Tak henti-hentinya kita bersyukur kepada Allah Yang Maha Mulia, sebab gerakan ash-Shahwah al-Islamiyyah (Kebangkitan Islam) terus menggelinding seperti bola salju. Tak satu pun yang sanggup menahan lajunya.
Sesudah Allah, tentu kita tidak bisa mengabaikan begitu saja peran para pemuda yang demikian dominan dalam mengusung shahwah ini. Dengan modal kebeliaan, mereka bekerja mendekatkan realita umat yang carut-marut saat ini dengan cita-cita kemuliaan Islam dan kaum muslimin.
Sementara itu, ada kenyataan yang tidak terpungkiri bahwa kebanyakan syabâb (para pemuda) hanya bermodal semangat saja. Betapa seringnya kita, para penempuh jalan dakwah yang mulia ini menjadi resah sendiri dengan banyaknya fenomena tersebut yang ujung-ujungnya hanya menyusahkan pergerakan dakwah.
Kita memang ingin menjayakan Islam, tapi bermodal semangat saja tidak cukup. Kita ingin memenangkan Islam, tapi bermodal pekik takbir saja tidak memadai.
Modal kita paling asasi adalah ilmu syar’i dan taujîh (arahan) dari para ulama rabbani yang reputasi keilmuannya diakui dunia, sesuai dengan metodologi keilmuan baku yang ada dalam Islam.
Selain itu, kita dituntut untuk mampu mengaktualisasikan ilmu itu untuk meramu realita kontemporer umat kita. Sebagai buahnya, kita diharapkan bijak memetakan kekuatan dan kelemahan kita, sekaligus mampu menyikapi kekuatan musuh shahwah serta celah apa saja yang bisa kita masuki guna merebut peluang kemenangan.
Dari sini kita tahu kapan saatnya bertindak dan kapan harus menahan diri.
Singkatnya, bertindak cepat, pada saat yang tepat dan pada sasaran yang akurat. Semua itu, agar shahwah memberi buahnya yang ranum dan bisa dinikmati oleh seluruh lapisan manusia.
Saudaraku..
Perjalanan kita menjayakan Islam masih jauh. Masih banyak hal yang perlu kita perbaiki. Masih tersisa agenda mendesak yang harus segera dituntaskan.
Kita perlu dewasa dalam menapaki jalan ini.
Semua itu, agar apa yang telah kita capai tidak terurai. Agar satuan-satuan kemenangan yang telah kita raih tidak jatuh berceceran hanya karena kita tidak bijak menyikapi realita kita.
Sekali lagi, bermodal semangat tidaklah cukup.. Jangan pernah mengabaikan al-‘ilmu wa al-fahmu (ilmu dan pemahaman).. Dan jangan pernah tergesa-gesa.. wallâhul musta’ân.
0 tanggapan:
Posting Komentar