Saudara dan saudari,
Saya haturkan salam kepada Anda semua dengan salam Islam yang abadi, yang memiliki tujuan dan maksud yang mulia… Salâmu_Llâhi ‘alaikum warahmatu_Llâhi wa barakâtuh…
Saya
berwasiat kepada Anda dan diri saya untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala.
Siapa yang menyibukkan diri dengan ketakwaan, niscaya Allah akan
mencukupinya.
Dalam
situasi yang sulit yang dihadapi umat Islam saat ini, yang dengannya
telah kisruh banyak negeri-negeri, dan dengannya pula telah rancu banyak
dari ideolog-ideologi, tidak diragukan bahwa ideologi yang paling
berbahaya adalah ideologi yang diusung dengan label agama. Karena hal
itu akan memberikannya simbol kesucian, yang diatas landasannya nyawa
pun akan menjadi murah. Saat itulah manusia akan berpindah –kami memohon
perlindungan Allah- dari perpecahan yang agama dijaga darinya kepada
perpecahan dalam agama itu sendiri. Inilah yang Allah ‘Azza wa Jalla
telah ingatkan kita dalam firmanNya,
إِنَّ
الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي
شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا
كَانُواْ يَفْعَلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi
beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap
mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanya dikembalikan kepada Allah,
kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
perbuat.” (QS. Al-An’am ayat 159)
Allah
Ta’ala dalam ayat ini memperingatkan kaum muslimin agar tidak terjadi
dalam agamanya seperti yang terjadi pada orang-orang musyrik dalam agama
mereka. Dan perpecahan dalam agama Islam adalah dengan tercerai
berainya prinsip-prinsip dasarnya setelah tadinya bersatu. Yaitu setiap
perpecahan yang mengantarkan pelakunya kepada pengkafiran sebagiannya
atas sebagian lainnya, memerangi sebagiannya atas sebagian lainnya dalam
agama. Sementara tidak ada dalam Islam kejahatan yang terbesar di sisi
Allah setelah kekafiran selain memecah belah jamaah, yang (semestinya)
dengan jamaah itulah hati-hati akan bersatu dan kalimat akan terkumpul.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْتَصِمُواْ
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ
آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan
berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu
bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.” (QS. Alu Imran ayat 103)
Berkata Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
“Wahai manusia, wajib bagi kalian komitmen dengan ketaatan dan jamaah.
Karena itulah tali Allah ‘Azza wa Jalla yang Dia perintahkan. Apa yang
kalian benci dalam jamaah jauh lebih baik daripada apa yang kalian suka
dalam perpecahan.”
Perpecahan
dan perselisihan tidak terjadi kecuali dikarenakan oleh kejahilan dan
hawa nafsu. Sebagaimana jamaah dan persatuan tidak terjadi kecuali
dikarenakan ilmu dan ketakwaan.
Kaum
muslimin pada hari ini, dan keadaannya sebagaimana yang telah diketahui,
sangat butuh untuk kembali memperdalam ilmu dan pengetahuan tentang
agama yang lurus ini sebelum orang-orang yang selain mereka mengenalnya.
Bukan hanya dalam permasalahan-permasalahan dan hukum-hukumnya, tapi
juga dalam maqâshid (tujuan-tujuan)nya yang agung dan
luas, yang untuk tujuan itulah agama ini disyari’atkan dan diatas
prinsip itulah agama ini diturunkan. Allah Ta’ala tidak mengutus para
rasul dan menetapkan syari’at melainkan untuk menegakkan aturan bagi
manusia sebagaimana firmanNya,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. Al-Hadid ayat 25).
Syari’at Islam adalah syari’at yang paling agung dan lurus sebagaimana yang ditunjukkan oleh firmanNya,
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Alu Imran ayat 19).
Syari’at
ini telah datang dengan perkara yang padanya terdapat kebaikan manusia
di masa sekarang dan akan datang. Dan tujuan umum dari syari’at Islam
adalah memakmurkan persada bumi, menjaga aturan kehidupan dan memastikan
berkesinambungannya kebaikannya itu bagi orang yang hidup diatasnya.
Diantara prinsip-prinsip dasar al-Quran yang lapang, bahwa hukum asal sesuatu adalah mubah/halal,
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا
“Dia-lah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. Al-Baqarah ayat 29).
Dan hukum asal bagi setiap manusia adalah kesucian (al barâ-ah),
فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْ
“Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia diatas fitrah itu.” (QS. Ar-Rum ayat 30)
Dua
prinsip ini adalah landasan setiap pensyariatan dan kebebasan. Dan tidak
mungkin terwujud setiap prinsip itu dan tidak bakal tegak kecuali
dengan mengetahui bahwa kelapangan Islam (samâhah al Islâm) adalah sifat
mendasar syari’at Islam dan tujuan terbesarnya. Sebagaimana dalam
firmanNya,
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu.” (QS. Al-Baqarah ayat 185).
firmanNya,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj ayat 78).
Dan firmanNya,
رَبَّنَا
وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن
قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
“Ya
Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya
Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak
sanggup memikulnya.” (QS. Al-Baqarah ayat 286).
Dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
أحب الدين إلى الله الحنيفية السمحة
“Agama yang paling dicintai Allah adalah al-hanifiyyah (yang lurus), as-samhah (toleran).”
Al-hanifiyyah adalah lawan kesyirikan, dan as-samhah adalah lawan dari kesulitan dan sikap ekstrim. Dalam hadits yang lain darinya shallallahu ‘alaihi wasallam,
إن الدين يسر، ولن يشاد هذا الدين أحد إلا غلبه
“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang memberat-beratkan agama ini melainkan dia akan dikalahkan.”
Dalil-dalil
syari’at menunjukkan bahwa toleransi dan kemudahan termasuk dalam
tujuan dasar agama ini. Toleransi itu telah memberikan pengaruh yang
besar bagi tersebarnya dan langgengnya ajaran Islam. Dengan ini
diketahui bahwa kemudahan termasuk fitrah, karena fitrah manusia
menyukai kelembutan.
Hakikat dari toleransi dan sikap pertengahan itu berada diantara sikap ekstrim keras dan ekstrim lunak. Al-wasathiyyah (sikap pertengahan) dalam makna ini adalah sumber segala kesempurnaan. Allah Ta’ala berfirman tentang sifat dari umat ini,
وكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
“Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang adil dan pilihan.” (QS. Al-Baqarah ayat 143)
Di sela-sela maqâshid
yang agung inilah akan jelas terlihat hakikat dari sikap pertengahan,
dan bahwasannya dia adalah kesempurnaan dan keindahan Islam ini, dan
ideologi-ideologi ekstrimisme, radikalisme dan terorisme yang merusak di
muka bumi dan membinasakan kehidupan bukanlah bagian dari Islam
sedikitpun. Bahkan dia adalah musuh Islam yang pertama, dan kaum
muslimin adalah korban utamanya. Sebagaimana yang bisa terlihat dari
kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh apa yang disebut Da’isy (ISIS),
al-Qaeda dan kelompok-kelompok yang bercabang darinya. Benarlah
perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang mereka,
سيخرج
في آخر الزمان قوم أحداث الأسنان، سفهاء الأحلام، يقولون من خير قول
البرية، يقرأون القرآن لا يجاوز حناجرهم، يمرقون من الدين كما يمرق السهم
من الرمية، فإذا لقيتموهم فاقتلوهم فإن في قتلهم أجراً لمن قتلهم عند الله
يوم القيامة
“Akan
keluar di akhir zaman suatu kaum yang berusia belia, berpikiran picik,
mereka mengucapkan perkataan sebaik-baik manusia, mereka membaca
al-Quran namun tidak melewati tenggorokannya. Mereka lepas dari Islam
ini sebagaimana anak panah lepas dari busur. Jika kalian menjumpai
mereka, bunuhlah mereka itu, karena dalam membunuh mereka terdapat
pahala di sisi Allah pada hari Kiamat bagi orang yang membunuh mereka.”
Kelompok-kelompok
pembangkang itu tidak berkait dengan Islam, dan tidak juga dengan para
penganutnya yang komitmen dengan petunjuknya. Bahkan mereka adalah
perpanjangan tangan Khawarij yang merupakan sekte pertama yang keluar
dari agama ini disebabkan pengkafirannya terhadap kaum muslimin hanya
karena perbuatan dosa dan juga menghalalkan darah dan harta-harta kaum
muslimin.
Pada
kesempatan ini kami mengajak untuk menyatukan segala usaha, baik dalam
bidang pembinaan, pendidikan, dakwah dan pembangunan, untuk menguatkan
ideologi pertengahan (al-wasathiyyah wal al-i’tidâl)
yang bersumber dari syari’at Islam kita yang mulia dengan konsep
paripurna yang memiliki tujuan jelas dan didukung oleh rancangan
kerjanya demi untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dalam tataran
riil.
Demikian,
dan dunia pada saat ini sedang bergejolak di sekitar kita, wajib bagi
kita di Kerajaan Saudi Arabia, yang telah Allah anugerahkan kepada kita
kalimat yang satu, barisan yang satu di sekitar kepemimpinan kita yang
direpresentasikan oleh Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Abdullah bin Abdil
Aziz Alu Su’ud, Putra Mahkota dan Wakil Putra Mahkota –semoga Allah
menjaga mereka-, wajib bagi kita menjaga struktur yang kokoh ini, yang
menguatkan sebagiannya atas sebagian lainnya. Jangan jadikan sebab-sebab
perpecahan dan perselisihan di luar negeri menjadi sebab untuk
perselisihan diantara kita. Setiap kita, alhamdulillah, di
Kerajaan Saudi Arabia bersatu dan muslim. Kita menjaga jamaah, komitmen
dengan ketaatan dalam perkara yang ma’ruf, mengemban amanah ilmu,
pemikiran dan tulisan, sebagian kita memberikan loyalitas kepada yang
lainnya, sebagian kita memberikan uzur kepada yang lainnya dalam perkara
yang kita keliru padanya. Baik itu ulama, para ustadz, para penulis,
orang-orang terpelajar dan seluruh warga negara. Kita arahkan diskusi
kita dalam hal yang bermanfaat untuk kita dari persoalan-persoalan agama
dan bangsa dengan metode diskusi yang terpuji, yang tidak mengandung
pengkhianatan dan tidak mengundang tuduhan. Setiap kita di negeri ini
sama. Kita memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
Kami
memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia melanggengkan nikmatNya untuk kita,
yang lahir maupun yang bathin, menjaga negeri kita dan
negeri-negeri kaum muslimin dari segala keburukan, menjaga kita dan
mereka dari fitnah yang nampak dan tersembunyi, dan memperbaiki keadaan
kaum muslimin. Sesungguhnya, Dia-lah yang mampu dan berkuasa atas hal
tersebut.
Mufti Agung Kerajaan Saudi Arabia
Ketua Hai’ah Kibar al Ulama dan Ketua Lembaga Riset Ilmiah & Fatwa
Abdul Aziz bin Abdullah bin Muhammad Alu asy-Syaikh
--------------
0 tanggapan:
Posting Komentar