- Firaq Mu’aashirah Tantasib ilaa al Islaam wa Bayaan Mauqif al Islaam Minhaa, Dr. Ghalib ‘Awaajy, Maktabah ‘Ashriyyah Dzahabiyyah - Jeddah, cet. V, th. 1426/ 2005.
- Al Bidaayah wa an Nihaayah, al Hafidz ‘Imaduddin Ibnu Katsir, Dar Ihya’ at Turats al ‘Araby – Beirut, tanpa tahun.
- Al Fashl fi al Milal wa al Ahwaa’ wa an Nihal, Abu Muhammad Ibnu Hazm, Dar Ihya at Turats al ‘Araby-Beirut, cet. I, th. 2002.
- Majmuu' Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, dikumpulkan dan disusun oleh Abdurrahman al Qasim, cetakan Riyadh, th. 1372.
- Al Mausuu’ah al Muyassarah fil Adyaan wal Madzaahib wal Ahzaab al Mu’aashirah, disusun oleh sebuah tim dari World Assembly Muslim Youth (WAMY) - Riyadh dibawah pengawasan dan diteliti kembali oleh Dr. Mani’ bin Hammad al Juhany, cet. V, th. 1424/ 2003.
- Syarh al ‘Aqiidah al Waasithiyyah, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, Daar Ibnul Jauzy – Dammam, cet. IV, th. 1424 H.
- Khawarij muncul pertama kali sebagai sebuah kelompok yang memiliki kekuatan pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, dengan membai’at Abdullah bin Wahb ar Raasiby sebagai Amirul Mu’minin tandingan pada tanggal 10 Syawwal tahun 37 H di Harura’, Irak. Berkata Syaikhul Islam : "Bid’ah yang pertama kali muncul dalam Islam dan yang paling jelas celaan terhadapnya dalam sunnah dan atsar adalah bid’ah Haruriyyah (Khawarij) yang membangkang…". [Majmuu Fataawa, XIX/ 71]. Beliau juga berkata : "Merekalah yang pertama kali mengkafirkan Ahli Kiblat dengan alasan dosa, bahkan dengan sesuatu yang mereka anggap sebagai dosa. Mereka halalkan darah-darah Ahli Kiblat dengan perkara tersebut…". [lihat juga : Majmuu’ Fataawa, XIII/ 20, 32; al Milal wan Nihal, I/ 91, al Fashl, III/ 107-109]
- HR. Bukhary (3610), dan Muslim (1064), (148) dari hadits Abu Sa’id al Khudry radhiyallahu ‘anhu.
- Syi'ah, sebuah firqah yang mengklaim bahwa mereka adalah syi’ah (pendukung) Ali bin Abi Thalib dan anak-anaknya. Dalam perkembangannya, Syi’ah terpecah kedalam banyak aliran. Yang paling moderat adalah firqah yang mengatakan Ali lebih berhak atas Khilafah daripada Abu Bakar dan Umar dengan tetap menghormati kedua shahabat tersebut, seperti firqah Zaidiyyah. Yang paling ekstrim adalah firqah yang menganggap Ali sebagai Tuhan seperti Saba’iyyah. [Majmuu’ Fataawa, XIII/33-36; al Fashl, III/ 97-107]
- Yang pertama kali berbicara tentang persoalan qadar (takdir) adalah Ma’bad bin Khalid al Juhany, seorang shalih yang taat beribadah hingga akhirnya mengabaikan ilmu. Terlibat dalam pemberontakan bersama Ibnul Asy’ats terhadap Khalifah Abdul Malik bin Marwan, dan dibunuh oleh al Hajjaj pada tahun 80 H setelah gagalnya pemberontakan tersebut. [al Bidaayah wan Nihaayah, IX/ 37]
- Terdapat beberapa hadits yang menyebutkan bahwa Qadariyyah adalah Majusi-nya umat ini. Sebagian besarnya merupakan hadits dha’if. Tetapi beberapa jalan periwayatannya dihasankan oleh para ulama. Silahkan rujuk kepada kitab Shahih Sunan Ibnu Majah oleh Syaikh al Albany rahimahullah.
- Firqah Murji’ah terbagi kedalam banyak aliran dan saling berselisih pada sebagian dari prinsip-prinsip keyakinan irja’-nya. Yang paling dekat kepada Sunnah adalah Murji’ah Fuqaha’ di Kufah yang tidak memasukkan amal dalam hakekat keimanan (diantara tokohnya adalah Imam Abu Hanifah, guru beliau Hammad bin Abu Sulaiman, dan lain-lain –rahimahumullah). Sementara yang paling ekstrimnya adalah Murji’ah Jabariyah yang dianut oleh firqah Jahmiyah. Mereka mencukupkan iman sebagai ma’rifah (pengetahuan) hati, menganggap bahwa maksiat tidak akan berpengaruh pada keimanan, dan pengakuan serta amalan tidak termasuk dalam definisi iman. [lihat Majmu Fataawa, jilid VII pada beberapa tempat dari buku tersebut; Firaq Mu’aashirah, III/ 1089]
- Mu'tazilah, firqah Islam yang muncul pada akhir masa Bani Umawiyah dan berkembang pesat pada masa Bani Abbasiyyah. Firqah ini sangat mengagungkan akal dalam memahami aqidah Islam disebabkan oleh pengaruh filsafat yang masuk ke dunia Islam. Muncul pertama kali sebagai sebuah gerakan pemikiran dengan munculnya tokoh yang bernama Washil bin ‘Atha’ al Ghazzal, yang tadinya adalah murid Imam Hasan al Bashri, tapi akhirnya ber-i’tizal (memisahkan diri) dari gurunya setelah dia mengemukakan pendapat bahwa pelaku dosa besar berada pada manzilah baina manzilatain (satu tempat yang berada diantara dua tempat), yaitu tidak mukmin dan tidak juga kafir. Tapi bila meninggal sebalum bertaubat, maka dia kekal dalam neraka. Washil bin ‘Atha wafat pada tahun 131 H. [Majmuu’ Fataawa, XIII/ 386; al Milal, I/ 35-62]
- Al Ja’ad bin Dirham, berasal dari Khurasan dan bermukim di Damaskus. Orang yang pertama kali mengatakan bahwa al Qur’an adalah makhluk dan mengingkari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla. Al Ja’ad mengambil bid’ah tersebut dari Bayan bin Sam’an, yang mengambilnya dari Thalut, putra saudari Labid bin A’sham, yang juga suami dari putrinya. Dan Labid bin A’sham -yang pernah menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam- mengambil perkataan itu dari seorang Yahudi Yaman. Sebagian ulama mengatakan bahwa Al Ja’ad dibunuh oleh seorang gubernur Bani Umayyah, Khalid bin Abdillah al Qusary pada hari ‘Iedul Adha di Kufah karena aqidahnya yang menyimpang. [al Bidaayah wa an Nihaayah, IX/ 323-324]
- Jahmiyah, nisbat kepada Jahm bin Shofwan at Tirmidzi. Salah satu firqah ahli Kalam yang menisbatkan diri kepada Islam. Memiliki ide-ide dan pemikiran-pemikiran aqidah yang keliru dalam pemahaman keimanan serta nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala. Sementara pendirinya, Jahm bin Shofwan adalah orang yang mengadopsi bid’ah perkataan bahwa al Qur’an adalah makhluk, dan menolak serta mengingkari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah dari al Ja’ad bin Dirham. Jahm dibunuh oleh Salim bin Ahwaz di Merv pada tahun 128 H setelah pemberontakannya yang gagal. [al Bidaayah wan Nihaayah, IX/ 324; Majmuu’ Fataawa, XII/502-503; al Milal, I/ 67-68]
- Asy'ariyah adalah sebuah firqah Islam yang dinisbatkan kepada Abul Hasan al Asy’ari (wafat di Baghdad tahun 324 H) yang berhijrah dari mazhab Mu’tazilah dan mendirikan sebuah mazhab baru. Walaupun sebenarnya Abul Hasan al Asy’ari telah bertaubat dan rujuk kembali kepada mazhab Salaf, tapi sebagian besar orang yang menisbatkan diri kepada Asy’ari masih berpegang pada pemahamannya yang keliru tersebut. Asy’ariyyah menggunakan argumentasi logika dan ilmu kalam dalam usaha mereka untuk membantah Mu’tazilah dan ahli filsafat demi untuk membela hakikat agama dan aqidah Islamiyah. Diantara tokoh-tokoh besar sekte Asy’ariyyah adalah Abu Bakr al Baqillany, Imam al Haramain al Juwainy, Abu Hamid al Ghazaly, dan Imam al Fakrurraazy. Semua tokoh yang disebutkan telah bertaubat dan kembali kepada manhaj Salaf di akhir hayatnya. [Firaq Mu’aashirah, III/ 1205-1226, al Mausuu’ah al Muyassarah, I/ 84-86]
- Maturidiyah, nisbat kepada Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al Maturidy (wafat tahun 333 H). sebuah firqah ahli Kalam yang juga menggunakan argumentasi akal dan filsafat untuk membantah lawan-lawan mereka dari kalangan Mu’tazilah, Jahmiyyah dan sekte-sekte kebatinan, demi untuk menetapkan dan membela aqidah Islamiyah menurut pemahaman mereka. Mazhab Maturidi masih tersebar luas di India dengan adanya madrasah-madrasah seperti Madrasah Deobond dan Darun Nadwah. [Firaq Mu’aashirah, III/ 1228-1242, al Mausuu’ah al Muyassarah, I/ 96-98]
- Al Mausuu’ah al Muyassarah, I/ 50.