Tidak diragukan lagi bahwa munculnya bid’ah di tengah-tengah masyarakat serta perbuatan-perbuatan yang berbau syirik dan khurafat salah satunya disebabkan mereka tidak bisa membedakan mana yang bid’ah dan mana yang masuk dalam ranah khilafiyah (perbedaan pendapat). Umumnya dikarenakan sikap fanatisme mazhab dan taklid buta yang berlebihan serta ketidak-pahaman terhadap hadits-hadits yang dha’if (lemah) maupun maudhu’ (palsu).
Termasuk dalam permasalahan ini adalah apa yang berkembang di tengah masyarakat kita yang begitu mengagungkan pembacaan surat Yasin pada malam-malam atau perayaan-perayaan tertentu. Berikut ini kami akan uraikan kelemahan hadits-hadits yang berbicara tentang fadhilah (keutamaan) surat Yasin.
******
Hadits Pertama
من قرأ يس كل ليلة غفر له
“Barangsiapa yang membaca surat Yasin pada setiap malam, niscaya akan diampuni dosa-dosanya”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al Baihaqi dalam kitab Syu’ab al Îmân dan tidak ada seorang pun dari ulama ahli hadits yang menshahihkannya. Silahkan lihat kitab Jâmi’ ash Shaghîr oleh Imam as Suyuthi, jilid II bagian huruf (mim) halaman 178, dan juga kitab Dha’îf Jâmi’ ash Shaghîr wa Ziyâdatihi oleh Syaikh Nashiruddin al Albani di bagian huruf (mim)
Hadits Kedua
من قرأ يس فى ليلة أصبح مغفورًا له
“Barangsiapa membaca surat Yasin pada malam hari, maka dia berpagi-pagi dalam keadaan diampuni (dosa-dosanya)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al Baihaqi dan Abu Nu’aim dalam kitab al Hilyah. Menurut Imam Ibnul Jauzi, “Hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya”. Berkata Imam ad Daruquthni, “Muhammad bin Zakaria yang ada di sanad hadits ini adalah pemalsu hadits”.
Ringkasnya, hadits ini maudhu’ (palsu). Lihat kitab al Maudhû’ât jilid I halaman 246 dan 247 oleh Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu.
Hadits Ketiga
من قرأ يس مرةً فكأنما قرأ القرآن مرتين
“Barangsiapa membaca surat Yasin sekali saja, maka seolah-olah dia membaca al Quran dua kali”.
Hadits ini diriwayatkan oleh al Baihaqi dalam Syu’ab al Îmân. Hadits ini maudhu’ yang tidak diketahui asal usulnya.
Hadits Keempat
من قرأ يس مرةً فكأنما قرأ القرآن عشر مرات
“Barangsiapa yang membaca surat Yasin sekali, maka seolah-olah dia membaca al Quran sepuluh kali”.
Hadits ini juga hadits maudhu’ yang diriwayatkan oleh Imam al Baihaqi rahimahullahu yang tidak diketahui asal usulnya. Selain itu, hadits ketiga dan keempat diatas saling bertentangan. Silahkan dilihat pada kitab Jâmi’ ash Shaghîr jilid II halaman 178 pada bagian huruf (mim) dan kitab Dha’îf Jâmi’ ash Shaghîr wa Ziyâdatihi juga pada bagian huruf (mim).
Hadits Kelima
إن لكل شيئ قلبًا وقلب القرآن يس، ومن قرأ يس كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات
“Sesungguhnya bagi setiap sesuatu itu mempunyai hati, dan hati al Quran adalah surat Yasin. Oleh karena itu, barangsiapa membaca surat Yasin, maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu sama seperti pahala membaca al Quran sepuluh kali”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi dalam Sunan-nya jilid IV hadits no. 3048, halaman 337. Setelah meriwayatkan hadits ini beliau berkata, “Harun Abu Muhammad yang ada dalam sanad hadits ini adalah majhul (tidak dikenal sifat dan keadaan dirinya)”.
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang majhul termasuk kategori hadits yang dha’if (lemah) yang riwayatnya tidak bisa diterima dan diamalkan. Menurut Imam Abu Hatim, seorang rawi dalam hadits ini yang bernama Muqatil bukanlah Muqatil bin Hayyan, akan tetapi Muqatil bin Sulaiman, salah seorang pendusta. Jika hal ini benar, maka tidak diragukan lagi bahwa hadits ini adalah maudhu’.
Lihat Silsilah al Ahâdits adh Dha’îfah wal Maudhû’ah oleh Syaikh al Albani, jilid I halaman 202 hadits no. 169.
Hadits Keenam
اقرأوا يس على موتاكم
“Bacakanlah surat Yasin untuk orang-orang yang akan mati diantara kalian”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, an Nasa’i dan Ibnu Majah. Menurut Imam an Nawawi, isnad hadits ini dha’if. Di dalamnya terdapat dua perawi yang majhul.
Pertama; Abu Utsman; berkata Imam Ibnul Mundzir, “Abu Utsman dan bapaknya bukan orang yang masyhur (terkenal di kalangan ahli hadits)”. Lihat dalam ‘Aun al Ma’bûd Syarh Sunan Abî Dâwûd jilid VIII halaman 390. Imam Ibnu Al Qaththan berkata, “Hadits ini memiliki ‘illah (penyakit tersembunyi) serta mudhtharib (goncang) karena Abu Utsman dan bapaknya majhul”.
Kedua; bapaknya Abu Utsman selain majhul, ia juga seorang rawi yang mubham (rawi yang tidak disebut namanya dalam sebuah sanad). Maka dengan sendirinya, gugurlah hadits ini ke derajat dha’if yang tidak boleh diamalkan.
Hadits Ketujuh
يس قلب القرآن، لا يقرأها رجل يريد الله والدار الآخرة إلا غفر له، واقرأوها على موتاكم
“Yasin adalah hatinya al Quran. Tidaklah seseorang membacanya karena Allah dan mengharapkan negeri akhirat melainkan dia akan diampuni. Dan bacakanlah dia untuk orang-orang yang akan mati diantara kalian”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullahu. Derajat hadits ini juga dha’if disebabkan oleh Abu Utsman dan bapaknya. Lihat Nail al Authâr IV/ 52, Subul as Salâm II/ 90 dan Tafsîr Ibnu Katsîr I/ 32, III/ 562.
Hadits keenam dan ketujuh ini dijadikan dalil oleh mereka yang membolehkan membaca surat Yasin di sisi orang yang telah meninggal. Sebenarnya kalimat ( موتاكم ) yang dimaksudkan dalam kedua hadits tersebut bukanlah orang yang telah meninggal tapi orang yang hampir meninggal. Perhatikanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam;
لقنوا موتاكم لا إله إلا الله
“Tuntunlah olehmu orang-orang yang hampir mati diantara kalian ucapan La ilaha illa_Llahu!”. [HR. Muslim, Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad]
Hadits ini bukanlah perintah untuk mentalqin orang yang sudah mati seperti kebiasaan yang ada di masyarakat kita. Karena yang dimaksud beliau adalah orang yang hampir mati agar akhir perkataannya dalam kehidupan dunia ini adalah kaliamt tauhid. Ini sesuai denga sabda beliau yang mengatakan,
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
“Barangsiapa yang akhir ucapannya La ilaha illa_Llahu, niscaya dia akan masuk surga”. [HR. Ahmad, al Hakim dan lain-lain]
Akan tetapi, karena hadits keenam dan ketujuh dha’if, maka membaca Yasin di sisi orang yang akan meninggal maupun yang sudah meninggal tidak boleh dikerjakan karena tidak ada contoh dan perintahnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
******
Dari uraian ringkas ini, hendaknya kaum muslimin mau menyadari bahwa apa yang mereka kerjakan beramai-ramai di sisi orang yang sudah meninggal atau di sisi kuburan dengan membaca surat Yasin atau surat-surat lainnya dalam al Quran bukanlah sunnah, bahkan termasuk perbuatan bid’ah yang tercela. Hendaknya mereka mau memikirkan salah satu ayat yang dalam surat Yasin itu sendiri yang mengatakan :
إن هو إلا ذكرٌ وقرْآنٌ مبينٌ، لينْذرَ منْ كانَ حيًّا ...
“Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. Supaya dia (al Quran) memberi peringatan kepada orang yang hidup…”. [QS. Yasin ayat 69 dan 70]
Ya,,, Allah menegaskan bahwa al Quran ini untuk orang-orang yang hidup, sementara mereka justru menjadikannya untuk orang yang sudah mati dan tidak mampu berbuat apa-apa. Subhanallah!!
******
Peringatan
Tulisan ini bukanlah larangan untuk membaca surat Yasin, karena semua surat dalam al Quran adalah baik dan disyariatkan untuk dibaca. Akan tetapi tidak boleh mengkhususkan surat-surat tertentu atau mengutamakannya dari surat-surat yang lain tanpa disertai dalil yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu a’lam.
(Disarikan dari buku “25 Masalah Penting dalam Islam” oleh Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat)