Disunnahkan
bagi orang yang mendengarkan kalimat-kalimat adzan yang dikumandangkan
muazzin untuk menjawabnya sebagaimana ucapan muazzin.
Kecuali di saat muazzin mengucapkan “hayya ‘ala_shshalâh” dan “hayya ‘ala_lfalâh”, maka sunnahnya bagi orang yang mendengarkannya menjawab dengan ucapan “lâ haula wa lâ quwwata illâ bi_llâh”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
Selesai muazzin mengumandangkan adzan, maka disunnahkan membaca doa,
اللهمّ ربّ هذه الدعوةِ التامّةِ والصلاةِ القائمةِ آتِ محمدًا الوسيلةَ والفضيلةَ وابعثه مقامًا محمودًا الذي وعدته
Allâhumma
rabba hâdzihi_dda’wati_ttâmmah, wa_shshalâti_lqâ-imah, âti
Muhammadi_lwasîlata wa_lfadhîlah, wa_b’atshu maqâman mahmûdani_lladzî
wa’adtah.
“Ya Allah,
Rabb yang memiliki seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan
ditegakkan, berikanlah Muhammad wasîlah dan keutamaan, serta bangkitkan
dia sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang telah Engkau
janjikan.” (HR. Al-Bukhary).
Inilah
riwayat yang paling shahih berkenaan dengan doa selepas adzan. Terdapat
beberapa tambahan yang sering kita dengarkan dalam doa adzan
diantaranya,
1. Allâhumma innî as-aluka bihaqqi hâdzihi_dda’wah (Ya Allah, aku memohon kepadaMu dengan hak seruan ini)
2. Wa_ddarajata_rrafî’ah (dan derajat yang tinggi)
3. Innaka lâ tukhlifu_lmî’âd (sesungguhnya Engkau tidak menyelisihi janji)
4. Ya arhama_rrâhimîn (wahai Zat Yang paling penyayang dari para penyayang)
Tambahan-tambahan
dzikir ini disebutkan dalam beberapa riwayat hadits, namun riwayat-riwayat tersebut tidak selamat
dari kritik para ulama. Karenanya, yang lebih selamat bagi dalam
persoalan ini adalah membatasi pada apa yang disebutkan dalam riwayat
yang telah disepakati keshahihannya.
Keutamaannya Doa Selesai Adzan
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول ثم صلوا علي ثم سلوا الله لي الوسيلة، فمن سأل الله لي الوسيلة حلت عليه شفاعتي
“Jika
kalian mendengar muazzin maka ucapkan seperti apa yang diucapkannya.
Kemudian bershalawatlah untukku dan mohonkan kepada Allah wasilah
untukku. Siapa yang memohon kepada Allah wasîlah untukku, niscaya telah
halal baginya syafa’atku.” (HR. Muslim).
Faedah
“Wasîlah” yang dimaksudkan dalam hadits itu adalah derajat/kedudukan di surga. Nabi ﷺ berkata menjelaskan tentang wasilah tersebut,
إنها منزلةٌ فى الجنة لعبدٍ من عباد الله وأرجو أن أكون أنا هو
“Dia adalah sebuah derajat di surga untuk seseorang dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap akulah orangnya.” (HR. Muslim).
“Fadhîlah” adalah keutamaan yang melebihi kedudukan semua hamba.
Dan yang dimaksud “al-maqâm al-mahmûd” (kedudukan terpuji) adalah syafa’at agung (asy syafâ’ah al ‘udzhmâ) pada hari Kiamat nanti yang dengannya beliau akan dipuji oleh seluruh hamba.
0 tanggapan:
Posting Komentar