Sponsors

30 Juli 2011

Ru'yah vs Hisab dalam Penentuan Ramadhan

Menjelang Ramadhan dan hari-hari besar ibadah dalam Islam, umat sering sekali dibuat bingung oleh sebagian orang atau kelompok yang masih ngotot menggunakan hisab dalam penentuan hari-hari ibadah tersebut. Berikut ini kami kutipkan perkataan seorang imam besar dari pengikut mazhab Imam Asy Syafi'i rahimahullahu, yang mudah-mudahan saja memberikan pencerahan kepada pembaca tentang hakikat yang sebenarnya berkait hisab tersebut.


 
Disebutkan dalam Kitab Al Majmu' karya Imam an Nawawi asy Syafi'i rahimahullah (VII/ 270) :


واختلف العلماء في معنى قوله صلى الله عليه وسلم «فإن غم عليكم فاقدروا له» فقال أحمد بن حنبل وطائفة قليلة معناه ضيقوا له وقدروه تحت السحاب، وأوجب هؤلاء صيام ليلة الغيم وقال مطرف بن عبد الله وأبو العباس بن سريج وابن قتيبة وآخرون معناه قدروه بحساب المنازل، وقال مالك وأبو حنيفة و الشافعي وجمهور السلف والخلف معناه قدروا له تمام العدد ثلاثين يوماً


"Ulama berselisih tentang makan perkataan beliau shallallahu 'alaihi wasallam : 'Jika (hilal) tertutup oleh awan, maka perkirakanlah!''

Berkata Ahmad bin Hanbal dan sekelompok ulama : Maknanya adalah 'persempitlah (kecilkanlah) bilangannya dan perkirakanlah dari bawah awan', dan mereka mewajibkan puasa di hari yang mendung (yaitu ketika tidak nampak hilal, pen).

Berkata Mutharrif bin Abdillah, Abul Abbas bin Suraij, Ibnu Qutaibah dan lain-lain : Maknanya adalah 'Perkirakanlah dia dengan hisab falaki'.

Berkata Malik, Abu Hanifah, asy Syafi'i dan Jumhur Salaf dan Khalaf bahwa maknanya adalah perkirakan dia dengan menyempurnakan bilangan menjadi 30 hari'."


Imam an Nawawi juga berkata :

قال الجمهور ومن قال بتقدير الحساب فهو منابذ لصريح باقي الروايات، وقوله مردود، ومن قال بحساب المنازل فقوله مردود بقوله صلى الله عليه وسلم في «الصحيحين» «إنا أمة أمية لا نحسب ولا نكتب الشهر هكذا وهكذا» الحديث قالوا ولأن الناس لو كلفوا بذلك ضاق عليهم، لأنه لا يعرف الحساب إلا أفراد من الناس في البلدان الكبار،

فالصواب ما قاله الجمهور، وما سواه فاسد مردود بصرائح الأحاديث السابقة ) انتهى.


"Berkata Jumhur : Barangsiapa yang berpendapat dengan perkiraan hisab (penghitungan), maka dia telah mencampakkan riwayat-riwayat lain yang sangat jelas dan perkataannya tertolak.

Barangsiapa yang berpendapat dengan penetapan hisab falaki maka perkataannya tertolak dengan sabdanya shallallahu 'alaihi wasallam dalam 'Shahihain' : 'Kami adalah kaum yang ummi. Kami tidak menghitung dan tidak menulis. Sebulan adalah sekian dan sekian (hari)', al hadits.


Jumhur juga berkata : Jika manusia dibebankan dengan perkara tersebut, maka itu akan menyusahkan mereka. Karena tidak ada yang memahami hisab tersebut kecuali orang-orang tertentu saja di negeri-negeri yang besar. Pendapat yang benar adalah pendapat jumhur. Adapun yang selain itu adalah pendapat yang rusak, tertolak dengan dalil hadits-hadits yang sangat jelas yang telah disebutkan".

0 tanggapan:

Posting Komentar