Disunnahkan
bagi orang yang tidak sedang menunaikan ibadah haji untuk berpuasa pada
Hari Arafah, yaitu pada hari kesembilan di bulan Dzulhijjah. Puasa
tersebut menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah berlalu, dan
menghapuskan dosa-dosa setahun yang akan datang dari umur seorang
manusia. Perkara yang tidak pernah terjadi kecuali untuk Nabi ﷺ dalam
firman Allah,
لِيَغْفِرَ اللهُ لكَ مَا تَقَدّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأخّرَ
“Supaya Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS. Al-Fath ayat 2).
Dan juga para peserta Perang Badr al-Kubra sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi,
اعملوا ما شئتم فقد غفرتُ لكم
“Kerjakanlah apa yang kalian suka, sungguh Aku telah mengampuni kalian!” (HR. Al-Bukhary).
Berkenaan dengan dalil tentang keutamaan puasa di Hari Arafah, maka Nabi ﷺ bersabda,
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده
“Puasa hari Arafah, aku sangat berharap pada Allah akan menghapuskan dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun yang setelahnya.” (HR. Muslim).
Penghapusan
dosa dua tahun tersebut, entah yang dimaksudkan bahwa Allah mengampuni
dosa-dosanya selama dua tahun itu dengan sebab jauhnya dia dari
dosa-dosa besar dan taufiq yang Allah berikan padanya untuk beramal
shalih yang menggugurkan dosa-dosa, atau dimaksudkan bahwa Allah
menjaganya sehingga tidak melakukan dosa-dosa dan tidak bermaksiat
kepadaNya dalam dua tahun tersebut.
Sunnah ini
–seperti yang telah disebutkan- hanya berlaku bagi yang tidak
melaksanakan haji. Adapun bagi kaum muslimin yang melaksanakan haji,
maka yang paling utama baginya adalah melaksanakan Sunnah Nabi ﷺ dan
para Khulafa’ Rasyidun dengan tidak berpuasa pada hari itu untuk
menguatkan diri mereka dalam doa dan dzikir pada saat wuquf di Arafah.
Demikianlah mazhab mayoritas para ulama.
Dalam Shahih al-Bukhary, dari Maimunah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha,
أَنَّ
النَّاسَ شَكُّوا فِي صِيَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلَابٍ وَهُوَ
وَاقِفٌ فِي الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ
“Bahwa
manusia dalam keraguan tentang puasa Nabi ﷺ pada hari Arafah. Maka ia
mengirimkan segelas susu kepadanya sementara beliau sedang wukuf di
Arafah. Beliau minum darinya sementara orang-orang melihatnya.”
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma
pernah ditanya tentang puasa hari Arafah di Arafah, beliau menjawab,
“Saya melaksanakan haji bersama Nabi ﷺ dan beliau tidak melakukan puasa,
bersama Abu Bakr dan beliau tidak berpuasa, bersama Umar dan beliau
tidak berpuasa, bersama Utsman dan beliau juga tidak berpuasa. Aku pun
tidak melakukannya dan tidak menyuruh untuk berpuasa, dan aku tidak juga
melarangnya,” (Riwayat at-Tirmidzi, an-Nasa’i dalam Sunan al-Kubra dan
Ahmad).
Wallahu a’lam.
0 tanggapan:
Posting Komentar