Sponsors

21 September 2015

Keutamaan Puasa Hari Arafah

Disunnahkan bagi orang yang tidak sedang menunaikan ibadah haji untuk berpuasa pada Hari Arafah, yaitu pada hari kesembilan di bulan Dzulhijjah. Puasa tersebut menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah berlalu, dan menghapuskan dosa-dosa setahun yang akan datang dari umur seorang manusia. Perkara yang tidak pernah terjadi kecuali untuk Nabi ﷺ dalam firman Allah,

لِيَغْفِرَ اللهُ لكَ مَا تَقَدّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأخّرَ

Supaya Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS. Al-Fath ayat 2).

Dan juga para peserta Perang Badr al-Kubra sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi,

اعملوا ما شئتم فقد غفرتُ لكم

Kerjakanlah apa yang kalian suka, sungguh Aku telah mengampuni kalian!” (HR. Al-Bukhary).

Berkenaan dengan dalil tentang keutamaan puasa di Hari Arafah, maka Nabi ﷺ bersabda,

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده

Puasa hari Arafah, aku sangat berharap pada Allah akan menghapuskan dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun yang setelahnya.” (HR. Muslim).

Penghapusan dosa dua tahun tersebut, entah yang dimaksudkan bahwa Allah mengampuni dosa-dosanya selama dua tahun itu dengan sebab jauhnya dia dari dosa-dosa besar dan taufiq yang Allah berikan padanya untuk beramal shalih yang menggugurkan dosa-dosa, atau dimaksudkan bahwa Allah menjaganya sehingga tidak melakukan dosa-dosa dan tidak bermaksiat kepadaNya dalam dua tahun tersebut.

Sunnah ini –seperti yang telah disebutkan- hanya berlaku bagi yang tidak melaksanakan haji. Adapun bagi kaum muslimin yang melaksanakan haji, maka yang paling utama baginya adalah melaksanakan Sunnah Nabi ﷺ dan para Khulafa’ Rasyidun dengan tidak berpuasa pada hari itu untuk menguatkan diri mereka dalam doa dan dzikir pada saat wuquf di Arafah. Demikianlah mazhab mayoritas para ulama.

Dalam Shahih al-Bukhary, dari Maimunah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha,

أَنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِي صِيَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلَابٍ وَهُوَ وَاقِفٌ فِي الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ

“Bahwa manusia dalam keraguan tentang puasa Nabi ﷺ pada hari Arafah. Maka ia mengirimkan segelas susu kepadanya sementara beliau sedang wukuf di Arafah. Beliau minum darinya sementara orang-orang melihatnya.”

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah ditanya tentang puasa hari Arafah di Arafah, beliau menjawab, “Saya melaksanakan haji bersama Nabi ﷺ dan beliau tidak melakukan puasa, bersama Abu Bakr dan beliau tidak berpuasa, bersama Umar dan beliau tidak berpuasa, bersama Utsman dan beliau juga tidak berpuasa. Aku pun tidak melakukannya dan tidak menyuruh untuk berpuasa, dan aku tidak juga melarangnya,” (Riwayat at-Tirmidzi, an-Nasa’i dalam Sunan al-Kubra dan Ahmad).

Wallahu a’lam.

0 tanggapan:

Posting Komentar