Sponsors

10 Maret 2016

Hijrah ke Habasyah II

Ketika sampai berita kepada kaum muslimin di Habasyah bahwa penduduk Makkah telah memeluk Islam, sebagian mereka kembali ke Makkah dan mereka dapatkan bahwa berita itu tidak seperti yang mereka dengarkan.

Mereka akhirnya kembali lagi ke Habasyah dan ikut bersama mereka kelompok lain yang ikut menuju Habasyah. Itulah yang disebut sebagai hijrah kedua. Jumlah mereka lebih dari 80 orang laki-laki selain wanita dan anak-anak.

Para pembesar Quraisy mengirim ‘Amr bin al-‘Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah dengan membawa hadiah untuk Najasyi dan uskup-uskupnya. Mereka bertemu Najasyi dan memintanya untuk mengembalikan kaum muslimin yang telah berhijrah ke negerinya. Najasyi mengirim utusan kepada kaum muslimin untuk memanggil mereka dan menanyakan tentang agama mereka.

Maka berkatalah Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, yang mewakili para muhajirin di Habasyah, “Wahai Raja, kami dahulu adalah kaum yang berada diatas kesyirikan. Kami menyembah berhala dan memakan bangkai, buruk dalam bertetangga dan menghalalkan yang haram. Sebagian kami atas sebagian yang lain saling menumpahkan darah dan selainnya. Kami tidak menghalalkan sesuatu dan tidak juga mengharamkannya. Dan Allah mengutus kepada kami seorang nabi dari kaum kami sendiri, yang kami kenali kesetiaannya, kejujurannya dan amanahnya. Ia mengajak kami untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatupun, menjalin silaturrahim, baik dalam bertetangga, shalat dan puasa, dan tidak menyembah yang selain Dia.”

Najasyi berkata, “Apakah bersamamu ada sesuatu dari ajaran yang dibawanya?”, dan ia telah memanggil para uskupnya dan membuka kitab-kitab mereka di sekelilingnya.

Ja’far berkata, “Iya.”

Ia berkata, “Tolong bacakan untukku apa yang dibawanya itu!”

Ja’far membacakan untuknya permulaan surat Kâf Hâ Yâ’ ‘Ain Shâd[1], maka Demi Allah, menangislah Najasyi hingga basahlah jenggotnya, dan menangislah para uskupnya hingga membasahi kitab-kitab mereka.

Kemudian Najasyi berkata, “Sungguh, perkataan seperti ini berasal dari sumber yang telah datang bersamanya Musa… Pergilah kalian dalam damai…”

Ketika usaha pertama itu gagal untuk mengembalikan kaum muslimin ke Makkah, pada hari berikutnya ‘Amr bin al-‘Ash mencoba untuk meributkan sikap kaum muslimin terhadap Isa ‘alaihissalam. Ia berkata kepada Najasyi, “Wahai Raja, mereka telah mengatakan perkataan yag buruk tentang Isa…”
 
Najasyi kembali mengirim utusan untuk mendatangkan mereka dan menanyai mereka. Ja’far menjawab, “Kami katakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusannya, kalimatNya dan ruh (dari)Nya yang Dia sampaikan kepada Perawan Maryam.”

Najasyi lalu mengambil sebuah batang kayu di tanah dan berkata, “Tidaklah Isa putra Maryam melampaui apa yang engkau katakan melebihi batang kayu ini!”

Dan Najasyi memberikan jaminan keamanan untuk kaum muslimin di negerinya, dan mereka pun tinggal bersama sebaik-baik tetangga di sebaik-sebaik negeri, sebagaimana ungkapan yang diucapkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha.[2]

———————————

Footnotes :              

[1] Surat Maryam
[2] Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dengan sanad yang hasan kepada Ummu Salamah.

(Sumber : as-Sîrah an-Nabawiyyah ash-Shahîhah, I/172-174 dengan ringkas)

0 tanggapan:

Posting Komentar