Menurut istilah, riya’ adalah ketika
seorang manusia memperlihatkan amal shalih dihadapan orang lain, atau
membagus-baguskannya, atau memperlihatkan pada mereka tampilan yang
disukai agar mereka memujinya dan mengagungkannya dalam diri-diri
mereka.
Siapa yang
mengerjakan amalan karena mengharapkan Wajah Allah dan riya’ secara
bersamaan, maka dia telah mempersekutukan Allah bersama dengan yang
selain Dia dalam amalan tersebut.
Adapun
jika dia mengerjakannya dan tidak ada tujuan dari perbuatannya tersebut
selain untuk mendapatkan pujian manusia, maka pelakunya berada dalam
bahaya yang sangat besar. Sebagian ulama mengatakan bahwa dia telah
terjatuh pada kemunafikan dan kesyirikan yang mengeluarkannya dari
agama.
Riya’ memiliki beberapa bentuk, diantaranya :
1. Riya’ dengan amalan, seperti riya’nya seorang yang shalat dengan memanjangkan ruku dan sujudnya.
2. Riya’
dengan ucapan, seperti –misalkan- menyebutkan begitu banyak dalil untuk
menampakkan banyaknya ilmu yang dimiliki agar disebut sebagai seorang
yang berilmu.
3. Riya’ dengan penampilan, seperti membiarkan bekas sujud di dahi untuk riya’.
Sangat
banyak dalil yang menunjukkan haramnya riya’ dan buruknya balasan bagi
pelakunya, dan perbuatan itu bisa merusak amalan yang menyertainya.
Diriwayatkan oleh Mahmud bin Labid radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda,
إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر
“Sesungguhnya, sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil!”
Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil itu wahai Rasullullah?”
Beliau menjawab,
الرياء، يقول الله عز وجل لهم يوم القيامة إذا جزي الناس بأعمالهم : اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤون فى الدنيا، هل تجدون عندهم جزاءً؟
“Riya’!
Allah akan berfirman kepada mereka pada Hari Kiamat jika manusia
dibalas dengan amal-amal perbuatan mereka : Pergilah kalian kepada yang
dahulu kalian berlaku riya di dunia! Apakah kalian mendapatkan pahala di
sisi mereka?” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lainnya, Mahmud berkata : Nabi ﷺ keluar dan berkata,
أيها الناس، إياكم وشرك السرائر
“Wahai manusia, jauhilah syirik tersembunyi!”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik tersembunyi itu?”
Beliau menjawab,
يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته جاهدًا لما يرى من نظر الناس إليه، فذلك شرك السرائر
“Seorang
laki-laki berdiri shalat dan ia bersungguh-sungguh membagus-baguskan
shalatnya karena apa yang ia lihat dari pandangan manusia kepadanya.
Itulah syirik tersembunyi.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan Al-Albani)
Wallahul musta’an.
0 tanggapan:
Posting Komentar