Berkata Imam asy-Syafi’i –rahimahullah- :
“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kepada kedudukannya, dan orang yang paling besar keutamaannya adalah orang yang tidak pernah memandang kepada keutamaannya tersebut”. [1]
Kita bisa mengambil ibrah, pelajaran dan tarbiyah dari keadaan Abu Bakr –radhiallahu ‘anhu-, dan beliau-lah ash-Shiddiq, Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berkata Ibnu Abi Mulaikah : Terkadang tali kekang unta terlepas dari tangan Abu Bakr, dan ia hanya memukul leher untanya untuk membungkuk dan ia turun mengambil sendiri tali kekang tersebut. Orang-orang berkata : ”Kenapa engkau tidak menyuruh kami untuk mengambilkannnya?”.
Ia menjawab :”Sesungguhnya Kekasih-ku shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhku untuk tidak meminta sesuatu kepada manusia!”. [2]
Berkata Ali bin Tsabit :”Aku tidak pernah melihat Sufyan ats-Tsaury duduk-duduk di depan majelis. Ia hanya duduk-duduk bersandar di dinding sambil memeluk lututnya”. [3]
Al-Husain bin Ali pernah melewati para peminta-minta sementara mereka sedang memegang roti. Mereka berkata :”Mari kita makan siang, wahai Putra Rasulullah !”. Ia pun turun, duduk di pinggir jalan dan makan bersama mereka. Setelah selesai, ia naik kembali dan berkata :”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong!”. [4]
Utsman –radhiallahu ‘anhu- selalu mengurus wudhu’nya sendiri pada malam hari. Dikatakan padanya :”Kalau engkau menyuruh pembantu-pembantumu itu sudah cukup bagimu”.
Utsman menjawab :”Tidak. Malam ini milik mereka untuk beristirahat”. [5]
Ketika Imam Ahmad bin Hanbal pergi menuntut ilmu kepada Imam Abdurrazzaq di Yaman, bekalnya habis. Ia pun menggadaikan dirinya (bekerja) pada sebagian kafilah-kafilah unta hingga ia sampai di Sana’a (Yaman). Sahabat-sahabatnya telah menawarkan bantuan untuknya, tapi sedikitpun ia tidak mau menerimanya. [6]
Berkata Urwah bin Zubair : Saya melihat Umar ibnul Khaththab memikul gerabah air diatas pundaknya. Aku berkata : “Wahai Amirul mukminin! Ini tidak pantas untukmu”
Ia menjawab :“Ketika delegasi-delegasi itu datang dengan penuh ketaatan, kesombongan masuk kedalam hatiku. Aku ingin menghancurkannya”. [7]
Dari Maimun bin Mihran, ia berkata : ”al-Hamadany telah telah memberitakan kepadaku bahwa ia melihat Utsman bin Affan mengendarai keledai bersama budaknya, Na’il, sementara beliau ketika itu adalah seorang khalifah”
Ia juga berkata :”Aku melihat Utsman tidur di masjid beralaskan tikar, tidak seorang pun berada di sekelilingnya sementara ia adalah amirul mukminin”. [8]
Berkata Shalih bin Imam Ahmad bin Hanbal :”Ayahku tidak pernah membiarkan seorang pun mengambilkan air untuk wudhu’nya”. [9]
Abu Hurairah –radhiallahu ‘anhu- pernah memangku jabatan amir (gubernur). Ia memikul sendiri seikat kayu bakar di punggungnya dan berkata (kepada orang-orang di jalanan) : ”Berilah jalan untuk Amir!” [10]
*****
Footnotes :
[1] Siyar A'lam an Nubala, X/99
[2] Shifah ash Shofwah, I/253
[3] Shifah ash Shofwah, III/147
[4] Ihya' Ulum ad Dien, II/262
[5] Tarikh Khulafa', hal. 153
[6] Siyar A'lam an Nubala', XI/206
[7] Madarij as Salikin, II/330
[8] Tarikh Khulafa', hal. 153
[9] Thabaqat al Hanabilah, I/12
[10] Madarij as Salikin. II/343
0 tanggapan:
Posting Komentar