Sponsors

12 Februari 2011

Penutup Para Nabi 'alaihimussalam

Salah satu aqidah yang sangat mendasar dalam prinsip-prinsip aqidah Islam, aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menutup nubuwwah (kenabian) dengan diutusnya Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman :

ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول الله وخاتم النبيين

”Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang diantara kamu, akan tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi”. [QS. 33 : 40].




Makna “khatm an-nubuwwah” (penutup kenabian) dengan kenabian Beliau adalah : tidak ada lagi nubuwwah dan tidak ada lagi syari’at setelah kenabiannya dan syari’atnya shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di akhir zaman nanti tidaklah menafikan hal tersebut; karena ketika turun nanti, Isa ‘alaihissalam akan mengamalkan Syari’at Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan dengan syari’at yang pernah dibawanya karena syari’atnya telah dihapus (mansukh). Maka Nabi Isa tidak beribadah kecuali dengan syari’at Islam, baik dalam ushul (prinsip pokok ajaran Islam) maupun dalam furu’ (cabang)nya.


Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Sang Penutup para nabi telah diutus dengan kitab suci yang terbaik dan syari’at yang paling sempurna. Ia telah datang dengan syari’at yang mencukupi bagi seluruh hamba di setiap tempat dan masa sampai datangnya hari Kiamat; menyempurnakan ajaran para nabi dan tidak ada lagi nabi sesudahnya.

Dalam ash-Shahihain (al-Bukhary dan Muslim) dari hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda (artinya) :

مثلي ومثل الأنبياء من قبلي كمثل رجل بنى دارًا فأكملها و أحسنها إلا موضع لبنة، فجعل الناس يدخلون ويتعجبون منها ويقولون : لولا موضع لبنة

”Perumpamaanku dengan para nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun rumah. Dia menyempurnakan dan membaguskan rumahnya, kecuali tempat sebuah bata (yang masih lowong). Orang-orang masuk ke rumah itu dan mengaguminya. Mereka berkata :’(Alangkah bagusnya) kalau bukan tempat sebuah bata (yang masih lowong ini)!’,”.

Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya :

فجئت فختمت اللبنة

”Aku pun datang dan menutup para nabi”.

Dalam riwayat Abu Hurairah beliau mengatakan :

فأنا اللبنة، وأنا خاتم النبيين

”Akulah bata itu, dan akulah penutup para nabi”. [terjemah HR. al-Bukhary dan Muslim]

Beliau juga bersabda :

كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء، كلما هلك نبي خلفه نبي، وإنه لا نبي بعدي

”Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, dia digantikan oleh nabi yang lain, dan tidak ada lagi nabi sesudahku”. [terjemah HR. al-Bukhary]


Berkata Syaikh Abul A’la al-Maududi rahimahullah dalam bantahannya terhadap sekte Ahmadiyah Qadianiyah :

“Jika kita membaca al-Qur’an untuk mencari sebab-sebab yang dengannya bisa diketahui perlunya diutus seorang nabi di suatu umat di bumi ini, niscaya kita akan tahu bahwa sebabnya ada empat :

1) Tidak pernah datang kepada umat itu seorang nabi dari Allah, dan tidak ada ajaran-ajaran nabi di umat lain yang sampai kepadanya.

2) Pernah diutus kepadanya seorang nabi, akan tetapi ajarannya telah terhapus atau terlupakan atau telah diubah-ubah, sehingga tidak memungkinkan bagi umat itu untuk mengikuti ajaran nabi tersebut secara baik dan sempurna.

3) Telah diutus kepadanya seorang nabi, akan tetapi ajarannya tidak sempurna untuk orang-orang yang datang setelahnya dan tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat di masa mereka. Maka sangat dibutuhkan kehadiran nabi lain yang akan menyempurnakan agama.

4) Telah diutus kepadanya seorang nabi, akan tetapi kebutuhan dan keadaan telah memaksa untuk diutus bersamanya nabi yang lain, dengan tujuan untuk memperkuat argumentasi dan kebenarannya.

Keempat sebab ini telah hilang setelah kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Umat Islam dan umat-umat yang lain di alam ini tidak memerlukan diutusnya nabi yang baru setelah Nabi Muhammad. Allah telah menjelaskan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam diutus untuk seluruh manusia. Allah berfirman :

قل يا أيها الناس إني رسول الله إليكم جميعًا

”Katakanlah (Muhammad) :‘Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua’.” [terjemah QS. 7:158]

Demikian juga, sejarah peradaban telah memberikan petunjuk bahwa situasi peradaban manusia semenjak diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memungkinkan untuk sampainya dakwah ke seluruh penjuru bumi dan bangsa. Maka tidak diperlukan seorang nabi baru untuk sebuah umat atau tempat tertentu. Dengan ini gugurlah sebab pertama.

Yang dipersaksikan oleh al-Qur’an serta kitab-kitab hadits dan sejarah : bahwa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa hidup terpelihara dalam bentuknya yang asli, tidak tersentuh tangan-tangan yang suka merubah dan melupakannya.

Kitab suci yang dibawanya tidak pernah dirubah, ditambah atau dikurangi dalam setiap hurufnya, dan hal itu tidak mungkin terjadi sampai hari Kiamat.

Adapun petunjuk yang ia sampaikan dengan ucapan dan perbuatannya, maka kita melihat peninggalan tersebut sampai hari ini masih hidup dan terjaga; seakan-akan kita berdiri dihadapannya dan hidup di masanya. Dengan demikian, gugurlah sebab yang kedua.

Kemudian al-Qur’an telah menjelaskan bahwa Allah telah menyempurnakan agama-Nya dengan perantaraan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam; maka gugurlah sebab ketiga.

Terakhir, jika saja kebutuhan mengharuskan diutusnya seorang nabi yang lain bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membenarkan dan menyokongnya, pastilah nabi itu diutus pada masa hidupnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka gugur jugalah sebab yang kelima…”. Wallahu a’lam.


* Disarikan dari al-Irsyâd ilâ Shahîh al-I’tiqâd, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Hai-ah Kibâr al-Ulamâ (Dewan Ulama Besar), Kerajaan Saudi Arabia.

0 tanggapan:

Posting Komentar