Setelah Abu Thalib wafat, Quraisy mulai berani menyakiti Rasulullah ﷺ
dengan apa yang tidak pernah mereka lakukan saat pamannya itu masih hidup.
Maka Rasulullah ﷺ berinisiatif untuk pergi menuju Tha’if demi mencari dukungan dari kabilah Tsaqif dan mencari
perlindungan mereka dari siksaan Quraisy, dengan harapan bahwa Tsaqif
akan mau menerima dakwah yang ia emban dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Para pakar Sirah menyebutkan bahwa Tsaqif enggan untuk memenuhi dakwah Rasulullah ﷺ. Mereka bahkan membujuk anak-anak mereka dan orang-orang bodohnya untuk melempari Rasulullah ﷺ dengan batu.
Dari Urwah bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan padanya bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi ﷺ : Apakah pernah datang padamu satu hari yang lebih berat daripada hari perang Uhud?
Beliau
menjawab : Sungguh aku telah mendapatkan dari kaummu apa yang aku
dapatkan, dan yang paling berat aku rasakan dari mereka adalah pada hari
‘Aqabah[1], ketika aku menawarkan diriku kepada Ibnu ‘Abdi Yalil ibnu Abdi Kulal[2],
namun ia tidak menyambut apa yang aku inginkan. Aku pun beranjak pergi
sementara aku merasakan kesedihan, dan aku tidak menyadari situasi hingga aku
telah berada di Qarn Tsa’alib[3]. Aku mengangkat kepalaku dan
ternyata awan telah menaungiku. Aku memandang dan ternyata padanya ada
Jibril dan berseru kepadaku.
Jibril berkata : “Sesungguhnya Allah telah
mendengar perkataan kaummu terhadapmu dan apa jawaban mereka terhadapmu.
Sungguh Allah telah mengutus kepadamu Malaikat gunung untuk engkau
memerintahkannya apa yang engkau suka terhadap mereka!”
Malaikat gunung
berseru kepadaku, ia memberi salam dan berkata : “Wahai Muhammad,
sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu kepadamu, dan aku
adalah Malaikat gunung. Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau
memerintahkan aku dengan perintahmu, apa yang engkau inginkan. Jika
engkau mau, aku akan timpakan pada mereka al-Akhsyabain!”[4]
Nabi ﷺ menjawabnya : “Bahkan
aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka orang
yang akan menyembah Allah semata, tidak mempersekutukanNya dengan
sesuatu pun.” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
Ibnu Sa’ad
menyebutkan dari jalan periwayatan Al-Waqidi[5] bahwa peristiwa ini terjadi pada bulan Syawwal tahun
kesepuluh setelah diutusnya beliau, dan setelah wafatnya Abu Thalib dan
Khadijah. (Fathul Bary, VI/363)
Wallahu a'lam.
———————
[1] ‘Aqabah yang dimaksud berada di Tha’if, bukan ‘Aqabah Mina tempat berbai’atnya kaum Anshar terhadap Rasulullah ﷺ
[2] Seorang pembesar Tha’if dari Bani Tsaqif
[3] Qarn Tsa’alib adalah juga Qarn al-Manazil, miqat penduduk Nejd
[4] Nama dua gunung di Makkah
[5] Al-Waqidi lemah dalam pandangan ulama ahli hadits
0 tanggapan:
Posting Komentar