Diantara
syubhat para pengagung kuburan adalah perkataan mereka: bahwa
orang-orang musyrik Arab dahulu tidak pernah mengakui rububiyyah Allah
Ta’ala, sementara kami mengakui bahwa Allah adalah Rabb yang mengatur
seluruh alam ini dan menciptakan.
Jawaban untuk syubhat ini :
Orang-orang musyrik Arab dahulu mengakui tauhid rububiyyah, dan tidak pernah membantahnya. Bahkan pada asalnya tidak ada seorang
manusia pun yang mengingkarinya. Diantara dalil bahwa orang-orang Arab
jahiliyyah yang diperangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengakui bahwa Allah yang menciptakan, memberi rezki dan mengatur
segalanya adalah firmanNya,
قُلْ مَن يَرْزُقُكُمْ مِنَ
السَمَاءِ وَالأرْضِ أمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ
الحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الحَيِّ وَمَن
يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللهَ فَقُلْ أفَلاَ تَتَّقُوْنَ
“Katakanlah : Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan
bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur
segala urusan? Maka mereka akan menjawab : Allah! Maka katakanlah :
Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus ‘alaihissalam ayat
31).
Berkata Qatadah rahimahullahu tentang orang-orang musyrik jahiliyyah, “Sesungguhnya tidaklah engkau menjumpai seseorang dari mereka melainkan dia akan menyampaikan padamu bahwa Allah adalah Rabb-nya, dan Dia-lah yang telah menciptakannya, memberinya rezki, tetapi dia justru mempersekutukan-Nya dalam ibadahnya.”[1]
Berkata Imam Ibnu Jarir pada tafsiran beliau terhadap firman Allah ( فَقُلْ أفَلاَ تَتَّقُوْنَ ), “Tidakkah kalian takut terhadap hukuman Allah atas kesyirikan kalian dan ibadah kalian -bersama Allah- kepada makhluk yang tidak mampu menganugerahkan kalian rezki sedikitpun dan tidak memiliki kemampuan untuk memberikan kalian kemanfaatan atau keburukan.”[2]
Pengakuan terhadap rububiyyah Allah saja tidak cukup untuk mewujudkan tauhid yang dikehendaki. Orang-orang musyrik Arab mengakui tauhid tersebut, namun tetap saja mereka diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga mereka mau mengesakan Allah dalam semua bentuk peribadatan.
------------------
Footnotes :
[1] Tafsir Ibn Jarir, XIII/78
[2] Tafsir Ibn Jarir, XI/114
Berkata Qatadah rahimahullahu tentang orang-orang musyrik jahiliyyah, “Sesungguhnya tidaklah engkau menjumpai seseorang dari mereka melainkan dia akan menyampaikan padamu bahwa Allah adalah Rabb-nya, dan Dia-lah yang telah menciptakannya, memberinya rezki, tetapi dia justru mempersekutukan-Nya dalam ibadahnya.”[1]
Berkata Imam Ibnu Jarir pada tafsiran beliau terhadap firman Allah ( فَقُلْ أفَلاَ تَتَّقُوْنَ ), “Tidakkah kalian takut terhadap hukuman Allah atas kesyirikan kalian dan ibadah kalian -bersama Allah- kepada makhluk yang tidak mampu menganugerahkan kalian rezki sedikitpun dan tidak memiliki kemampuan untuk memberikan kalian kemanfaatan atau keburukan.”[2]
Pengakuan terhadap rububiyyah Allah saja tidak cukup untuk mewujudkan tauhid yang dikehendaki. Orang-orang musyrik Arab mengakui tauhid tersebut, namun tetap saja mereka diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga mereka mau mengesakan Allah dalam semua bentuk peribadatan.
------------------
Footnotes :
[1] Tafsir Ibn Jarir, XIII/78
[2] Tafsir Ibn Jarir, XI/114
0 tanggapan:
Posting Komentar