"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

15 Februari 2014

Mukjizat Pembedahan Dada

Peristiwa pembedahan dada Rasulullah , pencuciannya dan ditautkannya kembali dada beliau terjadi dua kali. Peristiwa pertama terjadi ketika beliau masih kanak-kanak yang berumur empat tahun, yang saat itu berada di perkampungan Bani Sa'ad.

Imam Ahmad dan Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah didatangi oleh Jibril 'alaihissalam sementara beliau sedang bermain bersama anak-anak. Jibril mengambilnya, membaringkannya, membelah dadanya dan mengeluarkan segumpal darah dan berkata : "Ini bagian syaitan darimu."

Jibril kemudian mencucinya di sebuah bejana emas yang berisi air Zam-zam, mengumpulkannya dan menaruhnya kembali di tempatnya.

Anak-anak pun berlarian menuju ke ibu asuhnya dan mereka berkata : "Muhammad telah dibunuh!"

Mereka akhirnya mendatanginya dan mendapatkannya telah berubah warna (karena ketakutan).

Anas berkata : "Sungguh aku telah melihat bekas jahitan itu di dadanya."

Peristiwa ini merupakan tanda awal kenabian dengan pensucian diri beliau dari bagian yang datang dari syaitan, dan penjagaan dari keburukan dan peribadatan kepada selain Allah. Maka tidak boleh ada dalam dirinya kecuali tauhid.

Adapun peristiwa kedua terjadi pada malam ketika beliau di-isra'-kan.

Peristiwa pembedahan dada di perkampungan Bani Sa'ad telah menyebabkan dikembalikannya Muhammad kecil kepada ibunya, Aminah, dan kakeknya, Abdul Muthathalib, karena Halimah sangat mengkhawatirkan diri anak itu walaupun sebenarnya dia sangat menyayanginya.

11 Februari 2014

Apakah Krim Rambut Berpengaruh pada Wudhu?

Terdapat banyak macam krim untuk rambut. Apakah minyak yang dipakai pada rambut berupa krim dan yang semacamnya dari materi yang berbentuk cairan lengket yang menghalangi sampainya air wudhu ke rambut, bagaimanakah hukum wudhu saat itu? Berikanlah faedah pada kami semoga Anda semua mendapatkan pahala, insyaallah.

Jawab :

Krim yang tebal yang menghalangi air sampai ke kulit kepala, maka yang seperti ini harus dihilangkan saat akan berwudhu. Adapun jika krim itu tidak tebal, maka itu tidak berpengaruh pada wudhu.

Wa bi_Llahi at-taufiq.

08 Februari 2014

Lupa Mencuci Sebagian Anggota Wudhu

Jika aku lupa dalam wudhu mencuci -misalkan- sebagian kecil dari anggota wudhu, dan aku mengingatnya langsung setelah selesai berwudhu, apakah aku harus mengulangi wudhu atau cukup mencucinya?

Jawab :

Muwalat* merupakan syarat sahnya wudhu. Jika seseorang lupa mencuci salah satu anggota wudhu atau sebagian darinya walaupun hanya sedikit, jika itu terjadi saat wudhu atau langsung setelah selesai wudhu, sisa-sisa air masih ada dan belum mengering, maka dia mencuci apa yang dia lupakan dari anggota tersebut dan anggota tubuh yang selanjutnya. Adapun jika dia ingat bahwa dia melupakan mencuci salah satu anggota wudhu atau sebagian darinya walaupun hanya sedikit setelah anggota tubuhnya mengering dari air wudhu, atau saat shalat, atau setelah melaksanakan shalat, maka dia mengulangi wudhunya kembali sebagaimana yang disyari'atkan Allah dan mengulangi shalatnya karena tidak adanya muwalat dalam keadaan itu dan panjangnya jeda (antara mencuci anggota-anggota wudhu tersebut).

Allah subhanahu telah mewajibkan mencuci semua anggota wudhu. Siapa yang meninggalkan sebagian walaupun hanya sedikit dari anggota-anggota wudhu maka seakan-akan dia tidak mencuci seluruh anggota tubuh itu. Hal ini ditunjukkan dengan apa yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khattab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang laki-laki berwudhu dan meninggalkan tempat sebesar kuku di telapak kakinya (yang tidak tercuci), maka Rasulullah pun menyuruhnya untuk mengulangi wudhu dan shalat. Umar berkata : Orang itu akhirnya kembali dan mengulangi shalat. (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya. Dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud yang sepertinya).

Wa bi_Llahi at-taufiq.


--------------

* Muwalat adalah mencuci satu anggota wudhu segera setelah selesai yang satunya, sebelum air pada anggota tubuh itu mengering.

04 Februari 2014

Adab-Adab Menguap

Disunnahkan dalam Islam ketika seseorang menguap untuk menahannya dan tidak melepaskannya begitu saja karena menguap berasal dari syaitan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

التثاؤب من الشيطان فإذا تثاءب أحدكم فليرده ما استطاع فإن أحدكم إذا قال : هاه، ضحك الشيطان

"Menguap itu dari syaitan. Jika salah seorang dari kalian menguap maka tolaklah semampunya. Karena sungguh, jika salah seorang kalian mengucapkan : 'haah', maka syaitan tertawa." (HR. al-Bukhary, no. 3289)

Jika dia tidak mampu menahan atau menolaknya, maka hendaknya dia menutupinya dengan kainnya atau tangannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إذا تثاءب أحدكم فى الصلاة فليضع يده على فيه فإن الشيطان يدخل مع التثاؤب

"Jika salah seorang kalian menguap dalam shalat, hendaknya dia menaruh tangannya di mulutnya, karena syaitan akan masuk bersama menguap itu." (HR. Muslim, no. 2995)

Termasuk dalam adab menguap ketika dia tidak mampu menahan atau menolaknya untuk menyembunyikan suaranya. Dalam hadits disebutkan,

إذا تثاءب أحدكم فليرده ما استطاع ولا يقولنّ هاه هاه، فإنما ذلك الشيطان يضحك منه

"Jika salah seorang kalian menguap, maka tolaklah semampunya dan jangan sekali-kali mengatakan : 'haah,, haah'. Yang demikian itu berasal dari syaitan, dia tertawa karenanya." (HR. Ahmad, Shahih al-Jami' no. 426)

Sebagian orang terjatuh dalam kesalahan ketika dia ber-ta'awwudz (memohon perlindungan) dari syaitan saat menguap. Yang seperti ini tidak pernah disyari'atkan dan dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

01 Februari 2014

Firqah Al-Jahmiyah

Al-Jahmiyyah adalah sebuah firqah/sekte ahli Kalam yang menisbatkan diri kepada Islam, memiliki ideologi dan pemikiran aqidah tersendiri, yang menyelisihi aqidah orang-orang yang menapaki jalan para as-Salaf ash-Shalih, terutama yang berkait nama-nama dan sifat-sifat Rabb Yang Maha Mulia.

Jahmiyyah berasal dari nama pendirinya, yaitu al-Jahm bin Shafwan at-Tirmidzi, berasal dari Khurasan dan muncul pada abad kedua Hijri. Ia adalah seorang penganut aqidah Jabariyah, orang yang pertama mengatakan bahwa al-Quran adalah makhluk dan menolak sifat-sifat Allah Ta’ala.

Al-Jahm dikenal sebagai orang yang suka dan banyak berdebat. Hanya saja, ia tidak memiliki pemahaman tentang ilmu hadits dan bukan pula orang yang memiliki perhatian kepada ilmu tersebut dikarenakan kesukaan dan kesibukannya terhadap ilmu Kalam. Karenanya, para ulama Salaf sangat membencinya dan mencampakkan pemikiran-pemikirannya walaupun di sisi lain, ia diakui sebagai orang yang –secara lahir- suka memperjuangkan al-haq dan menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.

Al-Jahm dibunuh oleh seorang penguasa Bani Umayyah disebabkan oleh aqidahnya yang sesat pada tahun 130 H. Pendapat yang lain mengatakan: tahun 132 H.

Berkembangnya Pemikiran Jahmiyah

Pemikiran al-Jahm bin Shafwan tegak diatas bid’ah ahli Kalam dan berbagai pemikiran yang menyimpang dari Aqidah Salafiyyah dengan pengaruh yang sangat kuat dari berbagai macam ideologi sesat yang ada pada masa itu.
 
Awal kemunculannya adalah di negeri Tirmidz tempat kelahiran al-Jahm dan kemudian tersebar ke seluruh Khurasan[1]. Pemikiran ini terus berkembang dan tersebar hingga kalangan orang-orang awam dan bahkan tokoh-tokoh besar yang membela pemikiran tersebut, dan ditulislah kitab-kitab untuk tujuan itu. Pemikiran ini bahkan merasuk ke banyak orang dengan berbagai tingkatannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan tingkatan-tingkatan Jahmiyah dan sejauh mana pengaruhnya terhadap manusia. Beliau membaginya kepada tiga tingkatan:
  1. Jahmiyah ekstrim yang menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah. Jika disebutkan salah satu dari al-Asma’ al-Husna, maka mereka akan mengatakan bahwa itu adalah majaz (kiasan)
  2. Tingkatan kedua dari Jahmiyah adalah penganut ajaran Mu’tazilah dan yang semisalnya. Mereka menerima dan mengakui nama-nama Allah secara umum, tapi menolak sifat-sifatNya
  3. Tingkatan ketiga adalah sekelompok orang yang menetapkan sifat-sifat Allah dan menyelisihi Jahmiyah, tetapi dalam diri mereka terdapat sesuatu dari pemikiran Jahmiyah tersebut. Merekalah kelompok yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah secara global, namun masih menolak beberapa nama dan sifat serta menta’wilnya (menafsirkannya kepada yang bukan maknanya).[2]
Aqidah Jahmiyah

Sekte Jahmiyah memiliki pemikiran dan pandangan aqidah yang sangat banyak dan butuh kepada pembahasan yang khusus dan mendetail. Namun, dalam tulisan singkat ini, kami sebutkan beberapa hal penting yang diimani oleh para penganut paham sesat ini;
  1. Mazhab mereka dalam tauhid, yaitu mengingkari seluruh nama-nama Allah dan sifat-sifatNya serta menganggap nama-nama sebagai majaz
  2. Mereka mengimani aqidah jabr dan irja’ [3]
  3. Mengingkari sebagian besar perkara yang berkait dengan Hari Akhir, seperti shirat (jembatan diatas Jahannam), mizan (timbangan), melihat Allah pada Hari Kiamat nanti, azab kubur dan juga pendapat mereka bahwa Surga dan Neraka tidak kekal
  4. Iman mereka bahwa Allah tidak berbicara dengan pembicaraan yang layak bagi KeagunganNya dan bercabang darinya keyakinan mereka bahwa al-Quran adalah makhluk
  5. Iman menurut mereka adalah ma’rifah (mengenal) Allah
  6. Mereka menolak arah ketinggian dalam sifat-sifat Allah, dan
  7. Ucapan mereka bahwa Allah dekat kepada para hamba dengan Dzat-Nya, dan bahwa Dia bersatu dengan setiap makhlukNya. Keyakinan inilah yang menjadi pondasi dasar bagi penganut mazhab ittihadiyah dan hululiyah [4] dalam menegakkan keyakinan sesatnya
Demikianlah sekilas apa yang bisa kami jelaskan tentang mazhab Jahmiyah. Mungkin akan muncul pertanyaan; apakah pemikiran seperti ini ada di zaman sekarang?

Pemikiran-pemikiran Jahmiyah masih ada dan hidup di zaman kita ini, dan senantiasa pertarungan antara pengikut al-haq dan pengikut kebatilan akan terus berlanjut, walaupun pada sebagian masa, nama-nama itu akan berubah, terutama ketika muncul generasi baru yang berusaha menghidupkan pemikiran sesat Jahmiyah dengan mengatas namakan pembaharuan dan kebebasan.

Diantara contoh pemikiran Jahmiyah yang masih ada dan terus diperjuangkan sebagian kalangan “cendekiawan muslim”; keyakinan bahwa ma’rifah (mengenal) wujud Allah telah mencukupi dari banyak beramal shalih, atau keyakinan bahwa Surga dan Neraka belum ada untuk saat ini, atau dakwaan mereka bahwa Allah tidak disifatkan dengan sifat-sifat tertentu, atau keyakinan bahwa Allah ada tanpa arah dan lain sebagainya yang diimani dan diyakini oleh sebagian orang pada zaman ini, yang dahulu merupakan pemikiran dan ajaran sesat sekte yang disebut Jahmiyah. Semoga Allah melindungi kita dan umat ini dari kesesatan.

--------------------------------

Footnotes :
  1. Khurasan adalah nama untuk sebuah kawasan luas yang saat ini terbagi pada beberapa negara, yaitu Iran, Afghanistan dan Turkmenistan. Sebagian besar wilayahnya sekarang berada di Iran
  2. At-Tis’iniyyah oleh Syaikhul Islam, dalam kumpulan Majmu’ Fatawa beliau
  3. Aqidah Jabr yaitu keyakinan mereka dalam persoalan takdir bahwa para hamba berada dalam keterpaksaan dan tidak memiliki pilihan dan usaha. Aqidah Irja’ mereka yaitu tidak mensyaratkan adanya amal shalih bagi sempurnanya iman seseorang
  4. Mazhab Ittihadiyah dan Hululiyah yaitu keyakinan bahwa Rabb Yang Mulia bersatu dengan makhluk ciptaanNya. Maha Suci Allah dari keyakinan sesat mereka
(Sumber : Firaq Mu’âshirah Tantasib ilâ al Islâm, Syaikh Dr. Ghalib bin Ali Awaji, Jilid III, cet. Maktabah Ashriyah Dzahabiyah, Jeddah)

www.wahdahpalu.or.id