Sponsors

10 Mei 2014

Hadits Mutawatir

Al-khabar (berita/riwayat) jika ditinjau dari sampainya berita itu kepada kita, terbagi menjadi dua bagian;

  1. Jika dia memiliki jalan-jalan periwayatan yang tidak terbatas dengan jumlah tertentu, maka disebut mutawatir
  2. Jika dia memiliki jalan periwayatan yang terbatas dengan jumlah tertentu, disebut âhad
Berikut adalah penjelasannya, dan dimulai dengan al-khabar al-mutawatir.

Definisi
 
Menurut bahasa, mutawatir diambil dari kata ( التواتر ) yang bermakna “datang berurutan” atau “beruntun”.

Dalam istilah : Apa yang diriwayatkan oleh orang banyak, mustahil menurut kebiasaan mereka akan bersepakat dalam kedustaan, dan mereka menyandarkan periwayatannya itu kepada indera.

Syarat-syaratnya

Dari definisi diatas, maka mutawatir tidak mungkin terwujud dalam sebuah riwayat kecuali dengan 4 hal;
  1. Diriwayatkan oleh orang banyak. Diperselisihkan batas minimal dari jumlah yang banyak tersebut, namun yang terpilih, jumlah itu kurang lebih sepuluh orang
  2. Jumlah yang banyak itu ada pada setiap tingkatan sanad
  3. Mustahil mereka akan bersepakat dalam kedustaan
  4. Sandaran periwayatan mereka adalah indera. Seperti perkataan seorang perawi : Saya mendengar, Saya melihat, dan lain-lain. Jika berita itu bersandarkan pada akal, seperti perkataan tentang kejadian alam –misalkan-, maka saat itu tidak disebut sebagai mutawatir

Hukumnya

Khabar mutawatir memberikan kepada kita al-‘ilm adh dharûrî, yaitu ilmu yang sangat meyakinkan yang memaksa seseorang untuk membenarkan berita tersebut tanpa ada keraguan sedikit pun, sebagaimana orang yang menyaksikannya secara langsung. Karenanya, semua riwayat mutawatir pasti diterima dan shahih, dan tidak perlu membahas tentang keadaan para perawinya.

Bagian-bagiannya

Al-khabar al-mutawatir terbagi dua;

1. Mutawatir lafdzhi, yaitu riwayat yang mutawatir lafaz (redaksi hadits) dan maknanya. Contohnya adalah hadits,
من كذب عليّ متعمدًا فاليتبوأ مقعده من النار
Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka ambillah tempat duduknya di Neraka.

Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 Shahabat. Dan jumlah yang banyak itu ada pada setiap tingkatan sanad, bahkan lebih banyak lagi.

2. Mutawatir maknawi, yaitu hadits yang maknanya mutawatir tanpa lafaznya. Seperti hadits-hadits yang menyebutkan tentang mengangkat tangan dalam berdoa. Setiap hadits menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangan dalam berdoa, namun hadits-hadits tersebut terjadi dalam berbagai peristiwa atau kasus yang berbeda-beda.

Berapakah Jumlah Hadits Mutawatir?

Jika kita melihat kepada hadits-hadits ahad, maka akan kita pahami bahwa hadits-hadits mutawatir sangatlah sedikit dibanding hadits-hadits ahad. Diantaranya adalah hadits tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hadits membasuh khuf dan hadits ( نضّر الله امرءً )

Sebagian ulama memberikan perhatian khusus untuk mengumpulkan hadits-hadits mutawatir dalam sebuah buku tersendiri agar mudah bagi penuntut ilmu merujuk kepada hadits-hadits tersebut. Diantaranya adalah al Azhâr al Mutanâtsirah fî al Akhbâr al Mutawâtirah oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi (w. 911 H) dan Nadzhm al Mutanâtsir min al Hadîts al Mutawâtir oleh Imam Muhammad bin Ja’far al-Kattani (w. 1345 H).

0 tanggapan:

Posting Komentar