Setelah kegagalan Quraisy mengembalikan
kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah, yang membuat Quraisy semakin
marah dan semakin keras menyiksa kaum muslimin, Quraisy pun bertekad
membunuh Rasulullah ﷺ.
Bani Abdil Muththalib dan Bani Hasyim akhirnya bersepakat memasukkan Rasulullah ﷺ
ke syi’b (lembah) mereka yang dikenal sebagai syi’b Abi Thalib dan
melindunginya di dalamnya. Mereka pun masuk seluruhnya, muslimnya dan
kafirnya.
Orang-orang musyrik membuat kesepakatan untuk tidak duduk bersama
mereka, tidak bercampur dengan mereka, tidak berjual beli dengan mereka
dan tidak akan memasuki rumah-rumah mereka hingga mereka menyerahkan
Rasulullah ﷺ untuk dibunuh. Quraisy
menuliskan sebuah piagam untuk pemboikotan itu dan Bani Hasyim pun
tinggal dalam syi’b selama tiga tahun hingga mereka ditimpa oleh
kelaparan dan kesulitan yang tidak terkira.
Setelah
tiga tahun berlalu dari masa pemboikotan dan pengucilan, beberapa tokoh
Quraisy menyesalkan tindakan itu dan bersepakat untuk merobek piagam
tersebut. Sementara Rasulullah ﷺ telah
mengabarkan mereka sebelum itu bahwa piagam tersebut tidak tersisa
darinya kecuali kata-kata syirik dan kezaliman. Dengan demikian,
berakhirlah pemboikotan itu yang berakhir pada tahun kesepuluh dari masa
kenabian.
Rasulullah ﷺ
pernah mendoakan keburukan terhadap orang-orang kafir Quraisy dan
terjadilah kemarau dan paceklik hingga mereka memakan bangkai dan kulit.
Maka datanglah Abu Sufyan kepada Rasulullah ﷺ
memohon padanya atas nama jalinan kekerabatan agar beliau mendoakan
hilangnya keburukan tersebut. Rasul pun berdoa kepada Rabb-nya agar
menghilangkan azab itu, namun kemudian mereka justru kembali kepada
pengingkarannya. Kisah inilah yang diabadikan Allah penyebutannya dalam
surat ad-Dukhan ayat 10-15.
(Sumber : as-Sîrah an-Nabawiyyah ash-Shahîhah, dengan ringkas)
0 tanggapan:
Posting Komentar