Menurut bahasa hadits "hasan" berasal dari kata ( الحُسن ) yang bermakna keindahan ( الجمال ).
Menurut istilah, hadits hasan adalah,
ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه من غير شذوذٍ ولا علةٍ
“Apa yang bersambung sanadnya dengan nukilan periwayatan seorang yang ‘adl dan ringan dhabth-nya, tanpa adanya syudzûdz dan ‘illah.”
Tidak ada yang membedakannya dari hadits-shahih kecuali dalam masalah dhabth sebagian perawinya, karena dhabth yang dimilikinya kurang daripada dhabth yang disyaratkan bagi setiap perawi dalam hadits shahih.
Hukumnya
Hukumnya
sama seperti hadits-shahih dalam argumen walaupun tidak sama dalam
kekuatan keshahihannya. Bahkan sebagian ulama, seperti al-Hakim, Ibnu
Hibban dan Ibnu Khuzaimah, memasukkan hadits hasan dalam bagian hadits
shahih, walaupun mereka juga mengatakan bahwa dia berbeda dari hadits
shahih yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelum ini.
Contohnya
At-Tirmidzi meriwayatkan dengan perkataannya,
حدثنا
قتيبة، حدثنا جعفر بن سليمان الضبعي، عن أبي عمران الجوني، عن أبي بكرٍ بن
أبي موسى الأشعري قال : سمعت أبي بحضرة العدو يقول : قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : إن أبواب الجنة تحت ظلال السيوف
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Ja’far bin Sulaiman adh-Dhubba’i, dari Imran al-Jauni, dari
Abu Bakr bin Abi Musa al-Asy’ari, ia berkata : Saya mendengar ayahku
ketika berhadapan dengan musuh berkata : Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya pintu-pintu Surga berada di bawah naungan pedang…”
At-Tirmidzi mengomentari hadits tersebut, “Ini adalah hadits hasan.”
Hadits ini sebagaimana yang beliau katakan, karena semua perawinya adalah “tisqah” (sangat terpercaya) kecuali Ja’far bin Sulaiman adh-Dhuba’i, seorang yang “shadûq” (sangat jujur) dan haditsnya berada pada level hasan.
0 tanggapan:
Posting Komentar