13 September 2016
Dzikir & Doa Adzan
Disunnahkan
bagi orang yang mendengarkan kalimat-kalimat adzan yang dikumandangkan
muazzin untuk menjawabnya sebagaimana ucapan muazzin.
Kecuali di saat muazzin mengucapkan “hayya ‘ala_shshalâh” dan “hayya ‘ala_lfalâh”, maka sunnahnya bagi orang yang mendengarkannya menjawab dengan ucapan “lâ haula wa lâ quwwata illâ bi_llâh”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
Selesai muazzin mengumandangkan adzan, maka disunnahkan membaca doa,
اللهمّ ربّ هذه الدعوةِ التامّةِ والصلاةِ القائمةِ آتِ محمدًا الوسيلةَ والفضيلةَ وابعثه مقامًا محمودًا الذي وعدته
Allâhumma
rabba hâdzihi_dda’wati_ttâmmah, wa_shshalâti_lqâ-imah, âti
Muhammadi_lwasîlata wa_lfadhîlah, wa_b’atshu maqâman mahmûdani_lladzî
wa’adtah.
“Ya Allah,
Rabb yang memiliki seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan
ditegakkan, berikanlah Muhammad wasîlah dan keutamaan, serta bangkitkan
dia sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang telah Engkau
janjikan.” (HR. Al-Bukhary).
Inilah
riwayat yang paling shahih berkenaan dengan doa selepas adzan. Terdapat
beberapa tambahan yang sering kita dengarkan dalam doa adzan
diantaranya,
1. Allâhumma innî as-aluka bihaqqi hâdzihi_dda’wah (Ya Allah, aku memohon kepadaMu dengan hak seruan ini)
2. Wa_ddarajata_rrafî’ah (dan derajat yang tinggi)
3. Innaka lâ tukhlifu_lmî’âd (sesungguhnya Engkau tidak menyelisihi janji)
4. Ya arhama_rrâhimîn (wahai Zat Yang paling penyayang dari para penyayang)
Tambahan-tambahan
dzikir ini disebutkan dalam beberapa riwayat hadits, namun riwayat-riwayat tersebut tidak selamat
dari kritik para ulama. Karenanya, yang lebih selamat bagi dalam
persoalan ini adalah membatasi pada apa yang disebutkan dalam riwayat
yang telah disepakati keshahihannya.
Keutamaannya Doa Selesai Adzan
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول ثم صلوا علي ثم سلوا الله لي الوسيلة، فمن سأل الله لي الوسيلة حلت عليه شفاعتي
“Jika
kalian mendengar muazzin maka ucapkan seperti apa yang diucapkannya.
Kemudian bershalawatlah untukku dan mohonkan kepada Allah wasilah
untukku. Siapa yang memohon kepada Allah wasîlah untukku, niscaya telah
halal baginya syafa’atku.” (HR. Muslim).
Faedah
“Wasîlah” yang dimaksudkan dalam hadits itu adalah derajat/kedudukan di surga. Nabi ﷺ berkata menjelaskan tentang wasilah tersebut,
إنها منزلةٌ فى الجنة لعبدٍ من عباد الله وأرجو أن أكون أنا هو
“Dia adalah sebuah derajat di surga untuk seseorang dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap akulah orangnya.” (HR. Muslim).
“Fadhîlah” adalah keutamaan yang melebihi kedudukan semua hamba.
Dan yang dimaksud “al-maqâm al-mahmûd” (kedudukan terpuji) adalah syafa’at agung (asy syafâ’ah al ‘udzhmâ) pada hari Kiamat nanti yang dengannya beliau akan dipuji oleh seluruh hamba.
09 September 2016
Puasa Hari Arafah
Puasa pada hari Arafah (yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah) bagi orang yang tidak sedang melaksanakan haji adalah sunnah mu’akkadah.
Diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ ditanya tentang puasa pada hari Arafah maka beliau menjawab,
يكفر السنة الماضية والباقية
“(Puasa itu) menghapuskan (dosa) setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain disebutkan,
أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده
“Aku berharap pada Allah bahwa puasa itu akan menghapuskan (dosa-dosa) setahun yang sebelumnya dan setahun yang sesudahnya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa puasa pada hari yang agung tersebut akan menghapuskan dosa-dosa selama dua tahun, yaitu menghapuskan dosa-dosa kecilnya jika seorang muslim berusaha maksimal untuk menjauhi dosa-dosa besar.
Adapun
orang yang sedang wukuf di Arafah, tidak disunnahkan baginya berpuasa,
karena Nabi ﷺ dahulu berbuka di hari Arafah pada haji Wada’.
Diriwayatkan dari Maimunah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha,
أَنَّ
النَّاسَ شَكُّوا فِي صِيَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلَابٍ وَهُوَ
وَاقِفٌ فِي الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ
“Bahwa manusia dalam keraguan tentang puasa Nabi ﷺ pada hari Arafah. Maka ia mengirimkan segelas susu kepadanya sementara beliau sedang wukuf di Arafah. Beliau minum darinya sementara orang-orang melihatnya.” (HR. Al-Bukhary).
Dan
dianjurkan memperbanyak amal-amal shalih pada sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah secara umum dan pada hari Arafah secara khusus, baik dengan
shalat, puasa, sedekah, dzikir dan lain-lain. Dalam hadits yang shahih,
Nabi ﷺ bersabda,
ما
من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام، يعني أيام العشر
قالوا: يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل
الله إلا رجل خرج بنفسه وماله، فلم يرجع من ذلك بشيء
“Tidak ada hari-hari, yang amal-amal shalih pada hari itu lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini.”
Yaitu hari-hari yang sepuluh (di awal Dzulhijjah). Mereka bertanya,
“Tidak juga jihad fi sabilillah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak
juga jihad fi sabilillah, kecuali seorang laki-laki yang pergi
(berperang) dengan jiwa dan hartanya, dan ia tidak kembali dengan
sesuatu apapun darinya.” (HR. Al-Bukhary).
Semoga Allah memudahkan urusan saudara-saudara yang sedang menunaikan ibadah haji, dan menerima amal-amal shalih mereka dan kita semua. Amin.
05 September 2016
Pengertian Tafsîr
Tafsir adalah ilmu yang dengannya dipahami Kitabullah yang diturunkan kepada nabiNya ﷺ, dijelaskan makna-maknanya dan diambil kesimpulan hukum dan hikmahnya.
Tafsir
termasuk cabang ilmu Al-Quran yang paling agung, karena ilmu ini
menyingkap makna-makna dan tujuan dari Al-Quran yang merupakan jalan
kebahagiaan umat di dunia dan akhirat.
Tafsir terbagi dua,
- Tafsir bil ma’tsûr, yang bersandar kepada apa yang ada dalam Al-Quran, Sunnah dan perkataan para Shahabat dalam menjelaskan Kalam Allah Ta’ala.
- Tafsir bir ra’yi, yang difokuskan pada kaedah-kaedah bahasa dan sumber-sumber ijtihad yang disepakati di kalangan ulama, tanpa mengabaikan sumber-sumber tafsir bil ma’tsur.
Adapun para mufassirun (ahli tafsir) maka yang paling pertama dari mereka tentu saja adalah Rasulullah ﷺ, kemudian jumlah yang banyak dari kalangan ulama-ulama Shahabat radhiyallahu ‘anhum.
Yang paling masyhur diantara mereka sepuluh orang, yaitu Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun yang empat, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid
bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari dan Abdullah bin Az-Zubair.
Setelah mereka adalah generasi Tabi’in, yang memiliki beberapa “madrasah”. Setiap madrasah mengambil dari salah seorang tokoh Shahabat. Madrasah-madrasah itu adalah,
- Madrasah Makkah, yang mengambil dari Abdullah bin Az-Zubair
- Madrasah Madinah, mengambil dari Ubay bin Ka’ab, dan
- Madrasah Irak, mengambil dari Abdullah bin Mas’ud
Setelah
generasi Tabi’in, berikutnya adalah generasi Atbâ' At-Tabi’in dan
orang-orang yang mengambil ilmu dari mereka. Masa mereka diistilahkan
dengan ‘ashr at-tadwîn (masa pembukuan).
Kemudian mulailah Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (wafat 310 H) menulis kitabnya Jâmi’ Al-Bayân,
yang merupakan tafsir terbesar. Yang datang setelah Ibnu Jarir selalu
merujuk kepada kitabnya. Ibnu Jarir Ath-Thabari digelari sebagai Syaikh Al-Mufassirin (guru para ahli tafsir).
Setelah
itu, bermunculan kitab-kitab tafsir yang banyak dan beragam, dan hal itu
tidak berhenti seiring dengan perkembangan zaman. Dan untuk sebagian
besarnya, para mufassir yang datang belakangan akan banyak merujuk
kepada kitab-kitab tafsir besar terdahulu dari para ulama Salaf,
khususnya dalam hal yang berkait dengan aqidah dan ibadah.
03 September 2016
Fadhilah Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Pemerintah
Republik Indonesia melalui Kementerian Agama telah menetapkan 1
Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu 3 September 2016. Artinya bahwa hari Arafah (9
Dzulhijjah) tahun ini (1437 H) untuk wilayah Indonesia -dengan izin Allah- jatuh pada hari Ahad, 11 September, dan Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari Senin, 12 September.
Memasuki 1 Dzulhijjah, maka kita akan masuk kepada hari-hari yang sangat mulia dalam Islam. Karena Rasulullah ﷺ bersabda,
ما
من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام يعني أيام عشر ذي
الحجة، قالوا : ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال : ولا الجهاد في سبيل الله
إلا رجلا خرج بنفسه و ماله ثم لم يرجع من ذلك بشيئ
"Tidak ada hari dimana amal salih pada saat itiu lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini", yaitu sepuluh hari Dzulhijjah. Mereka bertanya : Tidak juga jihad fi sabilillah, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, "Tidak
juga jihad fi sabilillah kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan
jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun." (HR. Al-Bukhary).
Karenanya
sepantasnya seorang muslim memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin
dengan memperbanyak ibadah dan amal-amal kebaikan lainnya. Diantara
ibadah-ibadah dan amal-amal shalih yang bisa dikerjakan untuk mengejar
keutamaan pahala di hari-hari yang mulia ini adalah sebagai berikut :
1. Yang paling utamanya di hari-hari ini adalah menunaikan haji dan umrah bagi yang mampu. Karena disebutkan dalam hadits,
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما و الحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
"Umrah yang satu ke umrah yang berikutnya adalah penebus dosa diantara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga." (HR. Muslim)
2. Puasa mutlak, dan sangat ditekankan berpuasa pada hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Rasulullah ﷺ bersabda,
صيام يوم عرفة يكفر السنة الماضية و الباقية
"Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala Allah akan menghapus dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya." (HR. Muslim)
Dan dosa-dosa yang bisa terhapus dengan puasa tersebut adalah dosa-dosa kecil jika seorang muslim komitmen untuk menjauhi dosa-dosa besar.
3. Banyak membaca Al-Quran, berzikir dan bertakbir. Rasulullah ﷺ bersabda,
ما من أيام أعظم عند الله سبحانه و لا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر، فأكثروا فيهن من التهليل و التكبير و التحميد
"Tidak
ada hari-hari yang paling agung dan sangat dicintai Allah untuk berbuat
kebajikan padanya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka
perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid." (HR. Ahmad).
Imam Al-Bukhary menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikutinya.
4.
Bertaubat, meninggalkan maksiat dan memperbanyak amal shalih berupa
ibadah-ibadah sunnah seperti shalat, sedekah, amar
ma’ruf nahi munkar, mengajarkan ilmu, dan lain sebagainya. Sebab amal
ibadah yang dilakukan pada hari-hari itu akan menjadi lebih utama dan
dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari-hari lainnya.
Semoga Allah berkenan memaafkan segala kelalaian dan kesalahan kita serta menerima sedikit dari amal-amal shalih kita, amin!
01 September 2016
Larangan bagi Orang yang Berqurban
Bagi Anda
yang telah berniat untuk menunaikan ibadah qurban pada tahun ini, maka Anda dilarang untuk mengambil
sesuatu pun dari rambut dan kuku jika telah masuk bulan Dzulhijjah.
Ummu Salamah meriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda,
إذا دخلت العشر وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره وبشره شيئًا
“Jika
telah masuk sepuluh (hari pertama) Dzulhijjah, dan salah seorang kalian
ingin berqurban, maka jangan sekali-kali ia mengambil sesuatu pun dari
rambut dan kukunya.” (HR. Muslim).
Larangan ini berlaku umum untuk semua
rambut, baik itu rambut kepala, kumis, jenggot, rambut ketiak, rambut
kemaluan dari rambut-rambut yang ada di badan. Baik itu dengan memotong sebagian
atau mencukur habis atau dengan mencabutnya.
Hikmah dari larangan ini, wallahu a’lam, agar seluruh anggota-anggota tubuh tersebut tetap dalam keadaan utuh untuk dibebaskan dari siksa neraka.
Sebagian
mengatakan bahwa hikmahnya adalah untuk menyerupai orang yang berihram
haji. Namun pendapat ini lemah, karena orang yang berqurban tetap boleh
menggauli istrinya, memakai pakaian, parfum dan lain-lainnya yang
diharamkan bagi orang yang sedang berihram.
Jika seseorang melakukan larangan ini setelah mengetahui hukumnya, maka dia wajib bertaubat dan beristighfar kepada Allah Ta'ala karena telah melanggar aturan yang Dia tetapkan, dan tidak ada kewajiban fidyah atasnya.
Wa bi_llahi at-taufiq.