Ketika
sampai berita kepada kaum muslimin di Habasyah bahwa penduduk Makkah
telah memeluk Islam, sebagian mereka kembali ke Makkah dan mereka
dapatkan bahwa berita itu tidak seperti yang mereka dengarkan.
Mereka akhirnya kembali lagi ke Habasyah dan ikut
bersama mereka kelompok lain yang ikut menuju Habasyah. Itulah yang disebut
sebagai hijrah kedua. Jumlah mereka lebih dari 80 orang laki-laki selain
wanita dan anak-anak.
Para pembesar Quraisy
mengirim ‘Amr bin al-‘Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah dengan membawa
hadiah untuk Najasyi dan uskup-uskupnya. Mereka bertemu Najasyi dan
memintanya untuk mengembalikan kaum muslimin yang telah berhijrah ke
negerinya. Najasyi mengirim utusan kepada kaum muslimin untuk memanggil
mereka dan menanyakan tentang agama mereka.
Maka berkatalah Ja’far bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, yang mewakili para muhajirin di Habasyah, “Wahai Raja, kami dahulu adalah
kaum yang berada diatas kesyirikan. Kami menyembah berhala dan memakan
bangkai, buruk dalam bertetangga dan menghalalkan yang haram. Sebagian
kami atas sebagian yang lain saling menumpahkan darah dan selainnya.
Kami tidak menghalalkan sesuatu dan tidak juga mengharamkannya. Dan
Allah mengutus kepada kami seorang nabi dari kaum kami sendiri,
yang kami kenali kesetiaannya, kejujurannya dan amanahnya. Ia mengajak
kami untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan Dia
dengan sesuatupun, menjalin silaturrahim, baik dalam bertetangga, shalat
dan puasa, dan tidak menyembah yang selain Dia.”
Najasyi
berkata, “Apakah bersamamu ada sesuatu dari ajaran yang dibawanya?”, dan
ia telah memanggil para uskupnya dan membuka kitab-kitab mereka di
sekelilingnya.
Ja’far berkata, “Iya.”
Ia berkata, “Tolong bacakan untukku apa yang dibawanya itu!”
Ja’far membacakan untuknya permulaan surat Kâf Hâ Yâ’ ‘Ain Shâd[1],
maka Demi Allah, menangislah Najasyi hingga basahlah jenggotnya, dan
menangislah para uskupnya hingga membasahi kitab-kitab mereka.
Kemudian
Najasyi berkata, “Sungguh, perkataan seperti ini berasal dari sumber
yang telah datang bersamanya Musa… Pergilah kalian dalam damai…”
Ketika
usaha pertama itu gagal untuk mengembalikan kaum muslimin ke Makkah, pada
hari berikutnya ‘Amr bin al-‘Ash mencoba untuk meributkan sikap kaum
muslimin terhadap Isa ‘alaihissalam. Ia berkata kepada Najasyi, “Wahai Raja, mereka telah mengatakan perkataan yag buruk tentang Isa…”
Najasyi
kembali mengirim utusan untuk mendatangkan mereka dan menanyai mereka.
Ja’far menjawab, “Kami katakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan
utusannya, kalimatNya dan ruh (dari)Nya yang Dia sampaikan kepada
Perawan Maryam.”
Najasyi lalu mengambil sebuah batang kayu di tanah dan berkata, “Tidaklah Isa
putra Maryam melampaui apa yang engkau katakan melebihi batang kayu
ini!”
Dan
Najasyi memberikan jaminan keamanan untuk kaum muslimin di negerinya,
dan mereka pun tinggal bersama sebaik-baik tetangga di sebaik-sebaik
negeri, sebagaimana ungkapan yang diucapkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha.[2]
Footnotes :
[1] Surat Maryam
[2] Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dengan sanad yang hasan kepada Ummu Salamah.
(Sumber : as-Sîrah an-Nabawiyyah ash-Shahîhah, I/172-174 dengan ringkas)
0 tanggapan:
Posting Komentar