Melafazhkan niat tidak memiliki dasar apa pun dalam syariat yang suci ini. Juga tidak dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam atau para Sahabatnya radhiallahu 'anhum.
Niat itu tempatnya di hati, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى
"Amal-amal itu dengan niat, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan." [1]
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu : "Tempat niat itu adalah hati tanpa (mengikut sertakan) lisan dengan kesepakatan para imam kaum muslimin, dalam seluruh bentuk peribadatan; thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, pembebasan budak (al 'itq), jihad dan lain-lain...". [2]
Karenanya, tidak disyariatkan menjaharkan niat atau mengulang-ulanginya. Bahkan siapa yang membiasakannya layak untuk diberi pelajaran dan hukuman setelah diajarkan tentang ilmu yang sebenarnya, jika perbuatannya tersebut telah mengganggu orang yang ada di sampingnya dan dia terus-terusan mengulangi perbuatan itu. Orang yang menjaharkan niat adalah orang yang buruk dan menyelisihi Syariat. Jika dia meyakininya sebagai dien (agama) dan melafazkannya sebagai bentuk peribadatan kepada Allah maka dia telah berbuat bid'ah.
Jika perkara itu baik, niscaya Allah akan menjelaskannya melalui lisan rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Dan lagi pula, tidak ada perlunya melafazkan niat karena Allah Maha Mengetahui dengan niat seseorang. [3]
Jika perkara itu baik, niscaya Allah akan menjelaskannya melalui lisan rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Dan lagi pula, tidak ada perlunya melafazkan niat karena Allah Maha Mengetahui dengan niat seseorang. [3]
Adapun apa yang dinukil dari Imam asy Syafi'i rahimahullahu bahwa beliau berpendapat bahwa niat harus dilafazkan, maka berikut kami kutipkan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :
"Sebagian (ulama) muta-akhkhirin (yang datang belakangan) mengeluarkan satu pendapat dalam mazhab asy Syafi'i yang mewajibkan hal tersebut (yaitu melafazkan niat). Dan orang (yang menyebutkan pendapat) tersebut telah dianggap keliru oleh jumhur sahabat-sahabat asy Syafi'i. Kekeliruannya adalah, Imam asy Syafi'i berkata tentang shalat : 'Tidak boleh tidak, mesti mengucapkan di awalnya'... Orang yang keliru ini mengira bahwa yang dimaksudkan Imam asy Syafi'i adalah mengucapkan niat, namun seluruh sahabat-sahabat asy Syafi'i menyalahkannya, dan mereka berkata : 'Yang beliau maksudkan adalah mengucapkan takbir (takbiratul ihram) dan bukannya niat...'." [4]
Wallahu a'lam.
Footnotes :
[1] HR. al Bukhary dan Muslim
[2] Majmu'ah ar Rasa-il al Kubra, I/ 243
[3] Silahkan lihat ; Zadul Ma'ad (I/196), Ighatsah al Lahafan (I/134), Bada-i' al Fawa-id (III/186), al Furu' (I/111) dan asy Syarhul Mumti' (I/159)
[4] Lihat selengkapnya dalam Majmu' Fatawa, XXII/218-221 dan XXXVII/57
3 tanggapan:
keep on dakwah, ya akhi!!!
itu fitnah mas, kalau Imam Syafi'i mewajibkan melafadzkan niat. Buku-buku Karangan beliau yang saya baca tak ada satupun yang mewajibkan melafadzkan niat. Beliau hanya menyunahkan saja dalam melafadzkan niat. Dan beliau mewajibkan niat pada awal melakukan amal apapun agar amalnya diterima
@ Windu : Sudah dijelaskan diatas bahwa itu hanya kekeliruan orang yang salah memahami perkataan beliau. Bukannya beliau mewajibkannya..
Posting Komentar