Perkara-perkara yang ditinggalkan Nabi ﷺ tidak lepas dari salah satu keadaan berikut,
Pertama; Nabi ﷺ meninggalkan suatu amalan/perbuatan karena tidak adanya alasan yang mengharuskannya untuk melakukannya.
Contohnya adalah perkara memerangi orang-orang muslim yang menolak membayar zakat mal mereka.
Perbuatan seperti ini (yaitu kasus beliau ﷺ yang meninggalkan perbuatan tersebut) tidak disebut sebagai sunnah. Akan tetapi jika ada alasan yang mengharuskannya, maka perbuatan yang telah ditinggalkan oleh Nabi ﷺ adalah perkara yang disyari'atkan dan tidak menyelisihi sunnahnya.
Inilah yang telah diamalkan oleh Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu ketika memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat, berbeda dengan apa yang dipahami Umar radhiyallahu 'anhu.
Ijtihad Abu Bakr tersebut adalah amalan yang sejalan dengan konsekuensi sunnah Nabi ﷺ.
Kedua; Nabi ﷺ meninggalkan suatu perbuatan/amalan yang memiliki alasan untuk dikerjakan, namun terdapat sebab yang menghalangi untuk dilakukannya perbuatan tersebut.
Contohnya adalah qiyam Ramadhan secara berjamaah yang beliau ﷺ tinggalkan dengan sebab kekhawatiran beliau bahwa shalat itu akan diwajibkan.
Jika sebab tersebut telah hilang dengan kematian beliau ﷺ, maka perbuatan/amalan yang telah beliau tinggalkan -jika terdapat dalil-dalil syar'i yang menunjukkan disyariatkannya amalan itu- adalah sebuah perkara yang masyru' (disyari'atkan) dan tidak menyelisihi sunnahnya.
Seperti halnya perbuatan Umar radhiyallahu 'anhu yang menghidupkan kembali qiyam Ramadhan secara berjamaah; perbuatan ini adalah perbuatan yang selaras dengan konsekuensi sunnah Nabi ﷺ, karena terdapat dalil-dalil yang shahih tentang disyari'atkannya amalan tersebut.
Ketiga; Nabi ﷺ meninggalkan suatu perbuatan/amalan yang terdapat alasan untuk mengerjakannya dan tidak terdapat penghalang bagi dilakukannya amalan tersebut.
Dalam kasus seperti ini, perbuatan beliau ﷺ yang meninggalkan amalan tersebut disebut sebagai "sunnah", dan itulah yang diistilahkan sebagai "as-sunnah at-tarkiyyah".
Jika Nabi ﷺ meninggalkan sebuah amalan, walaupun terdapat alasan untuk mengerjakannya dan tidak ada penghalang bagi dilakukannya amalan itu, maka kita harus mengetahui bahwa beliau meninggalkannya semata-mata karena itulah sunnah yang beliau ajarkan kepada umatnya untuk ditinggalkan.
Contohnya adalah melafazkan niat dalam ibadah dan tidak adanya adzan dalam shalat 'Id.
Kaedahnya : Perbuatan Nabi ﷺ yang meninggalkan suatu amalan tertentu dengan adanya alasan yang bisa menguatkan perlunya dilakukannya amalan tersebut dan ketiadaan penghalang bagi pelaksanaannya, maka itulah sunnah dan menambahkan atau mengerjakannya adalah bid'ah.*
Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.
(Silahkan dirujuk Majmu Fatawa Ibn Taimiyyah XXVI/172, Iqtidha' ash Shirat al Mustaqim II/102, Qawa'id Ma'rifah al Bida' oleh Al-Jizani hal. 75 dan Ma'alim Ushul al Fiqh oleh Al-Jizani hal. 130)
--------------------
* Faedah ini kami dapatkan dari tulisan Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid hafidzhahullahu di halaman resmi beliau.
0 tanggapan:
Posting Komentar