Dalam Shahih Muslim, dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Nabi yang tercinta ﷺ ditanya tentang puasa hari Senin? Maka beliau menjawab,
ذَلِكَ يَوْمَ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمَ بُعِثْتُ أوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ
“Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkannya wahyu kepadaku.”
Beliau ﷺ
mengabarkan bahwa dirinya dilahirkan pada hari Senin, walaupun
sebenarnya beliau tidak ditanya tentang hal itu. Akan tetapi beliau
tidak menyebutkan tanggal lahirnya dan para shahabat pun tidak bertanya
tentang tanggal tersebut, sementara mereka adalah orang-orang yang
sangat antusias untuk mengerjakan kebaikan, karena pengetahuan tentang
tanggal lahir itu tidak berkonsekuensi pada apapun.
Andai
pengetahuan tentang hal itu memiliki konsekuensi syar’i dan kebaikan
untuk umatnya, niscaya beliau tidak akan pernah menyembunyikannya dari
umatnya.
Kalau
memang seorang muslim benar-benar mencintai Nabi ﷺ, maka amalkan
sunnahnya dengan berpuasa pada hari Senin, karena beliau ﷺ menyukai
puasa pada hari tersebut, dengan dua alasan yang disebutkan dalam hadits
Muslim di atas dan juga alasan ketiga, bahwa hari Senin –dan juga
Kamis- adalah hari dimana amal-amal dihadapkan kepada Allah Ta’ala.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda,
تُعْرَضُ الأعْمَالُ يَوْمَ الإثْنَيْنِ وَالخَمِيْس، فَأُحِبُّ أنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأنَا صَائِمٌ
“Amal-amal
dihadapkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis, dan aku suka jika
amalku diperlihatkan sementara aku sedang berpuasa.” (HR. At-Tirmidzi, dan diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i dari haditsnya Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dan diriwayatkan juga oleh An-Nasa’i dari Ummul Mukminin Hafshah radhiyallahu ‘anha).
Semoga Allah menguatkan hati kita di atas sunnah nabi-Nya dan mewafatkan kita di atas sunnah tersebut.
Allâhumma shalli wa sallim wa bârik ‘alâ Muhammad, wa ‘alâ âlihi wa shahihbihi ‘ajma’în.
0 tanggapan:
Posting Komentar