Sponsors

27 Oktober 2014

Keutamaan Bulan Muharram dan Hari Asyura'

Bulan Muharram adalah salah satu dari bulan-bulan Haram yang Allah sebutkan dalam al-Quran,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan Haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. At-Taubah : 36)

Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

السنة اثنا عشر شهراً منها أربعة حرم ، ثلاث متواليات : ذو القعدة ، وذو الحجة ، والمحرم ، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان

"Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, diantaranya empat bulan Haram; tiga berurutan (yaitu) Dzulqi'dah, Dzulhijjah dan Muharram, serta Rajab Mudhar yang diantara bulan Jumada dan Sya'ban." HR. Al-Bukhary (4662) dan Muslim (1679) dari haditsnya Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu.

Yang disyari'atkan di bulan Muharram adalah berpuasa.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata : Bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

"Seutama-utama puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah, al-Muharram." HR. Muslim (1163).

Dari bulan Muharram tersebut, sangat ditekankan untuk berpuasa pada hari kesepuluhnya, yaitu hari Asyura'.

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata : "Saya tidak melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sangat peduli dengan puasa pada hari tertentu yang ia utamakan dari yang selainnya kecuali di hari ini, yaitu hari Asyura', dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan." HR. Al-Bukhary (2006) dan Muslim (1132).

Keutamaan berpuasa pada hari Asyura' adalah apa yang disebutkan dalam hadits Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,

صيام يوم عاشوراء أحتسب على الله أن يُكفّر السنة التي قبله

"Puasa pada hari Asyura', aku mengharapkan pada Allah agar Dia berkenan menghapuskan dosa setahun yang sebelumnya." HR. Muslim (1163)

Puasa pada hari itu adalah sunnah dan tidak diwajibkan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إن عاشوراء يوم من أيام الله ، فمن شاء صامه ومن شاء تركه

"Sesungguhnya Asyura' adalah satu hari dari hari-hari Allah. Siapa yang ingin maka hendaknya dia berpuasa padanya, dan siapa yang ingin dia boleh meninggalkannya." HR. Muslim (1136) dari haditsnya Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma.

Dan disebutkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata : "Asyura' adalah satu hari yang orang-orang Quraisy berpuasa padanya di masa Jahiliyyah. Dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa padanya. Ketika beliau datang ke Madinah, beliau berpuasa Asyura' dan menyuruh (kaum muslimin) untuk berpuasa. Ketika turun (kewajiban) puasa Ramadhan, maka siapa yang ingin ia berpuasa Asyura', dan siapa yang ingin ia boleh tidak melaksanakannya." HR. Al-Bukhary (3744)

Dan bersama dengan puasa Asyura' tersebut, disunnahkan pula berpuasa sehari sebelumnya, dengan dalil hadits Ibnu Abbas, ia berkata :

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللّهِ: إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَىٰ. فَقَالَ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم : «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، إِنْ شَاءَ اللّهُ، صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّىٰ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللّهِ

Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada hari Asyura' dan menyuruh berpuasa (padanya), mereka berkata : "Wahai Rasulullah, hari itu adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika datang tahun depan, kita akan berpuasa pada hari kesembilan." Berkata Ibnu Abbas : Dan belum tiba tahun berikutnya hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat. HR. Muslim (2619)

Sebagian ulama menyebutkan sunnahnya untuk berpuasa pada sehari sebelum dan sehari sesudah hari Asyura (yaitu tanggal 9 dan 11 Muharram), dengan berdalilkan apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas secara marfu',

صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود، وصوموا قبله يوماً و بعده يوماً

"Berpuasalah pada hari Asyura' dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya."

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (I/241) dan Ibnu Khuzaimah (2095) dari jalan periwayatan Muhammad bin Abi Laila.

Berkata Imam Ahmad tentang Ibnu Abi Laila : "Buruk hafalannya, guncang haditsnya. Fiqhnya lebih kami sukai daripada haditsnya."

Berkata Abu Hatim : "Kedudukannya adalah shaduq (jujur). Ia adalah orang yang buruk hafalannya. Disibukkan dengan jabatan qadhi (hakim) dan hafalannya menjadi buruk. Ia tidaklah tertuduh, hanya saja diingkari darinya banyaknya kekeliruan. Haditsnya ditulis dan tidak dijadikan hujjah."

Berkata an-Nasa'i : "Tidak kuat (laysa bil qawiyy)."

Berkata ad-Daruquthni : "Buruk hafalan dan banyak kekeliruan."

Berkata Abu Ahmad al-Hakim : "Kebanyakan hadits-haditsnya maqlub (tertukar redaksi haditsnya dengan yang lainnya)."

Dengan demikian, hadits ini sangat lemah, dan tidak kuat untuk dijadikan hujjah dalam mengamalkan sunnahnya puasa pada hari kesebelas. Wallahu a'lam.

------------------

Maraji' :

[1] Shahih Fiqh as-Sunnah wa Adillatuh

 

0 tanggapan:

Posting Komentar