Sponsors

22 Januari 2013

Untuk Apa Mereka Merayakan Maulid Nabawi?

Orang-orang yang suka merayakan Maulid telah melegalkan perbuatan mereka tersebut dengan beberapa alasan berikut ini, dengan sebagiannya atau seluruhnya,

  1. Penyelenggaraan Maulid yang dilakukan setiap tahunnya, dengannya kaum muslimin akan kembali mengingat Nabinya -shallallahu 'alaihi wasallam-, sehingga bertambahlah kecintaan dan pengagungan mereka terhadap beliau.
  2. Mendengarkan asy-Syama'il al-Muhammadiyyah (Sifat-sifat dan akhlak-akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) dan mengenal nasab (garis keturunan) beliau yang mulia.
  3. Menampakkan kegembiraan dengan kelahiran Rasul shallallahu 'alaihi wasallam yang menunjukkan akan kecintaan terhadap diri beliau dan kesempurnaan iman.
  4. Memberi makan, dan ini adalah perkara yang diperintahkan. Padanya ada ganjaran pahala yang besar terutama dengan niat syukur kepada Allah Ta'ala.
  5. Berkumpul untuk berzikir kepada Allah dengan membaca al-Quran dan bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Inilah lima perkara yang dijadikan alasan pembenaran untuk merayakan Maulid oleh sebagian pendukungnya. Alasan-alasan ini tidak memuaskan dan sangat nampak kebatilannya karena kelancangannya terhadap Syari'at dengan membuat sesuatu yang tidak pernah disyari'atkan walaupun ada hajat kepada hal itu. Berikut ini adalah penjelasan tentang kebatilan alasan-alasan tersebut,

  1. Perkara Maulid yang dijadikan sebagai peringatan tahunan; hal ini layak dijadikan alasan jika seorang muslim tidak menyebut dan mengingat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam puluhan kali pada setiap harinya, sehingga dibuatkanlah peringatan tahunan atau bulanan untuk mengingatnya, yang dengan itu akan bertambahlah iman dan kecintaan muslim tersebut terhadap diri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Adapun seorang muslim; tidaklah dia shalat pada malam dan siang kecuali dia akan menyebut padanya nama Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, dan tidaklah masuk waktu shalat dan tidak pula ditegakkan shalat tersebut kecuali akan disebut nama Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan dibacakan shalawat untuknya. Yang pantas untuk dibuatkan perayaan karena khawatir lupa adalah orang-orang yang tidak menyebut dan mengingatnya. Adapun muslim yang (seharusnya) selalu menyebut dan mengingatnya, apa pentingnya acara tersebut agar dia tidak lupa? Bukankah hal ini seperti mencari sesuatu yang semestinya sudah ada pada diri setiap muslim?!
  2. Mendengarkan sebagian dari asy-Syama'il al-Muhammadiyyah dan nasabnya yang mulia; ini juga alasan yang tidak kuat. Karena mengenal asy-Syama'il al-Muhammadiyyah dan nasabnya yang mulia tidaklah cukup hanya untuk didengarkan setahun sekali. Apa yang bisa mencukupi seorang muslim dengan hanya mendengarkannya sekali dalam setahun sementara hal itu adalah bagian penting dari aqidah Islam?! Yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah adalah mengenal nasab Nabinya -shallallahu 'alaihi wasallam- dan sifat-sifatnya sebagaimana dia mengenal Allah Ta'ala dengan nama-nama dan sifat-sifatNya. Yang seperti ini tidak mungkin terwujud kecuali dengan pengajaran, tidak cukup hanya dengan mendengarkan kisahnya setahun sekali.
  3. Menunjukkan kegembiraan adalah alasan yang sangat-sangat lemah, karena kegembiraan itu entah karena pribadi Rasul shallallahu 'alaihi wasallam atau karena hari yang padanya beliau dilahirkan. Jika hal itu terjadi karena pribadinya, maka kegembiraan itu seharusnya berlaku pada setiap waktu ketika namanya disebut dan tidak khusus pada waktu-waktu tertentu saja. Jika kegembiraan itu karena hari yang padanya beliau dilahirkan, maka sungguh, hari itu (12 Rabi'ul Awwal) juga adalah hari wafatnya beliau -shallallahu 'alaihi wasallam. Saya tidak mengira seorang yang berakal akan mengadakan perayaan kegembiraan pada hari dimana kekasih yang dicintainya meninggal dunia. Kematian beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- adalah musibah terbesar yang menimpa umat ini.
  4. Memberi makan adalah alasan yang jauh lebih lemah dari alasan-alasan sebelumnya, karena memberi makan adalah sunnah dan sangat dianjurkan pada setiap kali ada kebutuhan untuk hal itu. Seorang muslim akan selalu menjamu tamu, memberi makan orang yang kelaparan dan bersedekah sepanjang tahun. Tidak perlu kepada satu hari tertentu pada satu tahunnya untuk memberi makan. Karenanya, hal ini bukanlah alasan yang pantas untuk membuat perkara baru dalam agama.
  5. Berkumpul untuk zikir adalah alasan yang rusak dan batil, karena berkumpul untuk berzikir dengan satu suara tidaklah dikenal di kalangan para Salaf. Adapun puji-pujian yang dengan paduan satu suara, maka ini adalah bid'ah yang buruk dan tidak dilakukan kecuali orang yang bingung dengan agamanya, wal 'iyaadzu bi_Llaah. Padahal, kaum muslimin senantiasa berkumpul pada setiap malam dan siang sepanjang tahunnya untuk shalat-shalat berjama'ah di masjid-masjid dan juga menghadiri majelis-majelis ilmu. Karena itu, mereka tidak butuh kepada majelis tahunan untuk mendengarkan tabuhan-tabuhan dan menyantap makanan dan minuman yang umumnya faktor pendorongnya adalah keinginan-keinginan jiwa dan syahwat.
Semoga Allah mengampuni dan berkenan mengembalikan umat ini kepada ajaran agama-Nya dan Sunnah nabi-Nya dengan cara yang terbaik. Amin.

اللهم أرنا الحقَّ حقًّا وارزقنا اتباعه، وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه

-----------------------

Sumber : Al-Inshaaf fiimaa Qiila fii al-Maulid min al-Ghuluww wa al-Ijhaaf, Syaikh Abu Bakr bin Jabir al-Jaza'iri, pengajar di Masjid Nabawi, cetakan Darul Bukhary-Buraidah-KSA, tanpa tahun.

0 tanggapan:

Posting Komentar