Sponsors

15 September 2015

Hajar Aswad Tidak Dapat Memberi Manfaat atau Menolak Keburukan

Saat akan melakukan thawaf, disunnahkan untuk mengusap dan mencium Hajar Aswad, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah . Itulah yang ditunjukkan dalil-dalil shahih dari Rasulullah .

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma ia berkata, "Saya melihat Rasulullah ketika datang ke Makkah, jika beliau telah mengusap ar-Rukn al-Aswad[1] maka yang pertama beliau lakukan dalam thawaf adalah berlari kecil tiga kali dari tujuh putaran." (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

Muslim meriwayatkan dari Nafi', ia berkata : Saya melihat Ibnu Umar mengusap al-Hajar dengan tangannya kemudian ia mencium tangannya tersebut. Ia berkata, "Aku tidak pernah meninggalkannya semenjak aku melihat Rasulullah melakukannya."

Muslim juga meriwayatkan dari Abu ath-Thufail radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Rasulullah berthawaf di al-Bait (Ka'bah) dan beliau menyentuh ar-Rukn (yaitu Hajar Aswad) dengan tongkatnya serta mencium tongkat tersebut."

Dengan itulah kaum muslimin dari masa ke masa menyentuh dan menciumi Hajar Aswad, demi untuk ber-ittiba’ kepadanya, mengikuti petunjuknya dan berkomitmen terhadap sunnahnya ﷺ. Bukan karena keyakinan mereka bahwa batu itu dapat memberi manfaat atau menolak keburukan.

Karena itulah, saat akan mencium Hajar Aswad, Amirul Mukminin Umar ibnul Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, "Sesungguhnya aku sangat mengetahui bahwa engkau hanyalah sebuah batu yang tidak dapat memberi manfaat atau keburukan. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu." (Riwayat al-Bukhary dan Muslim).

Berkata Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullahu, “Umar mengatakan demikian karena manusia pada saat itu belum lama lepas dari masa penyembahan berhala. Umar sangat khawatir kalau orang-orang jahil sampai menyangka bahwa mengusap Hajar Aswad termasuk dalam pengagungan terhadap sebagian batu, sebagaimana yang dilakukan bangsa Arab di masa Jahiliyyah. Maka Umar ingin memberi pelajaran pada manusia bahwa mengusapnya itu hanyalah sebagai ittiba’ (mengikuti petunjuk) terhadap perbuatan Rasulullah , bukan karena batu tersebut bisa memberi manfaat atau keburukan dengan sendirinya, sebagaimana keyakinan manusia terhadap berhala-berhala.” (Perkataan ini dinukil oleh al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, III/ 463)

Demikianlah pemahaman para Shahabat, Salaf umat ini, tentang Hajar Aswad.

Hajar Aswad adalah sebuah batu yang sangat mulia dan wajib dimuliakan. Namun, pemuliaan dan pengagungan tersebut tidak menjadikan seorang muslim berkeyakinan keliru terhadapnya. Hajar Aswad tetaplah sebuah batu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun atau menolak keburukan.

Nah, bagaimana lagi jika batu itu adalah yang selain Hajar Aswad?!

Alangkah banyaknya orang-orang awam dari umat ini yang masih meyakini keberkahan pada benda-benda tertentu, atau meyakini bahwa benda-benda tersebut dapat menolak keburukan dari dirinya. Hingga akhirnya ia pun terjatuh pada kesyirikan yang sangat dimurkai Allah Ta'ala.

Semoga Allah melindungi kita semua dari keburukan syirik dan para pelaku kesyirikan.


---------------------

Footnotes :

[1] Ka'bah -dalam bentuknya yang sekarang- memiliki empat rukun (pilar), yaitu rukn al-Hajar al-Aswad, rukn al-Yamaani, rukn al-Gharbi (barat) dan rukn asy-Syaami atau asy-Syamaali (utara). Dua yang pertama kadang diistilahkan sebagai "dua rukn Yamaani" karena mengarah ke negeri Yaman, dan dua yang terakhir kadang diistilahkan sebagai "dua rukn Syaami" karena cenderung mengarah ke arah negeri Syam.

[2] Sunnahnya berkenaan dengan Hajar Aswad adalah mengusapnya dan menciumnya. Jika hal itu sulit dilakukan, maka mengusap atau menyentuh dengan tangan (atau tongkat) kemudian mencium tangan (atau tongkat) itu. Jika tidak memungkinkan juga, maka cukup dengan berisyarat tanpa mencium. Demikianlah yang dinukil dari Rasulullah sebagaimana yang telah disebutkan dalam dalil-dalil diatas. Dan diriwayatkan Imam al-Bukhary dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah berthawaf diatas onta. Setiap kali beliau mendatangi ar-Rukn (Hajar Aswad), beliau berisyarat dengan tangannya dan bertakbir."

0 tanggapan:

Posting Komentar