Persoalan membaca Al Fatihah bagi makmum di belakang imamnya termasuk persoalan khilafiyah yang sangat masyhur dalam fiqih Islam.Terdapat tiga pendapat ulama dalam masalah ini :
PENDAPAT PERTAMA ; Ma’mum tidak membaca baik dalam shalat sirriyah maupun jahriyah. Ini adalah mazhab Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya. Dalil mereka adalah :
1. Hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
من كان له إمام فقراءة الإمام له قراءة
“Siapa yang memiliki imam, maka bacaan imam adalah bacaan untuknya”. [HR. Ibnu Majah dan Ahmad, hadits dha’if dari seluruh jalan periwayatannya]
2. Hadits Imran bin Hushain bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dzuhur dan seorang laki-laki membaca dibelakang beliau ‘sabbihi_sma rabbika_l_a’laa’. Ketika selesai beliau bertanya :
أيكم قرأ، أو قال : أيكم القارئ؟
“Siapa diantara kalian yang membaca?”.
Seorang laki-laki menjawab : “Aku”.
Beliau bersabda :
لقد ظننتُ أن بعضكم خالجنيها
“Aku telah mengira bahwa sebagian kalian telah mengganggu bacaanku dengannya”. [Terjemah HR. Muslim, an Nasa’i dan Abu Dawud]
Catatan : Hadits ini melarang meninggikan suara dengan bacaan dibelakang imam dalam shalat sirriyah sebagaimana yang bisa dipahami dari redaksi hadits!
3. Membaca al Fatihah tidak wajib menurut mereka, sehingga tidak wajib atas makmum. Alasan ini jelas tertolak.
--OOO--
PENDAPAT KEDUA ; Membaca dalam shalat sirriyah saja. Ini adalah mazhab Jumhur; Imam az Zuhri, Malik, Ibnul Mubarak, asy Syafi’i dalam pendapat lamanya (al qoul al qadim), Muhammad sahabat Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Dalil mereka :
1. Firman Allah Ta’ala :
وَإذا قُرئَ القرْآنُ فَاسْتمِعُوا لهُ وَأنْصِتوْا لعَلكمْ ترْحَمُوْنَ
“Dan apabila dibacakan al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. [QS. 7 ayat 204]
2. Hadits Ibnu Syihab dari Ibnu Ukaimah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai dari shalat yang beliau menjaharkan bacaan padanya. Beliau bersabda :
هل قرأ معي أحد منكم آنفًا؟
“Apakah ada seorang dari kalian yang membaca bersamaku tadi?”
Seseorang berkata : “Benar wahai Rasulullah”
Beliau bersabda :
إني أقول ما لي أنازَع القرآن؟!
“Aku katakan : mengapa aku diganggu dalam (bacaan) al Quran?!”
Ia berkata* : Maka berhentilah manusia dari membaca bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat-shalat yang beliau menjaharkan bacaan padanya, ketika mereka mendengar itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. [Terjemah HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasa’i dan Ibnu Majah]
* Para imam seperti al Bukhary, Abu Dawud, Ya’qub bin Yusuf, adz Dzuhli, al Khaththabi dan lain-lain menyebutkan bahwa perkataan tersebut adalah perkataan Imam Ibnu Syihab az Zuhri dan bukannya perkataan Abu Hurairah. Dalam ilmu musthalah, yang seperti ini disebut “mudraj”.
3. Hadits :
إنما جعل الأمام ليؤتمّ به، فإذا كبر فكبروا، وإذا قرأ فأنصتوا
“Imam itu dijadikan untuk diikuti. Jika dia bertakbir, bertakbirlah kalian. Dan jika dia membaca, maka diamlah”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan an Nasa’i. Hadits shahih, hanya saja tambahan pada bagian akhir hadits ini dipermasalahkan oleh para pakar hadits. Dalam musthalah hadits dikenal sebagai hadits mu’all]
--OOO--
PENDAPAT KETIGA ; Membaca dalam shalat sirriyah maupun jahriyah. Ini adalah mazhab Imam asy Syafi’i dalam pendapat barunya (al Jadid), pendapat sahabat-sahabat beliau, pendapat Ibnu Hazm, dipilih oleh Imam asy Syaukani dan Ibnu Utsaimin. Inilah pendapat yang rajih –insyaallah- dengan dalil-dalil berikut :
1. Hadits Ubadah bin ash Shamit bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Fatihah al Kitab”. [HR. al Bukhary dan Muslim]
2. Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda :
من صلى صلاةً لم يقرأ فيها بأم القرآن فهي خداج –ثلاثًا- غير تمام
“Siapa yang shalat dan tidak membaca padanya Ummul Quran, maka dia itu cacat -3 kali-, tidak sempurna”.
Ditanyakan kepada Abu Hurairah : Tetapi kami berada di belakang imam?!
Beliau berkata : Bacalah dia dalam dirimu! [HR. Muslim, Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasa’i dan Ibnu Majah]
Dua hadits diatas mengkhususkan keumuman ayat al A’raf dan hadits “Jika dia membaca, maka diamlah”; bahwa tidak boleh membaca kecuali bacaan al Fatihah bagi makmum. Walaupun sebenarnya, tambahan dalam hadits riwayat Imam Muslim “Jika dia membaca, maka diamlah”, diperselisihkan oleh para huffadz (pakar hadits) akan keshahihannya. Tambahan ini dilemahkan oleh para imam; Abu Dawud, Ibnu Ma’in, Abu Hatim ar Razi, ad Daruquthni dan Abu Ali an Naisabury. Dan berkumpulnya para imam huffadz tersebut dalam mendha’ifkan hadits itu lebih didahulukan daripada hukum shahih yang diberikan Imam Muslim, terutama lagi beliau tidak meriwayatkannya secara musnad (bersambung), wallahu a’lam.
Dan yang semakin memperkuat pengkhususan ini adalah riwayat berikut :
3. Hadits Ubadah bin ash Shamit, ia berkata : Kami berada dibelakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat Fajar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dan beliau merasa berat dalam membaca tersebut. Selesai shalat beliau berkata :
لعلكم تقرؤون خلف إمامكم؟
“Barangkali saja kalian membaca di belakang imam kalian?”
Mereka menjawab : “Benar wahai Rasulullah”.
Beliau bersabda :
لا تفعلوا إلا بفاتحة الكتاب، فإنه لا صلاة لمن لم يقرأ بها
“Jangan kalian lakukan itu kecuali bacaan Fatihah al Kitab. Karena tidak ada shalat bagi yang tidak membacanya” [Hadits hasan riwayat Abu Dawud, at Tirmidzi, al Bukhari dalam “Juz’ al Qira’ah” dan lain-lain]
4. Dari seorang laki-laki dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata : Berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
لعلكم تقرؤون خلف الإمام و الإمام يقرأ؟
“Barangkali kalian membaca di belakang imam sementara imam sedang membaca?”
Mereka berkata : Kami sungguh melakukan itu!
Beliau bersabda :
فلا تفعلوا إلا أن يقرأ أحدكم بأم الكتاب، أو قال : فاتحة الكتاب
“Jangan kalian lakukan kecuali salah seorang kalian membaca Ummul Kitab” atau beliau berkata : “Fatihah al Kitab”. [HR. Ahmad, al Bukhary dalam “Juz’ al Qira’ah” dan al Baihaqi]
Wallâhu a’lam bi ash shawâb.
===============
2 tanggapan:
berarti artinya makmum boleh membaca al fatihah dan suara direndahkan? jika boleh kapan membacanya,apakah pda saat imam membaca surat2 setelah al fatihah??
Boleh menurut pendapat yang menganggapnya sunnah, wajib membaca bagi yang berpandangan wajibnya bacaan al Fatihah dlm Shalat Jahriyah.
Dimana seorang makmum membacanya di belakang imamnya? Ulama berselisih pendapat tentang hal itu. Sebagian mengatakan dia membaca mengikuti bacaan imamnya ayat per ayat. Sebagian lain mengatakan, membacanya saat imam dia setelah bacaan "amin"... Wallahu a'lam.
Posting Komentar