Sponsors

01 Januari 2015

Diantara Syubhat Maulid : Nabi ﷺ Mengaqiqahkan Dirinya Sendiri

Diantara syubhat yang dijadikan dalil bagi disyari'atkannya perayaan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah apa yang diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah mengaqiqahkan dirinya sendiri[1] setelah beliau mensyari'atkan aqiqah untuk umatnya. Sementara kakeknya, Abdul Muththalib juga telah melakukan aqiqah untuk beliau. Dan aqiqah bukanlah syari'at yang berulang (bagi satu orang). Ini menunjukkan bahwa beliau melakukannya semata-mata sebagai wujud syukur kepada Allah atas anugerah kelahirannya, atau mungkin saja perbuatan ini dijadikan dalil pokok bagi diadakannya perayaan maulid.[2]

Syubhat ini sangatlah lemah. Tidak memiliki nilai. Karena ia tegak diatas sebuah "kemungkinan" bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah mengaqiqahkan dirinya sendiri atas anugerah kelahirannya. Kemungkinan seperti ini lebih lemah daripada persangkaan, dan persangkaan tidak bisa menetapkan hukum-hukum Syari'at.

Perkara lainnya dalam persoalan ini adalah; apakah benar aqiqah merupakan syari'at masyarakat Arab Jahiliyyah dan mereka mengamalkannya hingga kita bisa mengatakan bahwa Abdul Muththalib telah mengaqiqahkan cucunya? Apakah amalan masyarakat Jahiliyyah bisa dianggap dalam Islam hingga kita mengatakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan aqiqah untuk dirinya semata-mata sebagai wujud syukur bukan melaksanakan sunnah aqiqah, karena beliau sudah diaqiqahkan oleh kakeknya?

Subhanallah! Alangkah anehnya pendalilan seperti ini...

Apakah jika benar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan aqiqah untuk dirinya sebagai wujud syukur atas keberadaannya di dunia ini kemudian hal itu boleh dijadikan alasan menjadikan hari kelahirannya sebagai perayaan untuk manusia?

Mengapa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mengajak kepada hal tersebut dan menjelaskan kepada manusia kewajiban yang mesti mereka lakukan dan amalkan pada hari perayaan itu sebagaimana beliau menjelaskan tentang Idul Fitri dan Idul Adha?

Apakah beliau lupa atau menyembunyikannya sementara ia diperintahkan untuk menyampaikan Syari'at?

Maha Suci Engkau, ya Allah... Rasul-Mu tidak lupa dan tidak menyembunyikan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah...

(Sumber : Al Inshaaf fiima qiila fi al Maulid, Syaikh Abu Bakr al-Jazairi)

---------------------

Footnotes :

[1] Berkata Imam an-Nawawi dalam al Majmu' Syarh al Muhadzdzab (VIII/330), "Adapun hadits yang disebutkan tentang aqiqah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk dirinya sendiri diriwayatkan al-Baihaqi dengan sanadnya dari Abdullah bin Muharrar dari Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengaqiqahkan dirinya setelah kenabian. Hadits ini batil. Berkata al-Baihaqi : 'Ini adalah hadits munkar'. Al-Baihaqi juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdurrazzaq, ia berkata : 'Mereka (ahli hadits) meninggalkan Abdullah bin Muharrar disebabkan hadits ini'. Berkata al-Baihaqi : 'Hadits ini telah diriwayatkan dari jalan yang lain dari Qatadah, dan dari jalan lainnya dari Anas dan (hadits itu) bukanlah apa-apa. Dia adalah hadits yang batil. Abdullah bin Muharrar dha'if, disepakati kelemahannya'." Wallahu a'lam.

[2] Disebutkan oleh Imam as-Suyuthi dalam al Haawi fi al Fataawi



0 tanggapan:

Posting Komentar