Seorang muslim yang memiliki kepedulian terhadap agamanya, selayaknya memahami persoalan ini dengan baik; mengapa kaum muslimin tidak dibenarkan mengucapkan selamat Natal kepada orang-orang Nasrani?
Setiap kali orang-orang Nasrani merayakan Natal, maka mereka sedang memperingati dan merayakan kelahiran Al-Masih Isa putra Maryam 'alaihissalam, yang mereka dakwakan sebagai Tuhan, atau anak Tuhan, atau salah satu dari tiga oknum.
Perkara ini jelas-jelas bertentangan dan berbenturan dengan aqidah tauhid yang menjadi prinsip utama dan sangat penting dalam ajaran Islam. Bahkan dia adalah segalanya dalam ajaran Islam, yang tidaklah diturunkan kitab-kitab, diutus para rasul, kecuali hanya untuk menyampaikan aqidah tersebut.
Ketika kita sebagai muslim mengucapkan selamat kepada mereka atas perayaan itu, atau saling bertukar kartu ucapan, SMS-an dan yang semacamnya, maka kita telah mengucapkan selamat atas kekufurannya kepada Allah Ta'ala, Rabb Yang Maha Mulia.
Ingatlah selalu firman Allah berikut ini tentang perkataan mereka,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا * لَقَدْ جِئْتُم شَيْئًا إِدًَّا * تَكَادُ السَمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْسشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الجِبَالُ هَدًّا * أنْ دَعَوا لِلرَحْمَنِ وَلَدًا * وَمَا يَنْبَغِي لِلرَحْمَنِ أنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا * إِنْ كُلُّ مَن فِى السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا * لَقَدْ أَحْصَاهُم وَعَدَّهُم عَدًّا * وَكُلُّهُم آتِيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَرْدًا
"Dan mereka berkata : 'Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak!' Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan bahwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan setiap mereka akan datang kepada Allah pada Hari Kiamat dengan sendiri-sendiri." (QS. Maryam ayat 88-95)
Tidaklah pantas kita mengucapkan selamat, sementara merekalah yang telah mencaci Allah Ta'ala dengan dakwaannya bahwa Allah memiliki anak.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
قال الله : كذبني ابنُ آدمَ ولمْ يكن لهُ ذلك وشتمني ابنُ آدمَ ولم يكن له ذلك، فأما تكذيبه إياي فزعم أني لا أقدر أن أعيده كما كان، وأما شتمه إياي فقوله لي ولدٌ، فسبحاني أن أتخذ صاحبةً أو ولدًا
"Allah Ta'ala berfirman : Anak Adam telah mendustakan Aku dan tidak pantas baginya hal itu. Dan dia telah mencaci Aku dan tidak layak baginya hal itu. Pendustaannya terhadap-Ku adalah dakwaannya bahwa Aku tidak mampu untuk mengembalikannya sebagaimana semula. Adapun caciannya terhadap-Ku adalah perkataannya bahwa Aku memiliki anak. Maha Suci Aku dari mengambil seorang istri atau anak!" (HR. Al-Bukhary no. 4482 dari hadits Ibnu Abbas)
Untuk Anda yang masih mengucapkan selamat atas perayaan mereka; jika kita telah sampai pada keadaan seperti ini, maka bagaimana kita akan mengajak umat lain kepada agama kita yang lurus, sementara kita sendiri justru memberkati mereka dalam perayaannya dan ikut serta dengan mereka dalam berbagai perayaan keagamaan mereka dengan ucapan selamat, pemberian hadiah dan bahkan hadir dalam acara tersebut!!
Hari raya dalam setiap agama adalah sesuatu yang sangat istimewa yang membedakannya dari syariat dan ajaran-ajaran lain. Dia merupakan syiar terpenting dalam setiap agama. Berjalan seiring dengan mereka dalam perayaan tersebut hakikatnya adalah menyetujui mereka dalam syari'at kufur yang paling khusus dan paling prinsipnya. Yang seperti ini tidak diragukan akan mengantarkan kepada kekufuran dengan syarat-syaratnya. (Silahkan dibaca kita Iqtidha' ash-Shirat al-Mustaqim, I/528, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)
Meremehkan persoalan ini justru akan mengeluarkan umat ini dari prinsip-prinsip dasar aqidahnya dan menghapuskan identitasnya sebagai seorang muslim. Akibatnya, generasi muda kita akan sangat mudah mengikuti mereka dalam keyakinan dasar mereka, apalagi dalam budaya dan gaya hidup mereka.
Jika persoalan (yang dianggap) sepele ini dibiarkan saja berlaku di kalangan kaum muslimin, maka itu akan membawa kepada perkara yang lebih besar. Jika perkara itu sudah menjadi sesuatu yang umum dan terkenal, maka orang-orang awam akan terlibat di dalamnya dan melupakan asal usulnya hingga menjadi sebuah kebiasaan dan bahkan menjadi hari besar mereka yang menandingi hari raya yang ditetapkan Allah Ta'ala.
Tidak perlu khawatirkan persoalan toleransi. Agama ini dan umatnya telah menjadi contoh terbaik dalam toleransi, kemudahan dan kebaikan akhlak mereka dalam berinteraksi dengan umat-umat lain diluar agama mereka. Tapi sayangnya, realita umat yang terbelakang dan kehinaan yang menimpanya akibat jauhnya mereka dari ajaran Allah telah menjadikan mereka melepaskan satu persatu prinsip-prinsip dasar aqidahnya demi untuk membuat ridha orang lain dan melupakan apa yang telah Allah turunkan semenjak 14 abad yang lalu,
وَلَن تَرْضىَ عَنْكَ اليَهُوْدُ وَلاَ النَصَارىَ حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُل إنَّ هُدىَ اللهِ هُوَ الهُدىَ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ العِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِن وَلِيًِّ وَلاَ نَصِيْرٍ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)'. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al-Baqarah ayat 120).
Wallahul musta'an.
0 tanggapan:
Posting Komentar