Sponsors

11 Juni 2013

Kesabaran dalam Menuntut Ilmu

Seorang tokoh ulama, Baqiy bin Makhlid, berjalan menuju Baghdad untuk menuntut ilmu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, mendengarkan hadits darinya. Di umur 20 tahun, ia menyeberangi selat yang memisahkan Andalus (Spanyol Islam) dengan Benua Afrika, mengarungi padang pasir dan pegunungan, berjalan kaki menuju Baghdad. Ketika mendekati kota Baghdad, sampai kepadanya berita tentang fitnah yang menimpa Imam Ahmad, yaitu fitnah perkataan bahwa Al-Quran adalah makhluk. Ia mendengar bahwa Imam Ahmad dilarang mengajar dan membuka majelis-majelis ilmu. Ia hanya berdiam di rumahnya dan dipaksa menjadi tahanan rumah. Berkata Baqiy, "Saya pun sangat sedih mendengarkan berita tersebut."

Akan tetapi, ia terus memaksa untuk melanjutkan perjalanannya. Ketika tiba di Baghdad, ia letakkan barang bawaannya dan langsung pergi ke Masjid Jami' di kota tersebut, kemudian keluar untuk pergi mencari rumah Imam Ahmad.

Ia mengetuk pintu, dan pintu itu dibuka sendiri oleh Imam Ahmad. Baqiy berkata, "Aku seorang asing yang jauh dari rumah dan seorang penuntut ilmu hadits. Aku tidak mengadakan perjalanan ini selain untuk bertemu denganmu."

Imam Ahmad bertanya, "Dimanakah negerimu?"

"Barat Jauh. Aku menyeberang dari negeriku menuju Afrika." (Maksudnya adalah Andalus).

"Negerimu sangat jauh. Aku sangat ingin membantumu. Akan tetapi, aku sekarang sedang dalam ujian dan ditahan dalam rumahku sendiri..."

Baqiy berkata, "Wahai Abu Abdillah! Aku adalah orang asing, tidak ada seorang pun dari penduduk Baghdad yang mengenalku. Jika engkau izinkan, aku akan mendatangimu dalam rupa seorang peminta-minta, mengetuk pintu dan meminta sedekah. Engkau kemudian keluar menjumpaiku, dan menyampaikan padaku walaupun hanya satu buah hadits pada setiap harinya."

Imam Ahmad menjawab, "Baik, tapi dengan syarat, engkau tidak boleh hadir di majelis-majelis ilmu dan di sisi para ahli hadits..."

*****

Berkata Baqiy bin Makhlid :

Aku pun mengambil sebuah tongkat di tanganku, mengikat kepalaku dengan kain, dan menaruh kertas dan tintaku dalam lipatan kain lenganku. Aku mendatangi pintu rumah dan berteriak, "Sedekah, semoga Allah merahmati kalian!!"

Ahmad pun keluar, menutup pintu dan menceritakan padaku dua atau tiga hadits, hingga akhirnya terkumpul padaku sekitar 300 hadits!!

Kemudian, akhirnya Allah mengangkat ujian tersebut dari Imam Ahmad dan beliau diizinkan untuk mengajar dan membuka majelis ilmu. Jika aku mendatanginya di majelisnya, ia akan melapangkan majelis untukku dan mempersilahkan aku duduk di sampingnya. Ia berkata kepada murid-muridnya, "Orang ini layak untuk disebut sebagai penuntut ilmu sejati...", dan ia pun menceritakan kisahku bersamanya.

Suatu ketika aku sakit, dan Ahmad datang menjengukku bersama sahabat-sahabatnya. Mereka datang dengan membawa pena-pena mereka dan menuliskan setiap perkataan syaikh (guru) mereka, Imam Ahmad.

Sumber kisah : Siyar A'lam an-Nubala', Imam adz-Dzahabi, XIII/292

0 tanggapan:

Posting Komentar