Sponsors

10 Mei 2011

Macam-macam Bentuk Syirik Besar

Syirik besar (asy-Syirk al-Akbar) adalah menjadikan sesuatu sebagai sekutu (tandingan) bagi Allah. Ia memohon kepada sesuatu itu sebagaimana ia memohon kepada Allah. Atau melakukan padanya suatu bentuk ibadah, seperti istighatsah (mohon pertolongan), bernadzar, menyembelih hewan dan sebagainya disamping melakukannya juga kepada Allah.

Shahabat yang mulia, Abdullah ibnu Mas’ud meriwayatkan : Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,”Dosa apakah yang paling besar?”. Beliau menjawab,”Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia-lah yang telah menciptakanmu!”. [terjemah HR. al-Bukhary dan Muslim].

Berikut ini adalah penjelasan beberapa macam bentuk syirik besar :

1. Syirik dalam Doa

Yaitu berdoa kepada selain Allah, baik kepada para nabi atau wali, untuk meminta rezki atau memohon kesembuhan dari penyakit.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Terjemah QS. 10:106)

Zhalim yang dimaksud oleh ayat ini adalah syirik. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan dalam sabdanya:”Barangsiapa yang meninggal dunia sedang dia memohon kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), niscaya dia masuk neraka.” (terjemah HR. al-Bukhary)

Sedangkan dalil yang menyatakan berdoa kepada selain Allah, baik kepada orang-orang mati atau orang-orang yang tidak hadir merupakan perbuatan syirik adalah firman Allah : ”Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di Hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”. [terjemah QS. 35:13-14]



2. Syirik dalam Sifat Allah

Seperti kepercayaan bahwa para nabi dan wali mengetahui hal-hal yang ghaib. Allah Ta’ala berfirman :

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri”. [terjemah QS. 6:59]



3. Syirik dalam Cinta (Mahabbah)

Yang dimaksud syirik dalam mahabbah yaitu mencintai seseorang baik wali atau lainnya sebagaimana kecintaannya kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman :

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah”. [terjemah QS. 2:165]



4. Syirik dalam Ketaatan

Yaitu ketaatan kepada ulama, pemimpin, syaikh, kiyai, guru atau tokoh tertentu dalam hal kemaksiatan, dengan keyakinan bahwa hal itu dibolehkan. Allah Ta’ala berfirman :

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah”. [terjemah QS. 9:31]

Taat kepada orang-orang tersebut dalam kemaksiatan yaitu dengan menghalalkan apa yang diharamkan Allah, atau sebaliknya mengharamkan apa yang dihalalkan. Ketaatan seperti inilah yang ditafsirkan sebagai bentuk ibadah kepada mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan : “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada al-Khaliq (Allah)”. [terjemah HR. Ahmad]



5. Syirik Hulûl

Yaitu meyakini bahwa Allah menitis dan menyatu dalam diri para makhluk. Inilah aqidah sesat dan kufur, karena Allah Yang Maha Mulia telah mengabarkan bahwa Dia ber-istiwâ’ (bersemayam) diatas Arsy-Nya, diatas langit yang ketujuh dan terpisah dari makhluk-Nya.

Seorang penganut shufi ekstrim yang meyakini aqidah hulûl pernah bersenandung :

Tidaklah anjing dan babi itu melainkan tuhan kita juga

Dan tiadalah Allah itu, melainkan seorang rahib yang ada di gereja…



6. Syirik khauf (rasa takut)

Yaitu keyakinan bahwa sebagian dari para wali yang telah wafat atau orang-orang yang ghaib (tidak bersama dengannya saat itu) bisa melakukan dan mengatur suatu urusan dan memberikan kemudharatan (bahaya). Karena keyakinan ini, mereka menjadi takut kepada wali dan orang-orang tersebut. Karena itu kita dapatkan sebagian orang berani bersumpah palsu atas nama Allah, tetapi tidak berani bersumpah bohong atas nama wali. Hal ini adalah kepercayaan orang-orang musyrik yang diperingatkan Allah :
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya? Dan mereka menakut-nakuti kamu dengan (sesembahan-sesembahan) yang selain Allah”. [terjemah QS. 39:26].

0 tanggapan:

Posting Komentar