"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

16 November 2011

Menjaga Kemurnian Tauhid

Imam al-Bukhary dan Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhum, bahwasannya mereka berdua berkata :

“Menjelang wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menutupkan kain ke wajahnya. Jika merasa agak ringan, beliau menyingkap kain tersebut dari wajahnya. Beliau bersabda dalam keadaan demikian :

‘Semoga laknat Allah untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka telah menjadikan kubur-kubur para nabi mereka sebagai tempat ibadah’; beliau memperingatkan (umatnya) dari apa yang mereka perbuat”. (Terjemah HR. al-Bukhary dan Muslim)








Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata :

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sakit, sebagian istri-istrinya menyebutkan tentang sebuah gereja di negeri Habasyah yang disebut : Maria. Ummu Salamah dan Ummu Habibah dahulu pernah mendatangi negeri Habasyah. Mereka pun menyebutkan tentang keindahannya dan juga gambar-gambar/ patung-patungnya…”

Aisyah berkata : “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan bersabda : ‘Mereka itu adalah suatu kaum yang jika meninggal seorang tokohnya, maka mereka akan membangun tempat ibadah diatas kuburnya, kemudian mereka membuatkan gambar-gambar/ patung-patung tersebut. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari Kiamat nanti’.” (Terjemah HR. al-Bukhary dan Muslim)





Itulah sebuah wasiat yang tulus, yang dengannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpisah dari sahabat-sahabatnya. Walaupun berat penderitaan dan sakit yang beliau rasakan, namun beliau terus-menerus berwasiat dengan wasiat tersebut, sebagai bentuk kasih sayangnya kepada umatnya dan kekhawatirannya kalau umatnya harus terjerumus kepada penyimpangan sebagaimana umat-umat terdahulu.

Pada detik-detik terakhir kehidupannya, yang menjadi obsesi terbesar beliau adalah memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang tauhid; menjaga tauhid dari segala macam bentuk kesyirikan dan bid’ah, dan memperingatkan umat dari berbagai macam bentuk penyimpangan dan pengagungan yang berlebihan kepada selain Allah.



Allah ‘azza wa jalla memerintahkan para hamba untuk bertauhid dengan tauhid yang murni, bersih dari segala noda-noda kesyirikan dan bid’ah. Allah Ta’ala berfirman :




وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء
 

“Dan mereka tidak diperintahkan melainkan untuk memurnikan agama semata-mata untuk-Nya…”. (Terjemah QS. Al Bayyinah : 5)


Allah juga berfirman :
 

قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين

“Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Allah Rabb semesta alam”. (Terjemah QS. Al An’am : 162)


Persoalan tauhid adalah persoalan yang sangat penting dan paling mulia dalam agama ini. Para rasul telah datang silih berganti untuk menjelaskan dan mendakwahi manusia kepadanya. Allah Ta’ala berfirman :

وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون


“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tiada ilaah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah oleh kamu sekalian akan Aku”. (Terjemah QS. 21 : 25).

Karena itulah kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dipenuhi dengan seruan kepada tauhid dan peringatan akan bahaya kesyirikan serta berlepas diri dari para pelaku kesyirikan. Beliau mengajarkan para sahabat batasan-batasan dan kaedah-kaedahnya. Beliau pernah berkata kepada Mu’adz :

“Wahai Mu’adz, apakah engkau tahu apakah hak Allah atas para hamba dan hak para hamba dari Allah?”

Mu’adz menjawab : Allah dan rasul-Nya lebih tahu!

Beliau bersabda : “Sesungguhnya hak Allah atas para hamba adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan hak para hamba dari Allah adalah Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (Terjemah HR. al Bukhary dan Muslim)

Ketika mengutus Mu’adz ke negeri Yaman, beliau juga berpesan untuk mendakwahkan tauhid sebagai misi pertama dan utama sebelum rukun-rukun Islam yang lainnya. (Diriwayatkan juga oleh al Bukhary dan Muslim).

 

Beliau juga mengutus para sahabatnya untuk menghancurkan benteng-benteng kesyirikan dan paganisme. Diriwayatkan dari Abul Hayyaj al-Asady, ia berkata : Ali bin Abi Thalib berkata kepadaku : “Maukah aku mengutusmu dengan apa yang dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutusku; ‘Janganlah engkau membiarkan sebuah patung melainkan engkau hancurkan dan tidak pula kubur yang tinggi melainkan engkau ratakan’.” (Terjemah HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat antusias untuk menghancurkan segala bentuk kesyirikan dan menutup pintu-pintunya. Karena itulah beliau dalam hadits-hadits yang shahih melarang untuk meninggikan kuburan, membangun diatas kuburan, mengapurnya, shalat di sisinya, menjadikannya sebagai tempat perayaan, menyalakan pelita padanya dan lain-lain dari perkara-perkara yang bisa mengantarkan kepada pengagungan dan sikap berlebihan terhadap para penghuni kubur tersebut (biasanya dengan dalih orang saleh atau wali Allah)

Hanya kepada Allah kita memohon untuk menyelamatkan umat ini dari bahaya kesyirikan yang banyak terjadi di sekeliling kita…

15 November 2011

Takdir Allah Adalah Rahasia Yang Tidak Diketahui Oleh Siapapun

Berkata Imam Abu Ja'far ath Thahawi rahimahullahu ketika menjelaskan tentang aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah tentang takdir :

"Asal dari takdir adalah merupakan sirr (rahasia) Allah pada makhluk-Nya. Tidak diketahui oleh para malaikat yang didekatkan, dan tidak pula oleh para nabi yang diutus.

Memperdalam dan melihat kepada persoalan takdir merupakan sarana menuju kepada kehinaan, jalan untuk terhalangi (dari kebaikan) dan tingkatan yang melampaui batasan. Maka berhati-hatilah dari perkara ini baik dalam penglihatan, pemikiran dan lintasan hati. Karena Allah Ta’ala telah melipat ilmu tentang takdir dari para hamba-Nya dan melarang mereka untuk mencari hakikatnya. Sebagaimana dalam firman-Nya :

لا يسأل عما يفعل و هم يسألون

'Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai'. (QS. Al Anbiyaa’ ayat 23)

Bantahan Terhadap Syubhat Para Pelaku Kesyirikan

Para pelaku kesyirikan di umat ini, orang-orang suka mengagungkan kuburan, petilasan dan yang semacamnya, paling suka membuat dalih untuk perbuatannya yang menyimpang tersebut. Akibatnya, mereka sangat sulit untuk keluar dari kesesatannya dikarenakan taklid buta terhadap para tokoh tanpa mau melihat kepada dalil. Berikut ini kamu kutipkan beberapa syubhat yang sering dilontarkan oleh para pelaku kesyirikan untuk melegalkan perbuatan mereka yang bisa mengeluarkan mereka dari Islam, na'udzu bi_Llah.

Semoga Allah melindungi kita dan saudara-saudara kaum muslimin dari berbagai macam bentuk kesyirikan, yang kecil maupun yang besar. Amin.



SYUBHAT PERTAMA

Syubhat yang paling banyak dan hampir selalu ada pada setiap pelaku lesyirikan di setiap umat adalah berargumen dengan kebiasaan bapak-bapak dan nenek moyang mereka, yang telah mereka wariskan dari para pendahulunya. Allah Ta’ala berfirman :

وكذلك ما أرسلنا من قبلك فى قرية من نذير إلا قال مترفوها إنا وجدنا ءاباءنا على أمة وإنا على ءاثارهم مقتدون

“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata : ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka’.” [al Zukhruf ayat 23]



Inilah hujjah/ argumen orang yang lemah dalam menegakkan bukti atas apa yang didakwakannya. Hujjah yang sangat lemah, yang tidak memiliki nilai dalam tataran ilmiah. Karena bapak-bapak yang mereka ikuti itu ternyata tidak juga berada diatas petunjuk. Orang yang seperti ini keadaannya tidaklah pantas untuk diikuti dan diteladani!

Mengikuti bapak-bapak dan nenek moyang menjadi terpuji ketika mereka berada diatas kebenaran sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala tentang Yusuf ‘alaihissalam :

واتبعت ملة ءابائي إبراهيم وإسحاق ويعقوب، ما كان لنا أن نشرك بالله من شيئ

“Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishaq dan Ya’kub. Tiadalah patut bagi kami mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah”. [Yusuf ayat 38]

Dan firman-Nya :

والذين ءامنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka…”. [ath Thur ayat 21]

Syubhat seperti ini sudah sangat mendarah daging dalam jiwa orang-orang musyrik ketika mereka berhadapan dengan dakwah para nabi ‘alaihimussalam.

Kaum Nuh, ketika sang Nabi berkata kepada mereka :

يا قوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره أفلا تتقون

“Wahai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”

فقال الملأ الذين كفروا من قومه ما هذا إلا بشر مثلكم يريد أن يتفضل عليكم ولو شاء الله لأنزل ملائكة ما سمعنا بهذا فى ءاباءنا الأولين

“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir diantara kaumnya menjawab : ‘Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu’.” [al Mukminun ayat 23-24]

Mereka menjadikan apa yang ada pada nenek moyangnya sebagai hujjah untuk membantah apa yang dibawa oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Kaum Nabi Shalih ‘alaihissalam berkata kepadanya :

أتنهانا أن نعبد ما يعبد ءاباؤنا

“Apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami?”. [Hud ayat 62]

Kaum Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pun berkata padanya :

بل وجدنا ءاباءنا كذلك يفعلون

“Bahkan kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”. [asy Syu’araa’ ayat 74]

Dan orang-orang musyrik Arab ketika diajak oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengucapkan “Laa ilaaha illa_Llaahu”, mereka mengatakan :

ما سمعنا بهذا فى الملة الآخرة

“Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir”. [Shaad ayat 7]; maksudnya agama Nasrani yang menganut aqidah Trinitas.




SYUBHAT KEDUA
 
Diantara syubhat yang sering dijadikan alasan oleh para pengagung kuburan dan pemuja benda-benda keramat lainnya adalah persangkaan mereka bahwa sekedar mengucapkan syahadat “Laa ilaaha illa_Llaah” sudah mencukupi untuk masuk surga. Apa pun yang dilakukan oleh orang tersebut, maka dia tidak akan kafir ketika dia telah mengucapkan “Laa ilaaha illa_Llaah”!!

Mereka berpegang dengan keumuman hadits-hadits yang menyebutkan bahwa siapa yang mengucapkan dua kalimat syahadat maka dia diharamkan dari api neraka.


Jawaban untuk syubhat ini;

Hadits-hadits tersebut tidaklah sebagaimana yang mereka kira. Karena hadits-hadits itu masih terikat dengan hadits-hadits lain yang menjelaskan bahwa siapa yang mengucapkan syahadat tersebut, maka dia wajib mengimani maknanya dengan hati dan mengamalkan segala konsekuensinya serta kafir terhadap segala apa yang disembah dan diibadahi selain Allah Ta’ala.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Itban radhiyallahu ‘anhu :

... فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله، يبتغي بذلك وجه الله

… Maka sesungguhnya Allah mengharamkan neraka terhadap orang yang mengucapkan : Laa ilaaha illa_Llaah; yang semata-mata dia mengharapkan dengannya Wajah Allah”. [HR. Muslim]

Karena jika tidak demikian, maka orang-orang munafik pun mengucapkan “Laa ilaaha illa_Llaah” dengan lisan-lisan mereka, namun mereka berada di neraka yang paling bawah. Sama sekali tidak bermanfaat syahadat yang mereka ucapkan tersebut, karena mereka tidak pernah mengimani dan meyakini apa yang terkandung dalam kalimat tersebut dengan hati-hati mereka.

Dalam Shahih Muslim disebutkan :

من قال لا إله إلا الله و كفر بما يعبد من دون الله، حرم ماله و دمه، و حسابه على الله

Barangsiapa mengucapkan ‘Laa ilaah illa_Llaah’ dan kafir terhadap apa yang diibadahi selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya, sedangkan hisabnya dikembalikan kepada Allah”.

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mensyaratkan dua perkara bagi diharamkannya harta dan darah ; pertama adalah mengucapkan “Laa ilaaha illa_Llaah” dan yang kedua adalah kafir terhadap segala apa yang disembah, diibadahi dan dipuja selain Allah Ta’ala, dan tidak cukup hanya sekedar mengucapkan syahadat “Laa ilaaha illa_Llaah”.




SYUBHAT KETIGA

Para pemuja dan pengagung kuburan mengklaim bahwa kesyirikan tidak mungkin akan terjadi lagi di umat Muhammadiyah ini sementara mereka mengucapkan “Laa ilaaha illa_Llaah, Muhammad rasuulu_Llaah”.

Mereka juga mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan di sisi kubur; yaitu berdoa kepada penghuni kubur, mencari keberkahan dari penghuni kubur dan apa yang ada di sekitar kuburnya, menjadikan sang penghuni kubur sebagai wasilah antara dirinya dengan Allah Ta’ala, dan lain sebagainya; semua ini tidaklah termasuk dalam kategori syirik dan tidak disebut sebagai kemusyrikan (?!!)


Jawaban untuk syubhat ini :

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan dalam hadits-hadits shahih bahwa akan terjadi di umat ini perbuatan meniru-niru kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Diantara perbuatan yang ditiru dari orang-orang kafir tersebut adalah menjadikan tokoh-tokoh agama mereka sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah yang diikuti segala perkataannya walaupun bertentangan dengan Syariat Allah Ta’ala. 

Demikian juga kebiasaan orang-orang Ahli Kitab yang menjadikan kubur para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai tempat ibadah serta meminta-minta dan mencari keberkahan di sisinya.

Beliau juga telah mengabarkan bahwa akan ada segolongan orang dari umat ini yang akan menyusul orang-orang musyrik dan menyembah berhala.

لا تقوم الساعة حتى يلحق حي من أمتي بالمشركين و حتى تعبد فئام من أمتي الأوثان

“Tidak akan terjadi Kiamat sampai ada kelompok-kelompok dari umatku yang mengikuti orang-orang musyrik, dan sampai ada kelompok-kelompok dari umatku yang menyembah berhala”. [HR. Muslim, Ahmad dan lain-lain]

Dan kesyirikan, ajaran-ajaran sesat dan sekte-sekte menyimpang telah banyak terjadi di umat ini, yang menyebabkan sebagian mereka telah keluar dari Islam sementara mereka mengucapkan “Laa ilaaha illa_Llaah” dengan lisan-lisan mereka. Hanya kepada Allah kami mengadu. Semoga Dia berkenan memperbaiki keadaan umat ini dan menyelamatkan mereka dari kesyirikan.




SYUBHAT KEEMPAT

Diantara syubhat yang sering dilontarkan oleh para pelaku kesyirikan di umat ini ketika mereka datang ke kuburan orang-orang yang dianggap sebagai wali dan simbol keshalihan adalah perkataan mereka ; Kami tidak menginginkan dari para wali dan orang-orang shalih tersebut untuk memenuhi hajat dan keinginan kami selain Allah. Akan tetapi, kami menginginkan mereka agar menjadi pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah, karena mereka adalah orang-orang yang shalih dan memiliki kedudukan di sisi Allah. Maka kami menginginkan dari Allah agar Dia mengabulkan permintaan kami dengan perantaraan kemuliaan dan syafaat mereka!!

 

Jawaban untuk syubhat ini :

Alasan yang mereka kemukakan itulah sebenarnya inti kesyirikan orang-orang musyrik terdahulu untuk mencari pembenaran terhadap apa yang mereka yakini. Allah telah mengkafirkan mereka dan menyebut mereka sebagai orang-orang musyrik. Allah Ta’ala berfirman :

و يعبدون من دون الله ما لا يضرهم و لا ينفعهم و يقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله...

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata : ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah’...” [QS. Yunus : 18]

Syafaat adalah sebuah kebenaran dan benar adanya. Akan tetapi, syafaat tersebut sepenuhnya hanya milik Allah saja. Allah Ta’ala berfirman :

قل لله الشفاعة جميعا

Katakanlah : ‘Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya!’…” [QS. Az Zumar ayat 44]

Dan syafaat itu hanya diminta dari Allah saja dan bukannya dari orang-orang yang sudah meninggal. Allah sama sekali tidak pernah memberi keringanan untuk meminta syafaat kepada para Malaikat, para nabi dan tidak juga dari yang selain mereka. Karena sekali lagi, syafaat itu hanya milik Allah dan hanya diminta dari-Nya, agar Dia memberikan izin kepada pemberi syafaat untuk memberi syafaat.

Perkara ini tidaklah sama seperti keadaan para makhluk dengan datangnya orang-orang yang ingin memberi syafaat kepada para pembesar mereka (raja dsb) tanpa seizin para pembesar tersebut. Terkadang para pembesar itu terpaksa untuk menerima para pemberi syafaat karena kebutuhan mereka terhadap orang-orang itu, walaupun sebenarnya mereka tidak suka dengan orang-orang yang diberi syafaat. Karena mereka sangat butuh kepada para pembantu dan penolong.

Adapun Allah; tidak ada seorang pun yang mampu memberi syafaat kecuali dengan izin-Nya dan keridhaan-Nya terhadap orang yang diberi syafaat. Allah Ta’ala berfirman :

و كم من ملك فى السموات لا تغني شفاعتهم شيئا إلا من بعد أن يأذن الله لمن يشاء و يرضى
 
Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-(Nya)”. [QS. An Najm : 26]




SYUBHAT KELIMA

Diantara syubhat para pemuja kubur adalah perkataan mereka : “Para wali dan orang-orang shalih itu memiliki kedudukan di sisi Allah. Kami meminta kepada Allah dengan perantaraan kemuliaan dan kedudukan mereka”.


Jawaban untuk syubhat ini :

Seluruh orang-orang mukmin adalah wali-wali Allah. Akan tetapi memastikan individu tertentu bahwa dia adalah wali Allah membutuhkan dalil dari al Kitab dan as Sunnah. Siapa yang sudah dipastikan bahwasannya dia adalah seorang wali, tidak diperbolehkan bagi kita untuk bersikap berlebih-lebihan terhadap dirinya atau bertabarruk dengannya, karena yang demikian itu adalah sarana menuju kepada kesyirikan.

Allah telah memerintahkan kita untuk berdoa secara langsung kepadanya tanpa harus mengambil perantara antara diri kita dengan-Nya. Inilah alasan yang sering dipakai oleh orang-orang musyrik dahulu, bahwasannya mereka mereka hanya menganggap berhala-berhala tersebut sebagai sarana dan wasilah antara diri mereka dengan Allah Ta’ala, dan memohon kepada Allah dengan perantaraan kemuliaan dan kedekatannya kepada Allah. Namun, Allah telah membantah mereka dalam perbuatan tersebut.

و يعبدون من دون الله ما لا يضرهم و لا ينفعهم و يقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله...

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata : ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah’...” [QS. Yunus : 18]

ألا لله الدين الخالص، والذين اتخذوا من دونه أولياء ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى
 
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) : ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’.” [QS. Az Zumar : 3]


Wallahu a'lam.


_______________________

Sumber :

Al Irsyâd ilâ Shahîh al I’tiqâd wa ar Radd ‘alâ Ahl asy Syirk wa al Ilhâd, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al Fauzan