Sponsors

30 Juli 2011

Kesaksiannya tentang Hilal Ditolak

Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah (Mantan Mufti Kerajaan Saudi, wafat tahun 1999) ditanya sebagai berikut :

Dengan apa kepastian masuknya dan selesainya bulan Ramadhan? Apa hukumnya orang yang melihat hilal sendirian saat masuknya bulan tersebut atau selesainya?


--000--

Beliau menjawab :

Kepastian masuk dan selesainya bulan tersebut dengan kesaksian dua orang adil atau lebih, dan kepastian masuknya bulan itu juga dengan kesaksian satu orang saja. Karena telah sah hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
فإن شهد شاهدان فصوموا و أفطروا

Jika telah bersaksi dua orang saksi maka berpuasalah dan berbukalah![1]

Dan telah sah juga dari beliau bahwa beliau menyuruh manusia berpuasa dengan kesaksian Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma [2] dan dengan kesaksian seorang Arab Badui [3], dan sama sekali beliau tidak meminta kesaksian orang lain lagi –‘alaihi ash shalaatu wa as salaam.

Hikmah dalam persoalan ini –wallahu a’lam- untuk kehati-hatian dalam agama dalam persoalan masuk dan selesainya Ramadhan sebagaimana yang disebutkan para ulama.

Dan siapa yang melihat hilal sendirian saat masuk atau selesainya bulan tersebut dan kesaksiannya itu tidak diamalkan (ditolak dan tidak diterima oleh penguasa), maka dia berpuasa bersama manusia dan berbuka bersama manusia, dan tidak perlu dia mengamalkan kesaksian dirinya tersebut menurut pendapat yang paling benar dari pendapat-pendapat ulama dengan dalil sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

الصوم يوم تصومون، و الفطر يوم تفطرون، و الأضحى يوم تضحون

Shaum (puasa) adalah hari ketika kalian berpuasa, fithr (hari berbuka, ied) adalah hari ketika kalian berbuka (berhari raya) dan adha adalah hari saat kalian berkorban [4]

Wallahu waliyyu at taufiq.

-------------------------

Footnotes :

1. HR. an Nasa’i (no. 2116) dan Ahmad dalam al Musnad (IV/ 321) dan liat pula Irwa’ al Ghalil (909)

2. HR. Abu Dawud (no. 2342), ad Darimi (no. 1698), Ibnu Hibban (no. 3447), al Baihaqi (IV/ 2120 dan lihat pula Shahih Sunan Abi Dawud (2053)

3. HR. Abu Dawud (no. 2341), at Tirmidzi (no.687), an Nasa’i (no. 2112) dan Ibnu Majah (no.1654)

4. HR. Abu Dawud (no. 2324), at Tirmidzi (no. 693) dan Ibnu Majah (no. 1661)

-------------------------


Sumber : 

As-ilah Muhimmah Tata’allaq bi ash Shiyaam

0 tanggapan:

Posting Komentar