Titian pertama itu bernama Tauhid. Ia adalah fokus utama dakwah seluruh rasul ‘alaihimussalam, ia adalah kunci awal keselamatan, sekaligus sebagai penentu akhir titian seseorang. Mungkin surga dan mungkin pula neraka; semoga Allah ta’ala menjadikan kita sebagai ahli surga dan menyelamatkan kita dari neraka..Mengesakan Allah dalam seluruh keberhakan-Nya; demikianlah Tauhid.
Baik keberhakan-Nya untuk dijadikan sebagai sesembahan yang tunggal (disebut dengan Tauhid Uluhiyyah), dan itulah inti tauhid; atau keberhakan-Nya sebagai penguasa mutlak di jagad raya, yang menciptakan, mengatur, memberi rezki, menghidupkan, mematikan, memutuskan perkara, dan yang semisalnya (disebut sebagai Tauhid Rububiyyah); atau keberhakan-Nya sebagai satu-satunya Dzat yang memiliki nama dan sifat-sifat yang maha sempurna, tidak serupa dengan satupun makhluk yang berada di alam raya ini (itulah Tauhid al-Asmâ’ wa ash-Shifât).
Tauhid Uluhiyyah adalah inti tauhid. Dinyatakan demikian, karena jenis tauhid inilah yang merupakan pokok dakwah sekalian rasul. Intisarinya adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam ibadah dan meniadakan sesembahan-sesembahan batil yang selain-Nya. Demikianlah makna “Lâ ilâha illa_llâh”, kalimat tauhid, yang merupakan tugas utama para rasul untuk menyampaikannya. Allah Ta’ala berfirman :
ولقد بعثنا فى كل أمةٍ رسولاً أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut!”. [terjemah QS. 16 : 36]
وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدوني
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku!”. [terjemah QS. 21 : 25]
Kaum musyrikin terdahulu, bukanlah kaum yang ingkar akan keberadaan Allah Ta’ala, atau mengingkari bahwa Dia-lah yang menghidupkan, mematikan, memberi rezki dan yang semacamnya. Allah Ta’ala berfirman :
قل من يرزقكم من السماء والأرض أمّن يملك السمع والأبصار ومن يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحيّ ومن يدبّر الأمر، فسيقولون الله فقل أفلا تتقون
“Katakanlah :‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’.
Maka mereka akan menjawab :’Allah’.
Maka katakanlah :’Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)’.” [QS. 10 : 31]
Asal keyakinan yang demikianlah yang menyebabkan mereka kembali kepada Allah semata, ketika berada dalam keadaan yang sangat darurat. Allah Ta’ala berfirman :
وإذا غشيهم موج كالظلل دعوا الله مخلصين له الدين
“Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, (ketika itu) mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya”. [terjemah QS. 31 : 32]
Itulah pelajaran penting dari kaum kafir Quraisy. Mereka tidak pernah mengingkari keberadaan Allah, bahkan mereka meyakini kekuasaan-Nya, berdoa kepada-Nya ketika berada dalam keadaan yang sangat darurat. Hal ini menyisakan sebuah pertanyaan,”Adakah keyakinan mereka itu menyebabkannya masuk kedalam Islam, dan selamat dari kehinaan abadi?”. Kenyataannya tidaklah demikian. Justru Allah mengutus rasul-Nya untuk mengarahkan mereka dari penyimpangan kepada jalan yang benar.
Kalau demikian, apa gerangan penyimpangan itu?.. Simaklah keterangan Allah tentang hal tersebut :
وعجبوا أن جاءهم منذرٌ منهم، وقال الكافرون هذا ساحرٌ كذّابٌ
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :’Ia itu adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta’.” [terjemah QS. 38 : 4]
Mereka heran terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan apa yang beliau serukan kepada mereka. Keheranan yang mengisyaratkan pengingkaran dan diwujudkan dengan tuduhan mereka bahwa beliau adalah seorang tukang sihir yang banyak berdusta.
Apa yang mereka ingkari?... Allah Ta’ala menjelaskan dalam ayat selanjutnya :
أجعل الآلهة إلهًا واحدًا، إن هذا لشيئٌ عجابٌ
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”. [terjemah QS. 38 : 5]
Pokok yang mereka ingkari ternyata adalah penafian terhadap seluruh sesembahan mereka selain Allah semata. Mereka tidak ingin jika sembahannya hanya Allah saja. Mereka memperserikatkan Allah dalam penyembahan dan peribadatan.
Demikianlah inti kesesatan mereka, hingga Allah mengutus rasul-Nya dengan membawa agama yang benar, agama tauhid, agama yang mewajibkan umatnya untuk mempersembahkan seluruh peribadatan mereka –shalat, puasa, sujud, ruku’, al-mahabbah (cinta), al-khauf (takut), ar-raja’ (pengharapan), penyembelihan, nadzar, dan lain-lain-; seluruhnya hanya untuk Allah semata.
Tidak dipersembahkan untuk pohon keramat, penguasa laut, batu dan keris bertuah, tokoh pujaan, kiyai, orang mati, jin dan segala sesuatu yang selain Dia subhanahu wa ta’ala.
Maka, sudahkah kita memurnikan tauhid kita? Semoga Allah senantiasa memberi pertolongan-Nya kepada kaum muslimin dalam meniti jalan perjuangan Dakwah Tauhid yang panjang ini, memaafkan segala yang tersalah dan menutupnya dengan rahmat serta karunia-Nya..
(Majalah al-Bashirah, edisi 05 th. II, 1428/2007 dengan sedikit perubahan)
0 tanggapan:
Posting Komentar