Awalnya terasa canggung, lalu mulai coba-coba, akhirnya menjadi kebiasaan, dan kemudian kecanduanlah jadinya. Ternyata ikhwah pun menjadi penderitanya …
Militansi adalah sikap diri. Masuk menjadi nilai kepribadian. Jika upaya pembiasaannya dilakukan, maka ia akan terpelihara sebagai karakter. Namun jika terpalingkan oleh aktivitas lain, kemudian aktivitas tersebut juga menjadi kebiasaan, maka akan menjadi karakter pengganti. Perlahan militansi akan berkurang. Sampai akhirnya melemah dan hilang.
Dua ilustrasi berikut semoga mendapatkan catatan ringan dari setiap kita. Sebab bagaimanapun terkesan ringan, ilustrasi tersebut tetap menyita produktifitas dan berpengaruh terhadap kondisi diri kita.
Sinetron atau Film
Awalnya mungkin kebetulan tidak ada acara. Daripada bengong lebih baik mengaktifkan indra audiovisual. Maka layar kaca menjadi alternatif. Kebetulan acaranya adalah sinetron atau film. Dari kebetulan itu, kemudian perlahan menjadi candu, sedikit atau banyak.
Kecanduan sinetron atau film tidak hanya dalam bentuk ‘nongkrong’ di depan kotak segi empat, melainkan juga ke dalam otak dan pandangan kehidupan. Tidak jarang gambaran kehidupan yang terbentuk di kepala kita adalah penyesuaian terhadap skenario sinetron. Menarik ketika seorang ikhwah bergegas pulang sekedar agar tidak ketinggalan sebuah film atau sinetron.
Tentu saja kajian kita bukanlah bab boleh tidaknya menonton. Melainkan berkaitan dengan masalah ‘candu’ yang secara perlahan dan konsisten mengalihkan kita dari aktivitas-aktivitas produktif lain yang berdampak kepada militansi dakwah.
Games
Jenis ini adalah jenis ‘candu’ yang paling hebat. Bahkan dalam keadaan serius pun ia bisa muncul dengan tanpa disadari. Menjangkiti paling banyak aktivis Islam. Awalnya mungkin sekedar pengisi kejenuhan. Namun akhirnya menjadi aktivitas dominan. Bahkan tidak jarang menyita perhatian dan konsentrasi yang lebih produktif untuk dakwah.
Baik di dunia kerja, di kampus maupun di rumah-rumah para aktivis, jenis ‘candu’ ini dapat ditemui dengan mudah. Bahkan begitu populernya hingga di kantong-kantong celana aktivis terdapat minimal dua jenis model games.
Inilah yang secara perlahan menggeser aktivitas produktif dakwah semisal membaca, diskusi, menulis, dan sejenisnya, menjadi games.
Demikianlah dua aktivitas yang sangat sederhana, namun tanpa disadari menjadi candu pergerakan dakwah. Dan masih banyak lagi yang lainnya; internetan, facebook-an, SMS-an, banyak kumpul cerita dan bercanda, suka jalan-jalan, banyak tidur, dan seterusnya. Contoh-contoh diatas mungkin hanya sekelumit fenomena keseharian kita. Bahwa agenda-agenda produktif kita secara tidak sadar telah kita gantikan dengan fenomena tersebut. Akibatnya muncul fenomena lain dimana seorang aktivitas tidak lagi merasakan nikmatnya berdakwah, mudah melemparkan tugas ke orang lain, sering lupa dengan komitmen dakwahnya, bahkan sampai pada level tidak lagi mau peduli dengan kegiatan-kegiatan dakwah walaupun sang aktivis masih suka datang ke masjid.
Agenda-agenda produktif kita secara tidak sadar telah hilang atau bergeser dengan fenomena tersebut. Hingga jika hati kita semakin lemah dan kekuatan jiwa kita semakin berkurang, bagaimana mungkin kita berharap prestasi yang sama dengan yang dicapai musuh. Jika hari ini kita dapatkan kualitas dakwah kita menurun, maka cobalah untuk mengevaluasi kesehatan dakwah kita. Jangan sampai kita semua termasuk ikhwah-ikhwah yang kecanduan. Sendiri maupun kolektif. Wallaahul_musta’aan.
0 tanggapan:
Posting Komentar