Kata “al-qadr” atau “al-qadar” bermakna kemuliaan dan keagungan. Kata “al-qadar” juga bermakna ketetapan Allah Ta’ala yang ada pada hamba-hambaNya.
Kedua makna ini ada pada lailatul qadr tersebut.
Dia adalah malam yang penuh dengan kemuliaan sebagaimana firman Allah,
إنا أنزلناه فى ليلة القدر، و ما أدراك ما ليلة القدر، ليلة القدر خير من ألف شهر
“Sesungguhnya
kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah
kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan.” (QS. Al-Qadr ayat 1-3).
Dan Allah berfirman,
إنا أنزلناه فى ليلة مباركة
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan ayat 3).
Dan malam
itu juga adalah malam ditetapkannya perincian takdir segala sesuatu yang
akan terjadi dalam setahun. Allah Ta’ala berfirman,
فيها يفرق كل أمر حكيم، أمرا من عندنا
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Yaitu) urusan yang benar dari sisi kami.” (QS. Ad-Dukhan ayat 4-5).
Lailatul qadr adalah malam yang memiliki keistimewaan di sisi Allah Ta’ala. Diantaranya adalah,
1. Allah
menurunkan para malaikat ke bumi dan mereka turun dengan membawa
kebaikan, keberkahan, kasih sayang dan kedamaian. Bersama mereka
penghulu para malaikat, Jibril ‘alaihissalam.
2. Malam itu dipenuhi dengan kedamaian dan ketenangan sejak permulaan malam hingga pagi hari. Allah Ta’ala berfirman,
سلام هي حتى مطلع الفجر
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr ayat 5).
3. Ibadah
pada malam itu lebih baik daripada ibadahnya seseorang selama seribu bulan
dari waktu-waktu yang selain malam itu. Allah berfirman,
ليلة القدر خير من ألف شهر
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr ayat 1-3).
4. Disebutkan dalam Shahih al-Bukhary dan Shahih Muslim bahwa Nabi ﷺ bersabda,
من قام ليلة القدر إيمانا و احتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa
beribadah pada malam kemuliaan dengan penuh keimanan dan mengharapkan
pahala, akan diampuni baginya dosa-dosanya yang telah berlalu.”
Di Malam Apakah Lailatul Qadr?
Tidak diragukan bahwa lailatul qadr berada di bulan Ramadhan.
Adapun kepastian harinya diperselisihkan oleh para ulama. Imam Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fathul Bary (IV/309) menyebutkan lebih dari 40 pendapat dalam masalah tersebut.
Mayoritas ulama mengatakan bahwa malam tersebut berada di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan berdasarkan sabda Nabi ﷺ,
فابتغوها فى العشر الأواخر
“Carilah dia di sepuluh hari terakhir.” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
Dari
pendapat tersebut, sebagian besarnya lagi mengatakan bahwa malam itu
berada pada yang ganjil dari sepuluh malam terakhir dengan dalil
sabdanya,
تحروا ليلة القدر فى الوتر من العشر الأواخر
“Carilah lailatul qadr pada yang ganjil dari sepuluh malam yang terakhir.” (HR. Al-Bukhary).
Dan
sebagian besarnya lagi dari pendapat ini menyebutkan bahwa malam itu
adalah malam ke 27, dan ini adalah perkataan sebagian shahabat seperti
Umar bin al-Khattab, Hudzaifah ibnul Yaman dan disebutkan dalam Shahih Imam Muslim bahwa Ubay bin Ka’ab bersumpah bahwa malam itu adalah malam ke 27.
Yang
nampak dari dalil-dalil tersebut bahwa malam itu dipastikan berada pada
yang ganjil dari sepuluh malam yang terakhir dan mungkin saja dia selalu
berpindah pada setiap tahunnya. Apa yang dialami oleh Ubay bin Ka’ab di
malam ke 27 mungkin saja terjadi pada tahun tersebut namun tidak
berarti itu terjadi setiap tahun. Karena Nabi ﷺ pernah mendapatkan
lailatul qadr dan saat itu bertepatan dengan malam ke 21.
Dalam hadits Abu Sa’id disebutkan bahwa Nabi ﷺ berkhutbah dan berkata,
إني أريت ليلة القدر ثم أنسيتها، فالتمسوها فى العشر الأواخر فى الوتر، وإني رأيت أني أسجد فى ماء وطين
“Aku
telah melihat lailatul qadr kemudian dijadikan lupa tentangnya. Carilah
dia pada yang ganjil dari sepuluh malam terakhir. Sungguh aku melihat
diriku bersujud di tanah dan air…” Berkata Abu Sa’id, “Kami
dianugerahi hujan pada malam 21. Masjid pun menjadi becek di tempat
shalat Rasulullah ﷺ. Aku melihat beliau selesai dari shalat subuh
sementara wajahnya berlumuran tanah dan air.” (HR. Al-Bukhary dan
Muslim).
Hikmah
disembunyikannya kepastian malam tersebut agar setiap muslim bekerja
keras dan bersungguh-sungguh dalam ibadah kepada Allah pada setiap
malamnya, dengan harapan salah satu dari malam-malam tersebut adalah
lailatul qadr. Nabi ﷺ bersabda,
إني خرجت لأخبركم بليلة القدر، فتلاحى فلان وفلان، فرفعت (يعني رُفع علمها)، وعسى أن يكون خيرًا لكم، فالتمسوها
“Sesungguhnya
aku telah keluar kepada kalian untuk mengabarkan tentang Lailatul Qadr.
Fulan dan fulan pun telah melihatnya. Namun diangkat dariku (ingatan
tentang malam tersebut), barangkali saja itu lebih baik buat kalian.
Maka carilah dia…” (HR. Al-Bukhary).
Doa saat Lailatul Qadr
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa terutama doa yang disebutkan dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha
ketika ia berkata : Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana
pendapatmu jika aku beramal pada malam mana saja saat lailatul qadr; apa
yang aku ucapkan saat itu?” Beliau ﷺ bersabda, “Ucapkanlah,
اللهم إنَّـكَ عَفُـوٌّ تـُحِبُّ العَـفْوَ فَاعْفُ عَنِّـي
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Pemaaf, suka memaafkan, maafkanlah aku.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Wallahu a’lam.
———————
Sumber : Shahîh Fiqh as-Sunnah dan Taudhîh al-Ahkâm
0 tanggapan:
Posting Komentar