"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

17 November 2013

Keluar Tetesan Darah Selesai Mandi Bersuci dari Haid

Ketika selesai haid dan setelah mandi, saya dikagetkan dengan keluarnya beberapa tetes darah. Apakah saya wajib mandi lagi atau tidak?

*****

Jika waktu haid Anda telah selesai sempurna, lalu Anda melihat cairan kekuningan atau keruh, maka cairan tersebut tidak dianggap apa-apa. Anda tetap harus puasa (jika di bulan Ramadan) dan tetap shalat. Berdasarkan hadits Ummu Athiyah radhiyallahu 'anha yang berkata,
كنا لا نعد الصفرة والكدرة بعد الطهر شيئا " رواه البخاري ( 1/ 426 )
 
"Kami dahulu tidak menganggap/mempermasalahkan sesuatu cairan kekuningan dan keruh (yang keluar) setelah masa suci." (HR. al-Bukhary, 1/426)
 
Hal ini berlaku jika masa haid telah berhenti sempurna. Adapun jika cairan kekuningan dan keruh tersebut keluar masih pada masa haid, maka dia dianggap haid. Begitupula jika masa kebiasaan Anda misalnya tujuh hari, lalu pada hari kelima darah berhenti keluar dan anda melihat cairan kekuningan dan keruh, maka hal itu dianggap haid, Anda masih tidak boleh shalat dan puasa. 

Adapun jika apa yang Anda sebutkan terjadi berulang-ulang setiap bulan, maka hendaknya Anda mandi jika darahnya terhenti atau melihat tanda suci sesudahnya. Adapun jika tetesannya sedikit dan tidak bersifat rutin, hanya kadang-kadang saja serta bukan darah murni, sekedar cairan kekuningan dan keruh, maka hal itu tidak dianggap apa-apa dan Anda tidak harus mandi. Keberadaannya dianggap tidak ada, hendaknya Anda mandi kapan saja Anda melihat tanda-tanda suci. 

Wallahua'lam

Fatawa Syaikh Abdullah bin Humaid rahimahullahu, hal. 52

Sumber : www.islamqa.com

13 November 2013

Syi'ah Tidak Mampu Menjawab

Pertanyaan Pertama

Apakah Anda beriman kepada takdir?

Jika Anda mengatakan “Iya”, saya katakan kepada Anda : “Mengapa Anda menyakiti diri dengan memukul-mukul badan, berteriak dan menangisi al-Husain?”

Jika Anda mengatakan bahwa Anda tidak beriman kepada takdir, selesailah urusan ini dengan pembangkangan Anda terhadap takdir dan ketidak ridhaan Anda terhadap hikmah Allah Ta’ala.

Pertanyaan Kedua

Termasuk dalam keyakinan Anda adalah apa yang Anda dan seluruh Syiah lakukan pada hari Asyura’.

Jika Anda mengatakan Allah dan rasul-Nya memerintahkan itu, maka dimanakah dalilnya?

Jika Anda mengatakan tidak ada seorang pun yang menyuruhnya, maka saya katakan ini adalah perkara bid’ah.

Jika Anda mengatakan bahwa Ahlul Bait menyuruhmu untuk melakukan itu, maka saya akan meminta darimu, siapa dari mereka yang pernah melakukannya?

Jika Anda mengatakan : Saya hanya mengungkapkan kecintaan saya kepada Ahlul Bait... Maka saya akan mengatakan : Kalau demikian keadaannya, maka setiap “orang-orang yang bersorban” (ulama-ulama, tokoh-tokoh dan pembesar-pembesar Syiah) sebenarnya membenci Ahlul Bait, karena kami tidak pernah melihat mereka menampar-nampar pipi. Demikian pula sesama Ahlul Bait saling membenci diantara mereka, karena tidak ada seorang pun diantara mereka yang menampar atau melukai diri untuk meratapi yang lainnya.

Pertanyaan Ketiga

Apakah keluarnya al-Husain ke Karbala dan terbunuhnya beliau merupakan kemuliaan untuk Islam dan kaum muslimin atau sebaliknya, kehinaan untuk Islam dan kaum muslimin?

Jika Anda mengatakan untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin, saya katakan, mengapa kalian menangisi hari yang merupakan kemuliaan Islam dan kaum muslimin? Apakah kemenangan Islam itu telah menyakiti Anda?

Jika Anda mengatakan itu merupakan kehinaan untuk Islam dan kaum muslimin, saya katakan : Apakah kita akan menyebut al-Husain sebagai orang yang menghinakan Islam dan kaum muslimin?
Karena al-Husain dalam keyakinan Anda mengetahui yang ghaib, yang dengannya tentu saja ia telah mengetahui bahwa ia akan menghinakan Islam dan kaum muslimin…

Pertanyaan Keempat

Manfaat apa yang didapatkan al-Husain dari perginya dia ke Karbala dan terbunuh disana?

Jika Anda mengatakan dia keluar untuk melawan kezaliman, maka saya katakan : Mengapa ayahnya, Ali bin Abi Thalib tidak keluar untuk melawan orang-orang yang telah menzaliminya?

Apakah al-Husain lebih mengetahui daripada ayahnya? Ataukah ayahnya tidak pernah mengalami kezaliman itu? Ataukah Ali bukanlah seorang yang pemberani untuk melawan kezaliman?

Mengapa pula saudaranya, al-Hasan tidak keluar memerangi Mu’awiyah? Bahkan ia berdamai dengannya dan menyerahkan kepemimpinan negeri dan kaum muslimin kepadanya. Siapakah diantara ketiga orang ini yang benar?

Pertanyaan Kelima

Mengapa al-Husain membawa serta bersamanya keluarga wanita dan anak-anaknya menuju Karbala’?

Jika Anda mengatakan bahwa dia tidak pernah tahu menahu apa yang bakal terjadi terhadap diri mereka… Saya katakan : Anda telah mencampakkan ‘ishmah (kema’shuman) dari dirinya yang kalian katakan bahwa al-Husain mengetahui perkara yang ghaib.

Jika Anda mengatakan bahwa al-Husain tahu tentang hal tersebut, maka saya katakan : Apakah al-Husain keluar menuju Karbala untuk membunuh anak-anaknya? Radhiyallahu ‘anhum

Pertanyaan Keenam

Jika Anda mengatakan bahwa al-Husain keluar untuk menyelamatkan Islam seperti yang digembar gemborkan oleh ulama-ulama Anda, saya akan tanyakan kepada Anda : Apakah Islam sudah menyimpang pada masa pemerintahan al-Hasan? Apakah Islam telah menyimpang pada masa pemerintahan Ali?!

Mengapa keduanya tidak keluar untuk mengembalikan Islam seperti semula?

Pilihannya : entah Anda mempersaksikan keadilan para Khalifah yang tiga sebelum Ali, kejujuran mereka dan keridhaan Ali terhadap mereka semua, atau justru Anda mempersaksikan pengkhianatan Ali dan putranya al-Hasan terhadap Islam sehingga perlu diselamatkan oleh al-Husain…

Pertanyaan Ketujuh

Siapakah yang membunuh al-Husain?

Jika Anda mengatakan : Yazid bin Mu’awiyah, saya akan menuntut Anda dengan sebuah dalil yang shahih dari kitab-kitabmu (dan Anda tidak perlu susah payah mencari, karena tidak ada dalil yang shahih dalam kitab-kitabmu yang menyebutkan bahwa Yazid membunuh atau menyuruh membunuh al-Husain).

Jika Anda mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah Syamr bin Dzil Jausyan, maka saya katakan padamu : ”Mengapa Anda melaknat Yazid?”

Jika Anda mengatakan al-Husain terbunuh di masa pemerintahan Yazid, maka saya katakan bahwa Imam Anda yang ghaib (yang bersembunyi di gua) bertanggung jawab terhadap setiap darah muslim yang tumpah. Di masanya, Iraq, Palestina, dan Afghanistan terjajah dan Syiah pun diserang, sementara dia berlepas diri dan tidak berbuat apapun…

(Dalam keyakinan Syiah, Imam yang ghaib itulah penguasa yang hakiki di alam semesta ini).

Pertanyaan Kedelapan

Manakah yang lebih berat bagi Islam dan kaum muslimin, kematian Nabi ﷺ atau terbunuhnya al-Husain?

Jika Anda mengatakan kematian Nabi ﷺ, saya tanyakan : Mengapa kami tidak melihat kalian menampar dan memukul-mukul tubuh untuk beliau?

Jika kalian mengatakan terbunuhnya al-Husain lebih berat dan buruk, maka akan jelaslah bagi manusia bahwa Nabi yang mulia tidak memiliki kedudukan berarti dalam pandangan kalian, dan kalian lebih mengutamakan al-Husain daripada beliau.

Pertanyaan Kesembilan

Al-Husain radhiyallahu ‘anhu dalam keyakinan Syiah mengetahui yang ghaib. Apakah dia keluar bersama keluarganya untuk bunuh diri?

Jika Anda mengatakan “Iya”, Anda telah menuduhnya bunuh diri dan membunuh anak-anaknya.
Jika Anda mengatakan “Tidak”, maka Anda telah menggugurkan kema’shuman dan keimamahannya..

Pertanyaan Kesepuluh

Ulama-ulama kalian mengatakan bahwa para Imam Syiah memiliki “wilayah takwiniyah” (kekuasaan di alam raya) yang tunduk dibawahnya seluruh apa yang ada di alam ini. Apakah Syamr, pembunuh al-Husain radhiyallahu ‘anhu juga tunduk kepada “wilayah takwiniyah” tersebut?

Jika Anda mengatakan “Iya”, maka itu bermakna bahwa al-Husain mati bunuh diri karena dia tidak mempergunakan “wilayah takwiniyah” yang ada pada dirinya.

Jika kalian mengatakan “Tidak”, Syamr tidak tunduk kepadanya, maka Anda telah mendustakan seluruh ulama Anda yang telah bersepakat tentang perkataan mengenai “wilayah takwiniyah” tersebut.

Pertanyaan Kesebelas

Mengapa kami melihat orang-orang yang menampar pipi, berteriak-teriak, mencambuk dirinya dengan rantai dan memukul kepalanya dengan pedang; mereka itu adalah kalian orang-orang awam… Sementara kami melihat “Orang-orang bersorban” tidak pernah melakukan hal tersebut?

Jika Anda mengatakan ucapanku tidak benar, karena mereka juga melakukan itu; menampar, melukai diri, merayap dan seterusnya seperti yang kalian lakukan… maka saya menuntut bukti dari Anda!

Jika Anda mengatakan: “Iya, dan itulah realitanya”… maka saya akan tinggalkan seribu tanda tanya di kepala Anda mempertanyakan loyalitas dan kecintaan mereka terhadap Ahlul Bait.

Pertanyaan Keduabelas

Kalian, pada setiap Hari Asyura’ di setiap tahunnya selalu mendengung-dengungkan untuk membalas dendam atas pembunuhan al-Husain!

Pertanyaannya : Mengapa para Imam Syiah tidak pernah membalas dendam mereka terhadap pembunuh ayahnya (al-Husain) sebagaimana yang kalian klaim? Apakah kalian lebih berani daripada mereka?

Jika kalian mengatakan: “Kami lebih pemberani”, maka selesailah urusan ini.

Jika kalian mengatakan bahwa para Imam tidak mampu melakukannya karena situasi politik tertentu, maka saya katakan kepada kalian : Dimanakah “wilayah takwiniyah” yang tunduk kepadanya seluruh apa yang ada di alam ini?! Ataukah itu hanyalah sebuah khurafat yang ada di kepala kalian?

Kemudian, siapa juga orang yang akan kalian tuntut untuk membalaskan dendam al-Husain darinya?!

Pertanyaan Ketigabelas

Pertanyaan ini ditujukan kepada Mahdi Syiah yang kabur bersembunyi: Mengapa Anda lari sampai saat ini? Apakah Anda takut terhadap seseorang? Ataukah Anda hanyalah sebuah kebohongan? Dan apakah benar Anda akan keluar dengan sebuah al-Quran baru yang bukan al-Quran kami sekarang?

Jika Anda mengatakan : Saya tidak takut!… Saya katakan : Kalau begitu, apalagi yang Anda tunggu untuk keluar?

Jika Anda mengatakan : Saya menunggu perintah Allah… Maka saya meminta darimu dalil, karena Nabi ﷺ tidak meninggalkan sesuatu perkara melainkan telah beliau jelaskan kepada kami. Kecuali jika Anda mencela Nabi dalam perkara ini, maka itu urusan Anda sendiri.

Jika saya berjumpa denganmu wahai Imam, saya akan memintamu untuk mengadakan forum debat antara saya dengan Anda di ruangan para pembela Ahlul Bait, di atas balkon!!!

Wahai Pengikut Syiah…

Saya tidak menuntutmu kecuali satu hal saja; gunakan akalmu dan berpikirlah!! Jangan Anda menyerahkannya kepada “Orang-orang bersorban” untuk berpikir mewakilimu dan menentukan arah hidupmu. Cukuplah orang-orang itu telah mencuri hartamu, yang mungkin saja dia juga telah mencuri kehormatanmu… Maka jagalah akalmu dan berpikirlah!!

10 November 2013

Mereka Saling Menyayangi

Dengan apa Anda akan memberi nama kepada anak-anak kesayangan Anda?

Pernahkah Anda membayangkan bahwa seseorang diantara kita akan memberi nama anaknya dengan nama-nama orang yang sangat dimusuhinya dan dibenci?

Sekte Syi'ah Imamiyah mendakwakan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu (Abul Hasan al-Murtadha, imam ma'shum pertama dalam keyakinan Syi'ah) sangat benci terhadap para shahabat Khulafa' Rasyidun dan juga shahabat-shahabat senior lainnya. Tapi anehnya, nama-nama putra beliau dan juga anak keturunannya memberikan gambaran yang sangat berbeda dari apa yang diyakini dan diimani Syi'ah tentang perkara tersebut.

Sebagai wujud cinta dan hormat beliau kepada para Khulafa' Rasyidun yang telah mendahuluinya, Imam Ali radhiyallahu 'anhu memberikan nama-nama berikut ini kepada tiga orang putranya; Abu Bakr bin Ali, Umar bin Ali dan Utsman bin Ali. Ketiganya terbunuh bersama saudara mereka, al-Husain radhiyallahu 'anhu di Thaff Karbala', Irak.

Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Abu Muhammad az-Zakiy, imam kedua dalam keyakinan sekte Imamiyah, telah memberi nama beberapa putranya dengan nama-nama ini; Abu Bakr bin al-Hasan, Umar bin al-Hasan dan Thalhah bin al-Hasan. Ketiganya juga ikut berperang dan terbunuh bersama paman mereka, al-Husain.

Sementara al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, Abu Abdillah asy-Syahid, imam ketiga dalam mazhab Imamiyah, memiliki seorang putra dengan nama yang sangat dibenci Syi'ah; Umar bin al-Husain!

Putra tertuanya, Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, yang digelari Zainul Abidin, imam keempat dalam mazhab Imamiyah, memiliki seorang putri yang beliau namakan Aisyah dan seorang putra yang bernama Umar.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan untuk Sang Kekasih, Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan ahli baitnya yang suci.