanita) menampakkan wajah kami atau bolehkah mereka melihat dari kami yang lebih dari wajah? Dan apakah boleh kami membeli dari pedagang-pedagang Nasrani?

Jawab :

Berlaku baiklah kepada orang yang berbuat baik kepada kalian dari golongan mereka. Jika mereka memberikan hadiah yang mubah, balaslah kebaikan mereka itu dengan yang sepadan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menerima hadiah dari Gubernur Romawi yang beragama Nasrani dan menerima hadiah dari orang-orang Yahudi. Allah Ta'ala berfirman,

لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم فى الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا إليهم، إن الله يحب المقسطين، إنما ينهاكم الله عن الذين قاتلوكم فى الدين وأخرجوكم من دياركم وظاهروا على إخراجكم أن تولوهم، ومن يتولهم فأولئك هم الظالمون

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Mumtahanah ayat 8 dan 9);

Boleh bagi Saudari penanya memperlihatkan kepada wanita-wanita mereka apa yang boleh diperlihatkan kepada wanita-wanita muslimah dari apa yang bisa disingkap atau perhiasan dari pakaian dan yang semacamnya, menurut yang paling benar dari dua pendapat ulama. Saudari juga boleh membeli dari mereka barang-barang mubah yanng diperlukan.

-------------------------

Sumber :

Fatawa al-Lajnah ad-Da'imah, al-Majmua'ah al-Ula.
www.alifta.net

17 Desember 2012

Merasa Sial dengan Bulan Shafar

Banyak yang beranggapan bahwa bulan Shafar adalah bulan sial, yang mana sebagian orang awam meyakini kesialan tersebut pada banyak perkara. Mereka tidak mau melaksanakan pernikahan pada bulan tersebut sebagai contohnya. Dan juga jika dia berada di acara akad pernikahan, sebagian orang meyakini bahwa dia tidak boleh mematahkan batang kayu, mengikat tali atau menyilangkan/menjalin jari jemari. Karena hal itu diyakini akan membawa pada kegagalan pernikahan tersebut dan tidak akan bersatu antara pasangan suami-istri.

Karena hal ini sangat berkai erat dengan aqidah, kami sangat mengharapkan nasehat dan penjelasan hukum syar'inya. Semoga Allah memberikan taufiq kepada semua dalam perkara yang Dia sukai dan ridhai.

***

Jawab :

Merasa sial dengan bulan Shafar termasuk tradisi jahiliyah, tidak boleh melakukan hal tersebut. Bulan Shafar seperti bulan-bulan lainnya, tidak ada kebaikan atau keburukan padanya. Kebaikan hanya datang dari Allah subhanahu, dan keburukan juga terjadi dengan ketetapan-Nya. Telah sah riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau melarang keyakinan tersebut dan bersabda,

لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر

"Tidak ada penyakit menular, kesialan, haamah dan shafar." [1]; disepakati keshahihannya.

Demikian juga merasa sial dengan menjalin jari-jemari, mematahkan batang kayu dan yang semacamnya pada saat akad nikah adalah perkara yang tidak ada sumbernya (dalam Syari'at), tidak boleh meyakininya, bahkan hal itu adalah kebatilan. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua.


Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz


--------------------

[1] Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab "As-Salam". "Haamah" adalah burung hantu, karena orang Arab dahulu suka merasa sial dengan melihat atau mendengar suara burung hantu. "Shafar" adalah bulan Shafar sebagaimana dalam pembahasan fatwa diatas.

Sumber :

Fatawa Ibn Baz, XXVIII/hal. 357, dimuat pada Majalah Ad-Dakwah no. 1641, 18/1/1419 H.


Firqah Khawarij

Apakah makna hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang muttafaq 'alaihi (disepakati oleh al-Bukhary dan Muslim), dimana beliau bersabda;

سيخرج قوم فى آخر الزمان حداث الأسنان سفهاء الأحلام يقولون من قول خير البرية لا يجاوز إيمانهم حناجرهم، يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية، فأينما لقيتموهم فاقتلوهم، فإن فى قتلهم أجرًا لمن قتلهم يوم القيامة

"Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang masih belia, berpikiran dangkal, mereka mengucapkan perkataan sebaik-baik hamba, iman mereka tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya. Dimana saja kalian menjumpai mereka, perangilah mereka, karena dalam memerangi mereka ada pahala bagi  yang memeranginya pada hari Kiamat.";

untuk siapa hadits ini ditujukan dan kapankah masa yang diisyaratkan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam?

*****

Jawab :

Hadits ini dan yang semakna dengannya dimaksudkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk sebuah kelompok yang bernama "Khawarij"; karena mereka telah berlebih-lebihan dalam beragama, mengkafirkan kaum muslimin disebabkan dengan dosa-dosa, yang sebenarnya (dosa-dosa itu) tidak menjadikan jatuhnya vonis kafir oleh Islam. Mereka telah memberontak di zaman Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dan mereka mengingkari beberapa perkara darinya. Ali telah mendakwahi mereka untuk rujuk kepada kebenaran, mendebat mereka dalam perkara tersebut, sehingga rujuklah sebagian besar mereka kepada kebenaran dan yang lainnya tetap bertahan. Ketika mereka telah mengganggu kaum muslimin, Ali radhiyallahu 'anhu memerangi mereka, dan demikian juga para penguasa sesudahnya memerangi mereka; demi untuk mengamalkan hadits yang telah disebutkan dan hadits-hadits yang semakna. Mereka masih memiliki pengikut hingga saat ini, dan hukumnya berlaku umum bagi setiap orang yang meyakini aqidah mereka pada setiap masa dan tempat.

و بالله التوفيق، و صلى الله على نبينا محمد و آله و صحبه و سلم

Al-Lajnah ad-Da'imah li al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta'

Ketua :
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Anggota :
Abdullah bi Ghudayyan
Abdullah bin Qu'ud

-------------------

Sumber :

Fatawa al-Lajnah ad-Da'imah, al-Majmu'ah al-Ula, II/hal. 368-369, fatwa no. 4297

16 Desember 2012

Bahlul

Ini bukan tentang manusia bahlul[1] yang bodoh. Bukan sama sekali. Tapi ini adalah tentang seorang murid Imam Malik bin Anas rahimahullahu. Namanya Bahlul bin Rasyid Al-Qairawani. Engkau harus tahu, ia adalah seorang ahli ibadah yang zuhud dan wara'. Semua orang tahu itu. Tapi negerinya sungguh jauh. Di ujung barat Benua Afrika. Tepatnya di sebuah kota bernama Qairawan. Namun kisahnya sungguh mengagumkan...

Berikut ini adalah salah satunya...

***

Hari itu tiba sepucuk surat yang ditujukan kepada Bahlul bin Rasyid. Surat dari seorang wanita. Namun bukan siapa-siapa. Bukan istri atau kerabat. Surat itu datang dari negeri yang sangat jauh. Samarkand, Khurasan. Untuk kesana, engkau harus melintasi Baghdad, menyeberangi sungai Eufrat hingga nyaris tiba di bumi Allah bernama Afghanistan. Sungguh jauh... Bayangkanlah berapa jarak waktu yang mengantarkan surat itu hingga tiba di hadapan Bahlul bin Rasyid. Pastilah demi sesuatu yang begitu penting.

Bahlul memandang surat itu sebentar. Lalu membukanya.

"Dari seorang wanita di Tanah Samarkand, Khurasan.

Tuan,

Aku pernah mengalami sebuah penyakit kejiwaan. Tidak seorang pun yang mengalaminya kecuali aku. Namun aku kemudian bermohon kepada Allah agar disembuhkan dari penyakit ini dan aku pun disembuhkan. Aku pun beribadah dan tenggelam di dalamnya. Lalu aku bertanya kepada orang-orang tentang siapakah gerangan ahli ibadah yang masih tersisa di muka bumi ini. Padaku diberikanlah empat nama, dan salah satunya adalah Anda, Tuan Bahlul...

Karena itu, aku menulis surat ini kepada Anda. Aku minta pada Anda, Demi Allah, berdoalah kepadaNya agar Dia melanggengkan nikmat beribadah ini padaku untuk selamanya..."

Tiba-tiba saja surat itu terlepas dan jatuh dari tangan Bahlul. Tangannya gemetar. Dan ia sendiri menyungkurkan wajahnya ke tanah. Ia menangis tersedu-sedu. Begitu sedihnya, hingga membasahi surat yang telah terlebih dahulu jatuh...

Murid-murid dan sahabat-sahabatnya hanya diam terpaku, tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi.

"Duhai Bahlul...," tiba-tiba saja Sang ahli ibadah yang zuhud itu berbicara pada dirinya sendiri. "Tidakkah engkau lihat, seorang wanita dari Samarkand mengirim surat padamu?!! Ia mengira engkau seorang hamba yang shalih... Duhai betapa celakanya engkau, jika saja Allah tidak menutupi semua aib-aibmu... Sungguh betapa celakanya engkau..."

***

Hmm, jika engkau mencari seorang manusia yang cerdas dan berakal, maka seperti itulah sesungguhnya manusia berakal itu...

-------------------

[1] Secara harfiah, dalam bahasa Arab "bahlul" itu artinya bodoh

Oleh : Muhammad Ihsan Zainuddin, "Tangannya telah Berada di Surga", hal. 75-78.

Perubahan dari Titik Nol

Episode-episode keterpurukan itu nampak sangat jelas. Keterpurukan dalam peradaban, ekonomi, budaya dan kekuatan milter persenjataan seperti menjadi sebuah serial yang terus saja berkelanjutan layaknya sebuah film atau sinetron yang selalu menyediakan episode lanjutan. Banyak yang pesimis dan kecut pada akhirnya. Yah, umat yang -katanya dan seharusnya- gagah menggantungkan 'izzahnya kepada Allah 'azza wa jalla itu dibuat kecut, pesimis dan rendah diri akibat terlalu banyak menyaksikan serial keterpurukannya sendiri. Akibatnya mereka menjadi kaku. Tidak mampu berdiri. Apalagi bergerak.

Padahal sesungguhnya, jenis kelemahan yang paling dahsyat adalah bila kita dengan penuh ketidakberdayaan menerima dan bersandar pada realitas. Realitas bahwa kita telah terpuruk. Realitas bahwa kekuatan hizb asy-syaithan begitu kuat dalam setiap lini. Sungguh, kelemahan yang satu ini sangat menakutkan. Sebab ketika kita semua menjadi manusia yang pasrah dengan kenyataan, lalu tidak berbuat apa-apa untuk menghentikan episode kekalahan ini, maka kita akan menjadi sekumpulan prajurit dan ksatria yang kalah sebelum perang mengibarkan benderanya. Sebab jiwa kita telah takluk, bertekuk lutut. Sekuat apapun senjata penghancurmu, jika jiwamu terkulai, jangan pernah bermimpi meraih kemenangan.

***

Jalan perubahan (baca : jalan kemenangan) itu sendiri sesungguhnya telah begitu jelas bagi umat ini. "Dan sungguh benar-benar Allah pasti akan memenangkan siapa yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat lagi Maha Berkuasa." (Terjemah al-Hajj ayat 40)

Seharusnya seorang mukmin tidak boleh kalah dan takluk di depan keputusasaan dan kerendahdirian. Sebab imam yang ia miliki bersumber dari Sang Rabb yang mengingatkannya, "Dan janganlah kalian merasa hina rendah, dan jangan (pula) kalian bersedih, sebab kalianlah yang tertinggi bila kalian beriman." (Terjemah Alu Imran ayat 139)

Hanya saja, umat ini seharusnya tidak pernah lupa akan satu hal. Bahwa kemenangan dan kebangkitan umat ini tidak akan lahir dengan sebuah mukjizat. Sebab ia akan terlahir melalui proses sunnatullah. Ya, sunnatullah itu tidak akan mungkin dilanggar. Sunnatullah yang disebutkan Allah Ta'ala ketika menyatakan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (Terjemah ar-Ra'ad ayat 11)

Jadi, bila engkau bertanya tentang titik awal jalan perubahan dan kemenangan ini, maka jawabnya adalah bahwa ia bermula dari diri kita masing-masing. Adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal -dan sangat disayangkan kesalahan ini diyakini sebagai kebenaran oleh sebagian pelaku pergerakan Islam- bila kita ingin mengubah keadaan tanpa terlebih dahulu melakukan perubahan pada diri para pelaku keadaan itu. Melakukan "pembangunan" ulang dan tarbiyah adalah jalan yang paling tepat untuk mengawali sebuah episode perubahan dan kemenangan. Sebab, kunci dasar dari sebuah kebangkitan dan perubahan keadaan ada pada diri manusia. Itulah sebabnya, dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sepenuhnya tertuju pada pembinaah (tarbiyah) dan pensucian (tazkiyah). "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummiy seorang Rasul, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah)." (Terjemah QS. al-Jumu'ah ayat 2)

Manusia dengan segala potensi yang dikaruniakan Allah padanya adalah makhluk yang memiliki kemampuan yang dahsyat untuk membuat sejarah. Itu pula sebabnya mengapa Allah Ta'ala memilih mereka untuk mengemban amanah yang paling berat. Amanah yang telah ditawarkan sebelumnya kepada langit, bumi dan gunung -makhluk yang secara fisik jauh lebih besar dari fisik manusia- lalu mereka semua menolaknya. Manusialah yang kemudian -dengan gagah- menerimanya.

Namun, manusia pulalah yang menjelma menjadi sosok makhluk yang sangat kompleks. Itulah sebabnya, siapa saja yang meyakini pentingnya membina pribadi pembangun peradaban dan kejayaan umat ini harus menyadari betul bahwa jalan tarbiyah dan tazkiyah ini adalah jalan yang panjang. Kesabaranmu harus berlipat. Dan nafasmu harus sangat panjang...

Tapi itulah jalannya. Jangan tergesa-gesa menitinya. Persis seperti saat dimana pada suatu ketika Khabbab bin Al-Arats radhiyallahu 'anhu mengeluh kepada Sang Rasul betapa beratnya penindasan kaum musyrik pada mereka dan mempertanyakan mengapa tidak segera meminta pada Allah untuk dimenangkan... Persis seperti jawab Sang Rasul yang marah memerah wajahnya, "Sungguh generasi sebelum kalian ada yang disisir kepalanya dengan sisir besi hingga terkoyak dan nampak tulang dari dagingnya, namun itu tak memalingkannya dari agamanya... Lalu diletakkan sebuah gergaji diatas kepalanya, kemudian (kepalanya itu) dibelah hingga menjadi dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya... Sungguh Allah pasti akan menyempurnakan urusan (agama) ini hingga seseorang dapat berkendara dari Shan'a ke Hadhramaut, ia tidak takut kecuali kepada Allah dan serigala yang akan menerkam dombanya... Tapi kalian adalah orang yang tergesa-gesa..." (Terjemah HR. al-Bukhary)

Jadi, itulah jalannya. Dan jalan itu belum pernah berhenti. Jalan itu tidak terhenti walau engkau telah mendapatkan kursimu. Jalan itu tidak akan berakhir saat orang-orangmu telah diangkat menjadi menteri. Tidak. Sebab jalan ini hanya akan berhenti ketika engkau telah mengeluarkan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk menuju penghambaan hanya kepada Sang Pencipta seluruh makhluk. Jalan itu akan usai pada satu titik. Pada titik "TAUHID".

(Oleh : Muhammad Ihsan Zainuddin-Makassar)

13 Desember 2012

Siapakah yang Dimaksud "Ahli Kitab"?

Siapakah Ahli Kitab di masa sekarang ini?

Orang-orang Nasrani (Salibis) yang beraqidah Trinitas, mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah. Orang-orang Yahudi (pembunuh para nabi), musuh-musuh Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam juga adalah orang-orang musyrik karena perkataan mereka : Kami adalah kekasih Allah, Tangan Allah terbelenggu, dst.; Kitab Sucinya juga telah diubah sebagaimana yang sudah diketahui. Karena itu, mohon dijelaskan dengan sejelas-jelasnya, hilangkan kebingungan orang-orang yang bingung, semoga Allah mengganjar Anda dengan kebaikan.

***

Jawab :

Ahli Kitab (Ahlul Kitab) merekalah Yahudi dan Nasrani dengan (aqidah) syirik mereka (itu). Syirik itu sudah ada pada mereka saat diturunkannya al-Quran kepada nabi kita, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah subhanahu telah mengabarkan tentang penyembahan orang-orang Nasrani terhadap al-Masih 'alaihissalam, dan perbuatan mereka yang menjadikannya tuhan bersama Allah dan beribadah kepadanya bersama ibadah mereka kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman :

لَقَدْ كَفَرَ الذِيْنَ قَالُوا إنَّ اللهَ هُوَ المَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah, Dia-lah Isa putra Maryam'." (QS. al-Maidah ayat 17)

Sebagaimana Allah telah mengabarkan tentang orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair (Ezra) adalah putra Allah. Dan Dia subhanahu juga mengabarkan tentang semua Ahli Kitab bahwasannya mereka telah menjadikan ulama-ulama dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Dia berfirman :

وَقَالَتِ اليَهُوْدُ عُزَيْرُ بْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَصَارَى المَسِيْحُ ابْنُ اللهِ، ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأفْوَاهِهِمْ، يُضَاهِئُوْنَ قَوْلَ الَذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ، قَاتَلَهُمُ اللهُ أنَّى يُؤْفَكُوْنَ

"Dan orang-orang Yahudi berkata, 'Uzair putra Allah', dan orang-orang Nasrani berkata, 'Al-Masih putra Allah.' Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS. at-Taubah ayat 30)

Dan firman-Nya Ta'ala :

قُلْ يَا أهْلَ الكِتابِ تَعَالَوا إلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ ألا نَعْبُدَ إلا اللهُ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا ولا يَتَّخِذُ بَعْضُنَا بَعْضًا أرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ، فَإنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوْا اشْهَدُوا بِأنَّا مُسْلِمُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), 'Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah.' Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), 'Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim!'." (QS. Alu Imran ayat 64)

Dan Dia subhanahu mengabarkan tentang ucapan mereka mengenai Trinitas dan melarang mereka tentang hal tersebut. Dia berfirman :

يَا أهْلَ الكِتَابِ لا تَغْلُوْا فِي دِيْنِكُمْ

"Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu..."; sampai kepada firman-Nya :

وَلا تَقُوْلُوْا ثَلاَثَةٌ، انْتَهُوْا خَيْرًا لَكُمْ، إنَّمَا اللهُ إلَهٌ وَاحِدٌ

"Dan janganlah kamu mengatakan, '(Tuhan itu) tiga'; berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah, Tuhan Yang Maha Esa..." (QS. an-Nisa' ayat 171);

dan lain-lainnya dari ayat-ayat yang menunjukkan akan kesyirikan dan kekufuran mereka saat turunnya wahyu, dan Dia telah menamakan mereka "Ahli Kitab" dalam banyak tempat dalam al-Quran. Wa bi_Llahi at taufiq.

وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم


Al-Lajnah ad-Da'imah li al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta' (Lembaga Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia)

Ketua :
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Wakil Ketua :
Abdul Razzaq Afifi

Anggota :
Abdullah bin Ghudayyan
Abdullah bin Qu'ud

----------------

Sumber : Fatawa al-Lajnah ad-Da'imah, III/422-423, fatwa no. 7150

12 Desember 2012

Dengan adanya Hijab, Shaf Pertama yang Paling Utama untuk Wanita

Saudari H.I.M. dari Riyadh berkata dalam pertanyaannya :

Kami sekelompok wanita shalat di masjid di bulan Ramadhan, di tempat yang terpisah dari laki-laki, dimana mereka tidak bisa melihat kami dan kami tidak melihat mereka. Aku perhatikan bahwa para akhawat tidak menyempurnakan dan merapikan shaf-shaf pertama. Sebagian mereka berargumen dengan hadits Rasul shallallahu 'alaihi wasallam yang beliau mengatakan padanya : "Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depannya dan seburuk-buruknya adalah yang paling akhirnya, dan sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling akhirnya dan yang paling buruknya adalah shaf depannya." Maka saya katakan pada mereka : "Hadits ini dimaksudkan ketika dahulu para wanita shalat di belakang laki-laki tanpa hijab. Adapun sekarang, keadaan telah berubah..", akan tetapi mereka tidak mau mendengarkan perkataanku.

Kami berharap dari Syaikh yang Mulia memberikan faedah kepada kami tentang masalah ini, karena itulah keadaan yang umumnya ada di banyak masjid kaum muslimin. Jazakumullahu khairan.

***

Jawab :

Hadits yang disebutkan adalah hadits shahih, akan tetapi hal itu dibawa kepada makna yang Saudari sebutkan menurut para ulama, yaitu keadaan dimana para laki-laki, tidak ada pembatas antara mereka dengan para wanita. Adapun jika para wanita tertutup dari (pandangan) laki-laki, maka sebaik-baik shaf mereka adalah yang paling depan dan seburuk-buruk shafnya adalah yang paling belakang sebagaimana halnya laki-laki. Mereka wajib menyempurnakan shaf pertama dan yang berikutnya, serta menutup tempat yanng lowong, dengan keumuman (dalil) hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam masalah tersebut. Semoga Allah memberikan taufiq kepada semuanya dalam perkara yang Dia cintai dan ridhai.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

------------------

Sumber : Fatawa Ibn Baz, XII/hal. 197

11 Desember 2012

Adakah Perbedaan antara Shalat Wanita dan Laki-Laki?

Apakah ada perbedaan antara shalat wanita dan laki-laki dalam gerakan-gerakannya seperti mengangkat tangan sejajar telinga dan meletakkan tangan di dada?

***

Jawab :

Yang benar, shalatnya sama seperti laki-laki, dengan dalil sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam,

صلوا كما رأيتموني أصلي

"Shalatlah sebagaimana kamu lihat aku shalat"; dan beliau tidak mengecualikan wanita.

Apa yang disyari'atkan bagi laki-laki seperti mengangkat tangan, meletakkan tangan di dada, meletakkan tangan di lutut saat ruku, meletakkan tangan saat sujud sejajar bahu atau sejajar telinga; semua berlaku untuk laki-laki dan wanita. Demikian pula membaca al-Fatihah, dan bacaan (ayat) yang mudah bersamanya dalam dua rakaat pertama dan kedua dari shalat Dzhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya'. Begitu juga dalam shalat Fajar. Pada rakaat ketiga dari shalat Maghrib, ia membaca al-Fatihah saja. Dan rakaat ketiga dan keempat dari shalat Isya, Dzhuhur dan Ashar juga membaca al-Fatihah. Maksud (dari penjelasan ini), wanita sama dengan laki-laki.

-----------------

Sumber :

Fatawa Nur 'ala ad Darb, pertanyaan no. 21, rekaman no. 185.
www.alifta.net

09 Desember 2012

Kedunguan Para "Pengagung" Kuburan

Para pelaku kesyirikan memang aneh. Hal-hal yang tidak sejalan dengan akal sehat pun akan mereka lakukan. Alangkah pandainya syaitan memanfaatkan kejahilan mereka. Semoga Allah melindungi kita dan seluruh kaum muslimin dari kejahilan dan kesyirikan. Amin.

***

Diantara kejadian yang sangat masyhur tentang kisah pendudukan Perancis atas kota Kairouan, Tunisia, adalah kisah berikut ini;


Seorang laki-laki Perancis "masuk" Islam dan mengganti namanya menjadi "Sayyid Ahmad al-Hadi". Ia berusaha keras untuk mendapatkan ilmu Syari'at hingga akhirnya berhasil memperoleh gelar kesarjanaan yang tinggi dalam bidang tersebut. Ia pun ditunjuk menjadi imam di sebuah masjid besar di kota Kairouan.

Ketika tentara Perancis menyerang dan mendekati Kairouan, penduduk pun bersiap-siap untuk mempertahankan kota mereka. Mereka datang kepada Sang Imam dan memintanya untuk "bermusyawarah" dengan kubur "Syaikh" yang ada dalam masjid, yang mereka yakini sebagai "wali".

Masuklah Sayyid Ahmad ke dalam kompleks makam. Tidak lama kemudian, ia keluar dengan wajah yang sedih atas bencana yang akan menimpa kota tersebut. Ia berkata kepada penduduk, "Syaikh menasehati kalian untuk menyerah, karena kota ini pasti akan jatuh ke tangan musuh!"

Orang-orang awam yang lugu itu menuruti perkataannya dan tidak mengadakan perlawanan sedikit pun untuk mempertahankan kota. Akhirnya, tentara Perancis memasuki kota Kairouan dengan aman pada tanggal 26 Oktober 1881 Miladi.

***

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullahu menyebutkan bahwa ketika tentara Rusia maju untuk menyerbu kota Bukhara, penduduk kota bersegera pergi dan meminta perlindungan kepada "Pelindung Bukhara" yang mereka sebut sebagai "Syah Naqsyaband". Sama sekali hal itu tidak bermanfaat untuk mereka dan Bukhara akhirnnya terjajah d bawah kekuasaan Komunis.

Beliau juga menyebutkan bahwa ketika terjadi berbagai macam bencana dan serangan tentara asing terhadap penduduk Marrakesh (sekarang di Kerajaan Maroko), penduduk berkumpul di sekitar makam "Syaikh Idris", di kota Fez, meminta perlindungan dan kebebasan dari sang penghuni kubur, dan melupakan tuntutan zaman yang mengharuskan mereka mentarbiyah diri dan mempersiapkan kekuatan militer yang mampu menahan serangan musuh... Innaa li_Llaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.

***

Seorang tokoh di Maghrib (Maroko) yang disebut sebagai "Abu Himar" mengadakan pemberontakan bersenjata pada tahun 1321 H melawan Sultan Maghrib saat itu. Dia memulai pemberontakan itu dengan menghadiri sebuah perayaan yang sangat masyhur di sukunya "Hayayina". Perayaan tersebut dihadiri suku-suku lain dan dilaksanakan di sekitar makam Muhammad bin al-Hasan al-Jinati, yang sangat diagungkan penduduk dan dianggap sebagai seorang wali yang shalih.

Abu Himar menghadiri perayaan itu dan membeli 7 ekor banteng yang dia sembelih untuk mendekatkan diri (qurbah) kepada "Sang Wali". Perbuatannya ini memberikan pengaruh besar dalam membangkitkan sentimen kesukuan dan menggiring mereka bergabung di bawah benderanya. Maka terjadilah pemberontakan tersebut yang berlangsung selama 7 tahun. Wallahul musta'an.

***

Disebutkan oleh seorang sejarawan Arab, Al-Jabaruti, bahwa ketika tentara Perancis meninggalkan kota Kairo, Mesir, pada tahun  1216 H; Panglima Tentara Kesultanan Utsmani, Husain Pasya al-Qabthan bersegera menziarahi al-Masyhad al-Husaini (yang diklaim secara dusta sebagai kubur al-Husain radhiyallahu 'anhu). Dia menyembelih 5 ekor kerbau dan 7 ekor domba sebagai pengagungan dan pelayanan bagi kubur tersebut!!

***

Di pedesaan Maghrib (Maroko) yang dijajah Spanyol; suku-suku disana pernah mengadakan pemberontakan besar melawan tentara pendudukan, dikarenakan orang-orang Spanyol ingin membangun sebuah pos penjagaan di dekat kubur yang sangat diagungkan oleh suku-suku tersebut...

***

Itulah realitanya, ketika makna jihad telah terkotori oleh keyakinan yang rusak dan justru hanya semakin menjerumuskan umat kepada kehinaan yang berkepanjangan. Hanya kepada-Nya jualah kami memohon ampunan dan pertolongan.

-----------------

Sumber :

Kitab "Dum'ah 'ala at Tauhid" (Air Mata untuk Tauhid), dengan menukil dari berbagai macam sumber.

Adakah yang Rela Keluarga Wanitanya Di-Mut'ah?

Mungkin pertanyaan diatas terkesan menjijikkan. Tapi, itulah faktanya dalam ajaran Syi'ah Imamiyah. Mereka melegalkan mut'ah terhadap para wanita. Kami tujukan pertanyaan ini kepada mereka. Semoga saja fitrah yang bersih dan akal yang sehat akan menjawabnya dengan jujur.

Berikut ini adalah testimoni seorang tokoh Syi'ah Bahrain yang telah bertaubat dan kembali kepada Islam. Semoga bermanfaat.

***

Syaikh Ali bin Muhammad al-Qudhaibi berkata :

Mut'ah, meski hal itu dibolehkan -bahkan dianjurkan- bagi kami sebagai pengikut Syi'ah, namun dalam jiwaku, aku merasakan ada sesuatu yang ganjil dalam nikah mut'ah sejak pertama kalinya. Bahkan sebelum kedua mataku melihat pada dalil-dalil pengharamannya. Bagiku, hal ini adalah sesuatu yang tertolak.

Bila aku mendengar seseorang yang mendiskusikan pembolehannya, aku merasa malu untuk berdialog bersamanya. Aku hanya bertanya padanya, "Apakah Anda menerimanya apabila itu terjadi pada saudarimu?" Lalu ia mengatakan "Tidak", dengan malu-malu. Bahkan terkadang, jawaban penolakannya disertai kemarahan.

Sebenarnya, nikah mut'ah adalah pembolehan sementara dalam kondisi darurat. Kemudian dalam banyak hadits yang telah jelas keshahihannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengharamkannya sampai Hari Kiamat. Anehnya lagi, dalam khazanah ilmiah klasik Syi'ah, Anda akan dapat menemukan riwayat-riwayat para imam Ahlul Bait yang dengan tegas menyatakan keharaman dan kekejian nikah mut'ah. Kemudian, Anda tidak akan mendapatkan respon atau reaksi dari pengikut kami terhadap riwayat-riwayat ini.

Abdullah bin Sinan berkata : Aku bertanya kepada Abu Abdillah mengenai mut'ah? Ia menjawab, "Jangan engkau kotori dirimu dengannya!"

Dari Ali bin Yaqthin, ia berkata : Aku menanyai Abul Hasan mengenai mut'ah? Ia menjawab, "Ada apa dirimu dengan hal itu? Allah telah mencukupi dirimu darinya!"

Dari hisyam bin al-Hakam, dari Abu Abdillah, ia berkata, "Mut'ah tidak dilakukan di kalangan kami, kecuali oleh orang-orang pendosa." [1]

Ath-Thusi meriwayatkan dalam al-Istibshar (III/142) dari 'Amr bin Khalid, dari Zaid bin Ali, dari ayah-ayah mereka dari Ali radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengharamkan daging keledai peliharaan dan nikah mut'ah."

Tidak ada jalan keluar dari riwayat-riwayat ini kecuali seorang (Syi'i) akan mengatakan; maksud dari riwayat ini kita tafsirkan kepada taqiyyah [2], karena riwayat itu bertentangan dengan mazhab-mazhab yang umum!

Dia akan menolak riwayat tersebut karena hal itu bersesuaian dengan keyakinan Ahlussunnah, kendati menurutnya riwayat tersebut adalah shahih!! [3]

-------------

Footnotes :

[1] An-Nawadir, Ahmad bin 'Isa al-Qummi, hal. 87

[2] Taqiyyah, yaitu mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang diyakininya dalam rangka untuk menyelamatkan diri dari orang yang tidak sepaham dengannya. Taqiyyah merupakan salah satu prinsip penting dalam ajaran Syi'ah Imamiyah

[3] Rabihtu ash Shahabah wa Lam Akhsar Aala al Bayt (Saya Beruntung dengan Para Sahabat, tanpa Harus Merugikan Ahlul Bait), Ali bin Muhammad al-Qudhaibi

08 Desember 2012

Hadits : "Kami Kaum yang Tidak Makan hingga Lapar"

Apakah hadits berikut ini shahih;

نحن قوم لا نأكل حتى نجوع، وإ أكلنا لا نشبع

"Kami adalah kaum yang tidak makan hingga merasa lapar, dan jika kami makan, tidak sampai kekenyangan."?

*****

Jawab :

Redaksi yang disebutkan bukanlah hadits sebatas yang kami ketahui. Wa bi_Llahi at taufiq.

وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم


Al-Lajnah ad-Da'imah li al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta'.

Ketua :
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Anggota :
Abdullah bin Ghudayyan
Abdul Aziz bin Abdullah Alu asy-Syaikh
Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Bakr bin Abdullah Abu Zaid

------------------

Sumber : www.alifta.net

Hadits : "Cintailah Arab karena Tiga Hal"

Apakah shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,

أحبوا العرب لثلاث : لأني عربي، وكلام أهل الجنة عربي، والقرآن الكريم باللغة العربية

"Cintailah Arab karena tiga hal; karena aku seorang Arab, percakapan penduduk Surga adalah (bahasa) Arab dan al-Quran al-Karim (diturunkan) dengan bahasa Arab". Bagaimana kedudukan hadits ini, apakah shahih, dha'if (lemah) atau maudhu' (palsu)? Karena sebagian orang bingung dan sebagiannya berdalil dengan hadits ini bahwa kita akan berbicara di Surga dengan bahasa Arab?

***

Jawab :

Hadits ini bathil (tidak sah), tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana yang disebutkan oleh ulama hadits. Wa bi_Llahi at taufiq.

وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Al-Lajnah ad-Da'imah li al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta

Ketua :
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Wakil :
Abdul Aziz bin Abdullah Alu asy-Syaikh

Anggota :
Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Bakr bin Abdullah ABu Zaid

------------------

Sumber :

Fatawa al-Lajnah ad-Da'imah, al-Majmu'ah ast-Tsaniyah, III/hal. 196, fatwa no. 19820
www.alifta.net

Sebuah Cermin

Berhentilah sejenak...
Hanya sejenak...
Sekedar bercermin...
Meskipun mungkin, cermin ini "terlalu besar" untuk kita...

*****

 Pada al-Ahnaf bin Qais pernah dikatakan, "Berhentilah berpuasa, usiamu sudah lanjut, dan puasa itu akan membuatmu semakin lemah."

Tapi ia menjawab, "Sesungguhnya aku menyiapkannya untuk sebuah perjalanan yang panjang..."

*****

Bila malam tiba, Syaddad bin Aus gelisah di atas tempat tidurnya. Ia selalu saja kesulitan tidur. Ia seperti sebutir kacang di atas penggorengan yang panas. Bila sudah demikian, maka ia bangkit berdiri.

"Ya Allah, sungguh bayangan tentang neraka-Mu membuatku tak dapat tidur," ujarnya.

Ia pun berdiri mengerjakan shalat... hingga saat Subuh tiba.

*****

Putri tetangga al-Manshur bin al-Mu'tamir pernah bertanya pada ayahnya, "Wahai ayah, kemana gerangan perginya 'batang kayu' yang tegak berdiri di atap Tuan al-Manshur tadi malam?"

Ayahnya menjawab, "Tidak, anakku... Itu bukan batang kayu. Itu adalah al-Manshur. Ia sedang mengerjakan qiyamul lail."

*****

Seringkali, setiap usai membaca kita ar-Raqa'iq (kitab-kita yang bertujuan melembutkan dan menyadarkan hati), Abdullah bin al-Mubarak akan menangis. Tidak sekedar menangis biasa. Ia menangis seperti seekor kambing yang disembelih. Hingga -kata Nu'aim bin Hammad, salah seorang sahabatnya-, tidak seorang pun yang berani bertanya padanya melainkan akan didorongnya.

*****

"Bila engkau tidak pernah sanggup untuk bangun mengerjakan qiyamul lail dan berpuasa di siang hari, maka ketahuilah bahwa engkau benar-benar orang yang diharamkan dari kebaikan. Hatimu telah dibuat bebal oleh dosa," Kata al-Fudhail bin 'Iyadh suatu ketika.

*****

Semoga Anda sudah selesai mematut diri di depan cermin "kebesaran" itu...
Tidak mengapa... Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali...

--------------------

Sumber :

"Tangannya telah Berada di Surga", Muhammad Ihsan Zainuddin