"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

30 Juli 2011

Ru'yah vs Hisab dalam Penentuan Ramadhan

Menjelang Ramadhan dan hari-hari besar ibadah dalam Islam, umat sering sekali dibuat bingung oleh sebagian orang atau kelompok yang masih ngotot menggunakan hisab dalam penentuan hari-hari ibadah tersebut. Berikut ini kami kutipkan perkataan seorang imam besar dari pengikut mazhab Imam Asy Syafi'i rahimahullahu, yang mudah-mudahan saja memberikan pencerahan kepada pembaca tentang hakikat yang sebenarnya berkait hisab tersebut.


 
Disebutkan dalam Kitab Al Majmu' karya Imam an Nawawi asy Syafi'i rahimahullah (VII/ 270) :


واختلف العلماء في معنى قوله صلى الله عليه وسلم «فإن غم عليكم فاقدروا له» فقال أحمد بن حنبل وطائفة قليلة معناه ضيقوا له وقدروه تحت السحاب، وأوجب هؤلاء صيام ليلة الغيم وقال مطرف بن عبد الله وأبو العباس بن سريج وابن قتيبة وآخرون معناه قدروه بحساب المنازل، وقال مالك وأبو حنيفة و الشافعي وجمهور السلف والخلف معناه قدروا له تمام العدد ثلاثين يوماً


"Ulama berselisih tentang makan perkataan beliau shallallahu 'alaihi wasallam : 'Jika (hilal) tertutup oleh awan, maka perkirakanlah!''

Hikmah Kewajiban Puasa

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullahu ditanya tentang hikmah diwajibkannya puasa, maka beliau menjawab pertanyaan tersebut dengan penjelasan berikut ini :

Jika kita membaca firman Allah 'Azza wa Jalla :

يأ يها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

Kesaksiannya tentang Hilal Ditolak

Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah (Mantan Mufti Kerajaan Saudi, wafat tahun 1999) ditanya sebagai berikut :

Dengan apa kepastian masuknya dan selesainya bulan Ramadhan? Apa hukumnya orang yang melihat hilal sendirian saat masuknya bulan tersebut atau selesainya?


--000--

Beliau menjawab :

Kepastian masuk dan selesainya bulan tersebut dengan kesaksian dua orang adil atau lebih, dan kepastian masuknya bulan itu juga dengan kesaksian satu orang saja. Karena telah sah hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

27 Juli 2011

Untuk Saudari Muslimah... Anda Tidak Sendirian...

Saudari Muslimah yang suci dan senantiasa menjaga kehormatan...
Engkau tidak sendirian di jalan ini.

Bahkan ada ribuan wanita yang telah memilih jalan yang sama denganmu dan mereka lebih mengutamakan kehidupan yang suci dan terhormat daripada kehidupan yang penuh dengan permainan, syahwat dan merusak kehormatan...

TERORISME BUKAN JIHAD

Mengidentikkan terorisme dengan jihad adalah keliru. Sama kelirunya dengan mengidentikkan terorisme dengan Islam. Islam bukan agama kekerasan yang menghalalkan darah dan nyawa manusia tanpa alasan syar’i. Islam adalah agama kasih sayang, agama rahmatan lil ‘âlamîn bagi sekalian makhluk hidup.
Meskipun sebagian pelaku teroris mengklaim dan diklaim sebagai aktivis Islam, bahkan tindakan mereka didasari akan keyakinan kemuliaan jihad yang salah dipahami dari al Quran dan Hadits; namun tindakan tersebut dilarang dan bertolak belakang dengan ajaran Islam. Dalam Islam, darah dan nyawa seseorang dilarang untuk diganggu atau dihilangkan tanpa alasan syar’i, baik muslim maupun non-muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada Haji Wada’ dengan sabda yang sangat jelas, “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kamu adalah haram atas kamu seperti haramnya hari kamu ini, di bulan kamu ini, dan di negeri kamu ini.” [terjemah HR. al-Bukhari dan Muslim]
Beliau juga bersabda,”Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada ilâh yang hak kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah kecuali karena salah satu dari tiga perkara : orang berzina yang telah menikah, menghilangkan nyawa dan orang yang meninggalkan agamanya lagi memisahkan diri dari jama’ah.” [terjemah HR. al-Bukhari dan Muslim]
Mengenai orang kafir, beliau bersabda,”Barangsiapa yang membunuh seorang kafir mu’âhad (yang mendapat jaminan keamanan), niscaya dia tidak akan mencium bau surga. Sementara bau surga bisa tercium dari jarak 40 tahun perjalanan.” [terjemah HR. al-Bukhari]
          Ketiga hadits diatas sangat gamblang dan jelas, bahwa membunuh manusia  –muslim atau non muslim- tanpa alasan syar’i adalah haram. Jika haram, maka pelakunya akan berdosa dan terancam murka Allah dan siksaan neraka, wal ‘iyâdzu bi_llâh.

---00000---

Islam jadi Sasaran
Menurut Dr. Anies Baswedan, bahwa dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Chicago Project for Suicide Terrorisme yang mengkaji titik-titik terorisme di dunia semenjak tahun 1980 hingga 2004, ternyata jumlahnya sangat banyak. Menariknya lagi, pelaku terorisme lebih banyak yang dari luar Islam.
Namun, Islam terlanjur dituduh sebagai ajaran yang mengajarkan kekerasan dan radikalisme yang berujung pada aksi terorisme. Keadaan ini diperburuk dengan kejadian 11 September 2001 dan disusul penyerangan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Afghanistan dan Iraq.
Agresi militer Barat yang membabi buta dengan banyaknya pelanggaran dalam etika peperangan (yang diatur dalam Konvensi Jenewa) serta berbagai pelanggaran HAM, justru memunculkan ghirah semangat perlawanan dan balas dendam dari para aktivis Islam yang salah memahami konsep jihad di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia. Perlawanan mereka juga sama membabi butanya dengan AS. Mereka melakukan teror dan pengeboman di daerah bukan perang. Sejak itu, khusus di Indonesia, stigmatisasi mulai dibangun, Islam didentikkan dengan terorisme. 

---00000---

Jihad dalam Islam
          Dalam Islam, terorisme tidak pernah bisa ditolerir, siapa pun pelakunya dan apapun motifnya. Jihad dalam Islam memiliki beberapa bentuk. Ada Jihâd an-Nafs (jihad untuk menundukkan hawa nafsu) seperti berjihad untuk mempelajari ilmu dan mengamalkannya, serta bersabar dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Ada juga Jihâd asy-Syaithân (jihad melawan syaitan) yang terdiri dari berjihad membentengi diri dari syubhat dan keraguan yang dapat merusak iman. Ada juga Jihâd al-Kuffâr wa al-Munâfiqîn (jihad melawan orang-orang kafir dan munafik).
Khusus jihad berperang melawan orang-orang kafir, Allah telah berfirman,”Wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka.” [terjemah QS. 9:73]
Yang harus dipahami dari perintah ini adalah bahwa berperang dengan senjata melawan orang-orang kafir tidak dilakukan secara serampangan, namun memiliki beberapa syarat yang telah diatur dalam Syariat, yaitu : adanya seorang imam (pemimpin negara), adanya daulah (negara yang berdaulat dan memiliki wilayah yang diakui) dan adanya bendera jihad. Kecuali kalau umat Islam diserang di nengerinya, maka saat itu wajib membela diri.
Islam sebagai agama yang sempurna sangat jelas menguraikan tentang jihad. Berperang di jalan Allah tetap mengedepankan etika, sebab tujuannya sangat mulia. Tujuan utama dari jihad adalah menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Jihad bukan sekedar membunuh dan dibunuh sebagaimana yang diperlihatkan para pelaku teror, yang membunuh siapa saja, baik muslim maupun non muslim.
Mereduksi atau bahkan menghilangkan makna jihad dari ajaran Islam tidaklah benar dan tidak bijak. Justru pemahaman yang salah dalam memaknai jihad perlu diluruskan dan diarahkan. Sehingga umat, terutama generasi muda, tidak salah memaknai jihad, yang akhirnya akan melahirkan tindakan yang melenceng dari hakikat jihad dengan melakukan perusakan yang tidak hanya merugikan dirinya sendiri, keluarga dan umat, tapi juga menodai ajaran Islam yang suci ini, wa_llâhu_l_musta’ân.

---00000---

Sumber : Buletin al-Balagh edisi 08 Maret 2011/www.wahdah.or.id dengan ringkasan dan sedikit perubahan.

24 Juli 2011

Tayangan Infotainment



Ketentuan Hukum :

1. Menceritakan aib, kejelekan, gosip dan hal-hal lain sejenis terkait pribadi kepada orang lain dan/ atau khalayak hukumnya haram.

2. Upaya membuat berita yang mengorek dan membeberkan aib, kejelekan, gosip dan hal-hal lain sejenis terkait pribadi kepada orang lain dan/ atau khalayak hukumnya haram.

23 Juli 2011

Bolehkah Mengubur Jenazah dengan Peti Mati?

Berikut ini adalah fatwa dari Majma' al Fiqh al Islamy (Dewan Fiqh Islam Internasional) dibawah naungan Rabithah al 'Alam al Islamy (Liga Muslim se-Dunia) yang berkedudukan di Jeddah, Kerajaan Saudi Arabia.

---000---

Majelis telah mempelajari pertanyaan yang datang dari Pengawas Umum Pemuda Islam dan ketua Perutusan Organisasi Islam di Negara Bagian Victoria, Australia, perihal mengubur jenazah muslim dengan peti mati menurut kebiasaan orang-orang Nasrani.

Ia mengatakan bahwa sebagian kaum muslimin disana menganggap baik dan mengikuti kebiasaan tersebut, walaupun Pemerintah Negara Bagian Victoria mengizinkan kaum muslimin menguburkan jenazah menurut aturan Syari’at, yaitu dengan menggunakan kain kafan.

Setelah melalui perdebatan dan diskusi, maka Majelis Majma’ al-Fiqh menetapkan sebagai berikut :

1. Setiap perbuatan seorang muslim yang dilakukan dengan maksud untuk menyerupai dan taklid terhadap orang-orang non-muslim, maka hukumnya haram, terlarang dengan nash hadits nabawi yang sangat jelas.

2. Mengubur dengan peti mati jika dimaksudkan menyerupai orang-orang diluar Islam, hukumnya haram. Jika tidak dimaksudkan demikian hukumya makruh (sangat dibenci), kecuali jika ada hajat yang sangat mendesak (yang mengharuskan hal tsb) maka hal itu tidak mengapa.


-----

Ketua :

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Mufti Saudi)

Wakil :

Dr. Abdullah Umar Nashif (Saudi)

Keanggotaan :

Muhammad ibn Jubair (Saudi).
Abdullah ibn Abdurrahman al-Bassam (Saudi).
Shalih bin Fauzan al-Fauzan (Saudi).
Muhammad ibn Abdullah ibn Subail (Saudi).

Mustafa Ahmad az-Zarqa (Syria).
Muhammad Mahmud as-Sawwaf (Iraq).
Muhammad ibn Shalih ibn Utsaimin (Saudi).
Muhammad Rasyid Qabbani (Mufti Lebanon).

Muhammad asy-Syadzili an-Naifer (Tunisia).
Abu Bakr Mahmoud Joumi (Nigeria).
Dr. Ahmad Fahmi Abu Sinnah (Mesir).
Muhammad al-Habib ibnul Khaoujah (Mufti Tunisia).

Dr. Bakr Abu Zaid (Saudi).
Mabruk ibn Mas’ud al Awadi (Aljazair).
Muhammad ibn Salim ibn Abdul Wadud (Mauritania).
Dr. Talal Umar Bafaqieh (Saudi)

"Berhala-Berhala" ini "Disembah" oleh Kaum Muslimin

Allah telah memberikan kesempatan kepadaku untuk mengunjungi sebagian besar negeri-negeri Islam. Aku telah melihat di setiap negeri tersebut, orang-orang yang menyeru berhala-berhala itu dengan penuh kecintaan, pengagungan, rasa takut, ketundukan, dan penuh harap.

Tidak mengapa menyebutkan sebagian contoh dari negeri-negeri tersebut yang telah menjadikan Islam sebagai simbol, bukan sebagai aqidah. Aku sengaja tinggalkan penyebutan nama negaranya untuk kepandaian para pembaca.


1. Kubur yang diklaim sebagai milik al Husain radhiyallahu ‘anhu, manusia selalu berhaji ke kubur tersebut, mendekatkan diri kepadanya dengan bernadzar dan berbagai macam ibadah, bahkan sampai berthawaf, meminta hujan, meminta dipenuhi segala kebutuhannya.


2. Sayyid al Badawi, kuburnya memiliki musim-musim tertentu pada setiap tahun yang sangat mirip dengan musim haji akbar. Manusia datang dari dalam dan luar negeri, baik Sunni maupun Syi’ah …

Ini adalah dua contoh di sebuah negara yang termasuk negara Arab Islam tertua dalam tradisi pendidikan modern. Di negeri tersebut terdapat lembaga pendidikan besar sejak abad ketiga Hijrah, dan para ulamanya memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran dakwah Islam.


3. Jalaluddin ar Rumi, yang tertulis diatas kuburnya : Cocok untuk Tiga Agama, Muslim, Yahudi dan Kristen. Berhala ini digelari sebagai Quthb A’dzham, yang ditangannya beredar seluruh kebaikan dan keburukan alam ini.

Kubur Jalaluddin ar Rumi berada di sebuah negara yang dahulu selama delapan abad berada di bawah kekuasaan sultan-sultan Islam. Mereka bukan Arab dan bangsa Arab bukan bagian dari mereka. Mereka adalah kaum muslimin yang telah memeluk Risalah Muhammadiyyah, yang kemunculan mereka merupakan salah satu dalil-dalil nubuwwah. Dan yang selain Jalaluddin ar Rumi lebih banyak lagi di sebuah negara yang pemerintah sekulernya telah memerangi segala hal yang berbau Islam sampai-sampai Islam menjadi asing di tengah lautan materi.


4. Muhyiddin Ibnu ‘Arabi, pengarang ‘Fushuus al Hikam’, yang meyakini wihdatul wujud, dan pemimpin para ahli filsafat ketuhanan dalam bid’ah aqidah yang sangat kufur ini. Kubur orang ini adalah sebuah berhala yang disembah dan disucikan di ibukota sebuah negara yang dahulu merupakan ibukota Khilafah Bani Umawiyah. Senantiasa ada kebaikan pada penduduknya –insyaallah-, akan tetapi fitnah kubur ini semakin buruk dari hari ke hari.

Aku berdiri di pintu kubahnya untuk melihat dan mengambil pelajaran sambil memegang kedua sepatuku, maka mereka beramai-ramai mengingkari :”Bagaimana mungkin Anda mendekati makam sementara ditanganmu ada sepatu?!”, sebagai penghormatan dan pensucian terhadap sang wali! Ini merupakan peringatan dan pelajaran besar untuk ahli tauhid, innaa li_llaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.


5. Data Sahib (Pekuburan Ali al Hajuri) di timur Dunia Islam, diziarahi oleh para penziarah setiap pagi dan petang. Yang sangat aneh dari yang aku saksikan, kubur itu memiliki sebuah hari dalam setahun ditumpahkan susu padanya, sampai-sampai Anda tidak akan mendapatkan susu yang diperjual-belikan di pasar-pasar. Juga terdapat satu hari dalam setahun kubur ini dicuci dengan air mawar dan diberi wewangian mencontoh pencucian Ka’bah yang mulia.

Ikut berpartisipasi dalam acara pencucian ini para pemimpin negara. Dan Anda bisa bayangkan apa yang terjadi di sekitar pekuburan tersebut, kemungkaran akhlak, bahkan yang lebih buruk lagi kemungkaran aqidah. Tarian, alat-alat musik, campur baur antar lawan jenis, bertabarruk dengan penjaga makam dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak pantas disebutkan. Sementara di negara ini ada sebuah partai politik yang mengklaim sebagai partai Islam, yang telah membuka pintu khurafat dan bid’ah!

Dikisahkan bahwa Menteri Wakaf negara tersebut mengeluhkan kepada Presiden tentang sedikitnya anggaran belanja di kementeriannya. Maka tercapailah kesepakatan untuk membuat ‘pintu surga’ yang dimasuki terlebih dahulu oleh para tokoh dan para pembesar, kemudian tiket dijual untuk masyarakat awam dari kaum muslimin, bahwa siapa saja yang memasuki pintu tersebut, maka dia telah masuk ke dalam surga. Dengan metode ini, selesailah persoalan keuangan tadi, yaitu dengan menjual tiket dan surat pengampunan!

Mungkin pembaca bertanya-tanya bagaimana mungkin ini terjadi di sebuah negara yang memperoleh kemerdekaannya untuk menerapkan hukum syari’at di Timur Dunia Islam? Di sebuah negara yang telah banyak berkorban untuk menerapkan Syari’at Islam? Aku tidak berlebihan kalau harus mengatakan bahwa prosentase ahli bid’ah dan khurafat di negeri ini lebih dari 80 % , terbagi kepada ahli tashawwuf, ahli kubur dan sekte-sekte yang menisbatkan diri kepada Islam ; Qadiani, Baha’i, Isma’iliyah kebatinan. Adapun penyembah kubur sangatlah banyak!!

(Man Li Haadza al Watsaniyyah al Muta'addidah?, oleh Syaikh Isma'il bin Sa'ad bin 'Atieq)

Innaa li_Llaahi wa innaa ilaihi raaji'uun...

16 Juli 2011

Hukum Perayaan Malam Nishfu Sya'ban

Allah telah befirman :

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu." [Terjemah Al-Maidah :3]

"Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diridhoi Allah? Sekirannya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh adzab yang pedih." [terjemah Asy-Syura' : 21]

Dari Aisyah radhiallahu 'anha dari Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda, "Barangsiapa mengada-adakan suatu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak."

13 Juli 2011

Bermula dari Pengagungan terhadap Simbol


Bagaimanakah permulaan ketergantungan para pemuja kubur dengan kubur atau bangunan-bangunan kuburan? Dan bagaimana hal itu bisa membawa mereka kepada Syirik Akbar atau juga Syirik yang lebih kecil dari Syirik Akbar tersebut?

Ketergantungan itu bermula dari “pengkultusan” terhadap “simbol”… Simbol “keshalehan”, “ketakwaan” dan “derajat yang mulia” di sisi Allah Ta’ala…

Dari situlah, “disunnahkan” untuk menziarahi tempat-tempat tersebut. Bukan untuk mengingat mati dan mengingat akhirat, akan tetapi untuk mengingat “simbol” dan mengambil ibrah darinya. Karena tempat-tempat tersebut penuh dengan “keberkahan”, para malaikat dan “arwah orang-orang shaleh” bertebaran di sekelilingnya –sebagaimana yang mereka klaim-, maka berdoa kepada Allah di tempat tersebut adalah perkara yang sangat baik, bahkan lebih baik daripada berdoa di rumah, masjid atau di waktu-waktu sahur menjelang fajar (!!)

Sunnah dan Bid'ah di Bulan Sya'ban

Diantara ibadah-ibadah sunnah yang sangat dianjurkan dalam Syariat Islam adalah puasa di bulan Sya’ban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada seluruh bulan Sya’ban atau sebagian besar dari bulan tersebut.

Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan :


لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يصوم من شهر أكثر من شعبان، فإنه كان يصوم شعبان كله


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa pada suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban, karena beliau berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya


Dalam riwayat lain :

كان يصوم شعبان إلا قليلا

Beliau berpuasa pada (seluruh) bulan Sya’ban kecuali sedikit darinya”. (HR. al-Bukhary, Ahmad dan an Nasa'i)

05 Juli 2011

Titian Pertama

Titian pertama itu bernama Tauhid. Ia adalah fokus utama dakwah seluruh rasul ‘alaihimussalam, ia adalah kunci awal keselamatan, sekaligus sebagai penentu akhir titian seseorang. Mungkin surga dan mungkin pula neraka; semoga Allah ta’ala menjadikan kita sebagai ahli surga dan menyelamatkan kita dari neraka..Mengesakan Allah dalam seluruh keberhakan-Nya; demikianlah Tauhid.



Baik keberhakan-Nya untuk dijadikan sebagai sesembahan yang tunggal (disebut dengan Tauhid Uluhiyyah), dan itulah inti tauhid; atau keberhakan-Nya sebagai penguasa mutlak di jagad raya, yang menciptakan, mengatur, memberi rezki, menghidupkan, mematikan, memutuskan perkara, dan yang semisalnya (disebut sebagai Tauhid Rububiyyah); atau keberhakan-Nya sebagai satu-satunya Dzat yang memiliki nama dan sifat-sifat yang maha sempurna, tidak serupa dengan satupun makhluk yang berada di alam raya ini (itulah Tauhid al-Asmâ’ wa ash-Shifât).


Tauhid Uluhiyyah adalah inti tauhid. Dinyatakan demikian, karena jenis tauhid inilah yang merupakan pokok dakwah sekalian rasul. Intisarinya adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam ibadah dan meniadakan sesembahan-sesembahan batil yang selain-Nya. Demikianlah makna “Lâ ilâha illa_llâh”, kalimat tauhid, yang merupakan tugas utama para rasul untuk menyampaikannya. Allah Ta’ala berfirman :

ولقد بعثنا فى كل أمةٍ رسولاً أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut!”. [terjemah QS. 16 : 36]

وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدوني

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku!”. [terjemah QS. 21 : 25]


Kaum musyrikin terdahulu, bukanlah kaum yang ingkar akan keberadaan Allah Ta’ala, atau mengingkari bahwa Dia-lah yang menghidupkan, mematikan, memberi rezki dan yang semacamnya. Allah Ta’ala berfirman :

 قل من يرزقكم من السماء والأرض أمّن يملك السمع والأبصار ومن يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحيّ ومن يدبّر الأمر، فسيقولون الله فقل أفلا تتقون

“Katakanlah :‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’.

Maka mereka akan menjawab :’Allah’.

Maka katakanlah :’Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)’.” [QS. 10 : 31]


Asal keyakinan yang demikianlah yang menyebabkan mereka kembali kepada Allah semata, ketika berada dalam keadaan yang sangat darurat. Allah Ta’ala berfirman :

وإذا غشيهم موج كالظلل دعوا الله مخلصين له الدين

“Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, (ketika itu) mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya”. [terjemah QS. 31 : 32]


Itulah pelajaran penting dari kaum kafir Quraisy. Mereka tidak pernah mengingkari keberadaan Allah, bahkan mereka meyakini kekuasaan-Nya, berdoa kepada-Nya ketika berada dalam keadaan yang sangat darurat. Hal ini menyisakan sebuah pertanyaan,”Adakah keyakinan mereka itu menyebabkannya masuk kedalam Islam, dan selamat dari kehinaan abadi?”. Kenyataannya tidaklah demikian. Justru Allah mengutus rasul-Nya untuk mengarahkan mereka dari penyimpangan kepada jalan yang benar.

Kalau demikian, apa gerangan penyimpangan itu?.. Simaklah keterangan Allah tentang hal tersebut :

وعجبوا أن جاءهم منذرٌ منهم، وقال الكافرون هذا ساحرٌ كذّابٌ

“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :’Ia itu adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta’.” [terjemah QS. 38 : 4]


Mereka heran terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan apa yang beliau serukan kepada mereka. Keheranan yang mengisyaratkan pengingkaran dan diwujudkan dengan tuduhan mereka bahwa beliau adalah seorang tukang sihir yang banyak berdusta.

Apa yang mereka ingkari?... Allah Ta’ala menjelaskan dalam ayat selanjutnya :

أجعل الآلهة إلهًا واحدًا، إن هذا لشيئٌ عجابٌ

“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”. [terjemah QS. 38 : 5]


Pokok yang mereka ingkari ternyata adalah penafian terhadap seluruh sesembahan mereka selain Allah semata. Mereka tidak ingin jika sembahannya hanya Allah saja. Mereka memperserikatkan Allah dalam penyembahan dan peribadatan.


Demikianlah inti kesesatan mereka, hingga Allah mengutus rasul-Nya dengan membawa agama yang benar, agama tauhid, agama yang mewajibkan umatnya untuk mempersembahkan seluruh peribadatan mereka –shalat, puasa, sujud, ruku’, al-mahabbah (cinta), al-khauf (takut), ar-raja’ (pengharapan), penyembelihan, nadzar, dan lain-lain-; seluruhnya hanya untuk Allah semata.

Tidak dipersembahkan untuk pohon keramat, penguasa laut, batu dan keris bertuah, tokoh pujaan, kiyai, orang mati, jin dan segala sesuatu yang selain Dia subhanahu wa ta’ala.


Maka, sudahkah kita memurnikan tauhid kita? Semoga Allah senantiasa memberi pertolongan-Nya kepada kaum muslimin dalam meniti jalan perjuangan Dakwah Tauhid yang panjang ini, memaafkan segala yang tersalah dan menutupnya dengan rahmat serta karunia-Nya..


(Majalah al-Bashirah, edisi 05 th. II, 1428/2007 dengan sedikit perubahan)

04 Juli 2011

SAAT BENCANA ITU DATANG

Allah subhanahu wa ta’ala dengan hikmah-Nya yang sempurna dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu akan menguji para hamba-Nya dengan kelapangan dan kesempitan, dengan kenikmatan dan bencana, untuk menguji kesabaran dan rasa syukur mereka. Siapa yang bersabar saat ditimpa musibah, bersyukur saat dianugerahi kenikmatan, tunduk kepada Allah ketika terjadi musibah, mengakui dosa-dosa dan kekurangannya, memohon rahmat dan ampunan Allah, maka sungguh dia telah beruntung dengan keuntungan yang sangat besar.

ألم، أحسب الناس أن يتركوا أن يقولوا آمنا وهم لا يفتنون، ولقد فتنا الذين من قبلهم فليعلمن الله الذين صدقوا وليعلمن الكاذبين
Alif Laam Miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan :’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” [terjemah QS. 29:1-2]

Allah menguji para hamba dengan berbagai macam ujian kebaikan maupun keburukan sehingga jelas orang yang benar imannya dari yang dusta, sehingga jelas orang yang bersabar dan bersyukur. Allah Ta’ala berfirman :

 وبلوناهم بالحسنات والسيئات لعلهم يرجعون
Dan Kami uji mereka dengan nikmat yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)” [terjemah QS. 7:168]

Yang dimaksud dengan kebaikan dalam ayat tersebut adalah segala kenikmatan berupa kelapangan hidup, kesehatan, kemuliaan, kemenangan atas musuh dan lain-lain. Sementara yang dimaksud dengan keburukan adalah segala musibah, penyakit, musuh yang berkuasa, badai, banjir dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman :

ظهر الفساد فى البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون
Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya mereka merasakan sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” [terjemah QS. 30:41]

     Makna ayat ini adalah : Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan serta apa yang nampak dari kerusakan tersebut, agar manusia kembali kepada kebenaran, bersegera untuk bertaubat dari apa yang diharamkan Allah dan kembali kepada ketaatan kepada-Nya dan ketaatan kepada rasul-Nya. Karena kekufuran dan maksiat adalah sebab dari segala bencana dan keburukan di dunia dan akhirat.

Adapun men-tauhidkan Allah dan beriman kepada-Nya dan kepada rasul-Nya, taat kepada kepada Allah dan rasul-Nya, berpegang teguh kepada Syari’at-Nya, berdakwah kepada Syari’at-Nya dan mengingkari orang yang menyelisihinya merupakan sebab segala kebaikan di dunia dan akhirat. Demikian pula, sikap komitmen diatas prinsip-prinsip tersebut, saling berwasiat dan tolong-menolong diatasnya merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat serta keselamatan dari segala bencana dan fitnah. Allah Ta’ala berfirman :

يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” [terjemah QS. 47:7]

ولينصرنّ الله من ينصره، إن الله لقوي عزيز، الذين إن مكناهم فى الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر، ولله عاقبة الأمور
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agamanya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar, dan kepada Allah kembali segala urusan” [terjemah QS. 22:40-41]


Bencana Alam

Kita telah mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini dari berbagai macam fitnah dan bencana. Orang-orang kafir yang berkuasa di Palestina, Afghanistan dan Irak, banjir di Pakistan, dan berbagai macam bencana alam yang terjadi di negeri kita tercinta. Semua bencana dan musibah ini merupakan ujian dari Allah untuk para hamba disebabkan oleh kekufuran dan kemaksiatan, menyimpang dari jalan ketaatan kepada Allah dan terjerumus kepada dunia dan kenikmatannya yang fana, serta lupa untuk menyiapkan bekal bagi kehidupan akhirat.

Tidak diragukan bahwa musibah yang seperti ini mewajibkan seluruh hamba untuk bersegera bertaubat kepada Allah. Bersegera kepada ketaatan kepadanya dan saling tolong menolong dalam ketakwaan, berwasiat dalam kebenaran dan bersabar diatas kebenaran tersebut. Kapan saja para hamba bertaubat kepada Rabb-nya, tunduk kepada perintah-Nya dan kembali kepada perkara yang diridhai-Nya, niscaya Dia akan memperbaiki keadaan mereka, mencegah keburukan musuh, memberikan kekuasaan kepada mereka di bumi, melimpahkan kenikmatan dan menghilangkan bencana dari kehidupan mereka.

وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم فى الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنًا،يعبدونني لا يشركون بي شيئًا، ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” [terjemah QS. 24:55]

Hitung-hitunglah diri Anda. Bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampunan-Nya. Bersegeralah kepada ketaatan dan jauhilah maksiat. Perbanyaklah dzikir dan istighfar agar Anda dirahmati Allah. Ambillah pelajaran dari apa yang menimpa saudara-saudara kita di tempat lain. Sesungguhnya Allah menerima taubat orang yang mau bertaubat, menyayangi orang yang berbuat baik dan memberikan balasan yang baik bagi orang yang bertakwa.

(Disarikan dari kitab Wujûbut Taubah ilâ_llâhi wa adh Dharâ’ah ‘inda Nuzûlil Mashâ-ib, oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz –semoga Allah merahmatinya- dengan sedikit perubahan)

Islam Itu Dimulai Dalam Keadaan Asing

Pertanyaan : Apakah makna hadits ini :

بدأ الإسلام غريبًا وسيعود غريبًا كما بدأ فطوبى للغرباء

"Islam itu dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana permulaannya. Maka berbahagialah orang-orang yang asing".

******

Jawab :

Maknanya adalah bahwa Islam telah dimulai dalam keadaan yang sangat asing sebagaimana halnya di Mekkah dan juga di Madinah pada permulaan hijrah, tidak ada yang mengenalnya dan tidak ada yang mengamalkannya kecuali sedikit. Kemudian Islam berkembang, manusia pun masuk ke dalam Islam dengan berbondong-bondong, dan akhirnya Islam unggul atas seluruh agama.


Namun Islam ini akan kembali menjadi asing sebagaimana permulaannya. Tidak ada yang mengenalnya dengan sebenar-benarnya kecuali sedikit dari manusia. Dan tidak ada yang mengamalkannya yang sesuai dengan petunjuk syariat kecuali sedikit. Mereka itulah al-Ghuraba’ (orang-orang asing). Akhir hadits itu adalah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :

فطوبى للغرباء

"Berbahagialah orang-orang yang asing". Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.

Dalam riwayat yang selain riwayat Imam Muslim :

قيل : يا رسول الله من الغرباء؟ فقال : الذين يصلحون إذا فسد الناس

Ditanyakan : "Wahai Rasulullah, siapakah al-Ghuraba’?" Beliau menjawab : "Orang-orang yang berbuat baik ketika manusia telah rusak".

Dalam riwayat lain :

هـم الذين يصلحون ما أفسد الناس من سنتي

"Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki apa-apa yang telah dirusak manusia dari sunnahku".

Kami memohon kepada Allah agar Dia menjadikan kami dan segenap saudara-saudara kami kaum muslimin termasuk dalam golongan orang-orang tersebut, dan Dia-lah sebaik-baik tempat meminta.


Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu.