Diantara "bencana" besar yang menimpa kaum muslimin pada saat ini adalah hilangnya aqidah al-wala' dan al-bara' dengan jatuhnya begitu banyak orang dari umat ini, yang terlibat -secara langsung atau tidak langsung- dalam perayaan hari-hari besar keagamaan orang-orang kafir. Terkhusus dengan tradisi menyambut Natal dan Tahun Baru Masehi yang begitu semarak dirayakan dan disambut oleh banyak kalangan, sering dengan mengatasnamakan "toleransi".
Mengenakan atribut santa, mengucapkan selamat Natal, menghadiri perayaan "Natal Bersama", dan yang lebih semarak dari semua itu, yaitu perayaan pergantian tahun; adalah fenomena yang sudah sangat biasa di negeri kita ini.
Padahal, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sangat benci untuk bermirip-mirip dengan orang-orang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dalam setiap urusan mereka. Sampai-sampai orang-orang Yahudi di Madinah mengatakan : "Muhammad tidak membiarkan sesuatu dari urusan kita melainkan dia akan menyelisihi kita dalam perkara tersebut!" (Diriwayatkan oleh Muslim dan Ashhabus Sunan).
Dan lihatlah pada hari ini bagaimana perhatian dan kepedulian sebagian besar umat ini terhadap perayaan-perayaan dan tradisi-tradisi orang-orang kafir tersebut. Mereka rela meninggalkan semua pekerjaan dan kesibukannya pada musim perayaan itu dan menjadikannya sebagai hari libur dan kegembiraan bersama keluarga, sahabat dan relasi bisnis. Sebagiannya bahkan tidak segan untuk memasang pohon natal dan menyiapkan makanan dan parcel untuk menyambutnya.
Yang seperti ini adalah pembenaran atas apa yang pernah disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَن قَبْلَكُم شِبْرًا بشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَتَبَعْتُمُوْهُم، قُلنَا : اليَهُودُ وَالنَصَارىَ؟ قَالَ: فَمَنْ؟
"Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalian pasti akan mengikuti mereka!" Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah (yang engkau maksudkan mengikuti) orang-orang Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi?" (HR. Al-Bukhary).
Karenanya, tidak perlu heran jika para ulama menyebutkan haramnya berpartisipasi dalam perayaan hari besar keagamaan mereka walaupun hanya dengan sekedar mengucapkan selamat atas perayaan tersebut.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan dalam "Ahkam Ahli Dzimmah" (I/441-442), "Adapun mengucapkan selamat terhadap simbol-simbol kekufuran yang khusus, maka haram dengan kesepakatan (ulama). Seperti mengucapkan selamat atas hari-hari raya mereka dan puasa mereka, dengan mengatakan : hari raya yang diberkahi atasmu, atau berbahagialah dengan hari raya ini, dan yang semacamnya. Yang seperti ini jika pelakunya selamat dari kekafiran, maka perkara itu termasuk dalam hal-hal yang diharamkan. Hal itu setara dengan mengucapkan selamat atas sujudnya dia terhadap salib, bahkan perbuatan itu lebih buruk dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai daripada mengucapkan selamat atas meminum minuman keras, membunuh jiwa, menodai kemaluan yang diharamkan dan yang semacamnya. Sangat banyak dari kalangan orang yang tidak memiliki pemahaman agama yang jatuh dalam perkara ini dan dia tidak tahu buruknya perbuatan tersebut. Siapa yang mengucapkan selamat kepada seorang hamba karena maksiat atau bid'ah atau kekufuran yang dilakukannya, maka dia telah menyodorkan dirinya kepada murka dan kemarahan Allah. Dahulu orang-orang yang wara' dari para ulama menghindari ucapan selamat kepada orang-orang zalim dengan kekuasaan mereka dan orang-orang jahil dengan jabatan hakim, guru dan fatwa (yang diamanahkan padanya), demi untuk menjauhi murka Allah dan hilangnya wibawa orang-orang itu dalam pandangannya. Jika dia diuji dengan hal itu, maka perbuatannya semata-mata untuk menolak keburukan yang mungkin dia dapatkan dari mereka. Dia pun datang kepada mereka dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan serta mendoakan untuk mereka hidayah dan keteguhan. Yang seperti ini tidak mengapa, wa bi_llahi at-taufiq."
Maka bagi siapa yang menginginkan keselamatan untuk diri dan kehormatannya, hendaknya dia menjaga diri dan keluarganya pada hari yang celaka itu, agar jangan sampai ikut serta bersama orang-orang kafir dalam perayaan mereka atau sekedar simbol-simbol perayaan mereka, agar dia mendapatkan rahmat Allah Ta'ala dan terhindar dari kemurkaanNya. Semoga Allah memaafkan segala kelalaian kita, dan berkenan mengembalikan umat ini kepada petunjukNya yang lurus. Amin.
0 tanggapan:
Posting Komentar