"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

15 September 2013

Shalat di Masjid dan Sekitarnya Terdapat Kuburan

Sebuah masjid yang dilaksanakan padanya shalat-shalat fardhu, Jumat dan 'Ied dan disekelilingnya ada kuburan, bagaimana petunjuk Anda tentang masjid tersebut?

Di jawab oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu :

Keadaan kuburan tersebut yang berada di sekeliling masjid tidaklah masalah, baik di depan, sebelah kanan, sebelah kiri, hal itu tidak masalah. Yang terlarang adalah jika kuburan itu berada di dalam masjid. Adapun jika berada di luar, maka itu tidak bermasalah untuk masjid dan tidak juga mendatangkan masalah untuk kaum muslimin, jika antara mereka dan kuburan itu ada penghalang berupa dinding yang membatasi mereka, atau jalan, atau wadi atau yang semacamnya yang menunjukkan akan jauhnya kubur tersebut dan tidak dimaksudkan sebagai (bagian dari) masjid yang ada itu. (Jika yang) dimaksudkan keberadaan kuburan itu dekat masjid, maka itu tidak bermasalah bagi masjid tersebut dan juga bagi orang-orang yang shalat.

08 September 2013

Jangan Pernah Berputus Asa dari Kebaikan Mereka

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda,

إذا قال الرجل : هلك الناس فهو أهلكهم

"Jika seseorang berkata : 'Manusia telah binasa', maka sungguh dia telah membinasakan mereka." (HR. Muslim)

Kata ( أهلك ) diriwayatkan dengan fathah dan dhommah. Diriwayatkan dengan fathah, maknanya seperti yang telah disebutkan, dan diriwayatkan dengan dhommah yang artinya : "Maka dialah yang paling binasa diantara mereka."

Dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan,

إذا سمعتم رجلاً يقول قد هلك الناس فهو أهلكهم، يقول الله إنه هالك

"Jika kalian mendengar seorang laki-laki mengatakan : 'Manusia telah binasa', maka dialah yang paling binasa. Allah berfirman : "Sesungguhnya dia seorang yang binasa'."

Dalam riwayat Abu Nu'aim disebutkan dengan redaksi,

فهو من أهلكهم

"Dialah yang paling binasa."

Adapun makna dari hadits ini, berkata Imam An-Nawawi rahimahullahu, "Maksud perkataan beliau adalah; tatkala seseorang itu masih suka mencela manusia, mengungkapkan keburukan-keburukan mereka dan sibuk dengan aib-aib mereka sambil berkata : 'Celakalah manusia dan binasalah mereka!', maka pada saat itu, dialah yang lebih celaka dari mereka. Hal ini disebabkan karena dengan perbuatannyanitu, ia telah menyingkap aib seseorang. Ia akan mendapatkan aib tersebut, ia akan mendapatkan dosa di sisi Allah dan juga perbuatannya itu akan mewariskan sifat 'ujub (bangga diri) dalam jiwanya serta merasa bahwa dialah yang terbaik dari manusia-manusia lainnya.

Namun, celaan terhadap orang yang mengucapkan perkataan tersebut tentunya hanya berlaku bagi orang-orang yang menyatakannya dengan maksud untuk meremehkan atau mencela lawan bicaranya serta meninggikan dirinya diatas mereka. Adapun jika dia mengungkapkannya sebagai bukti rasa cintanya kepada mereka ketika dia melihat kekurangan yang ada pada diri saudaranya yang menyangkut masalah agama, maka yang demikian itu dibolehkan." (Syarh Shahih Muslim)

01 September 2013

Sejenak Bersama Hati

Berkata Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu dalam kitabnya "Al-Fawa'id" :
  • Hati yang bergantung pada nafsu syahwat akan tertutup dari Allah sebesar ketergantungannya kepadanya
  • Hati adalah wadah Allah di muka bumi. Yang paling disukaiNya adalah yang paling lembut, paling kuat
  • Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras
  • Jika hati telah keras, mata terlihat kosong
  • Kekerasan hati karena empat perkara apabila batasnya telah dilanggar; makan, tidur, berbicara dan bergaul. Sebagaimana badan apabila sakit, makanan dan minuman tidak bermanfaat baginya, demikian pula hati bila telah sakit karena nafsu syahwat, nasehat tidak akan berguna baginya
  • Barangsiapa ingin kejernihan hatinya, maka hendaklah dia mendahulukan Allah diatas keinginan hawa nafsunya
  • Rindu kepada Allah dan perjumpaan denganNya bagaikan angin semilir yang menghembus hati dan mendinginkannya serta menggetarkan dunia
  • Hati bisa sakit sebagaimana badan pun bisa sakit, kesembuhannya dengan taubat dan menjaga diri dari dosa. Bisa pula berkarat sebagaimana cermin, bersihnya dengan dzikir. Bisa telanjang sebagaimana tubuh, perhiasannya adalah ketakwaan. Bisa lapar dan haus sebagaimana tubuh, makanan dan minumannya adalah mengenal Allah, mencintaiNya, bertawakkal kepadaNya, menyerahkan diri dan mengabdi hanya kepadaNya
  • Tiada azab yang ditimpakan kepada seorang hamba yang lebih besar daripada hati yang keras dan jauh dari Allah
  • Neraka diciptakan untuk mengazab hati yang keras
  • Kehancuran hati karena merasa aman dari dosa dan karena lalai. Dan kesuburan hati karena takut terhadap dosa dan karena dzikir
  • Jika hati diberi makanan berupa rasa cinta, niscaya akan hilang nafsu syahwat dari perutnya
  • Siapa yang mengagungkan hak Allah di hatinya hingga tidak bermaksiat kepadaNya, niscaya Allah akan mengagungkannya di hati manusia hingga mereka tidak menghinakannya
  • Siapa yang menempatkan hatinya di sisi Rabb-nya, niscaya dia akan merasakan kedamaian dan ketenangan. Sementara orang yang menempatkannya diantara manusia, dia akan merasakan kegoncangan dan ketidak-tenangan