Sponsors

19 Maret 2012

Untuk Para Pemuda... Marilah Kita Saling Mengingatkan

Kepada para pemuda negeri ini. Kepada generasi harapan umat. Kepada generasi yang kami nantikan akan menjadi prajurit-prajurit pelindung Islam, negeri-negeri kaum muslimin dan tempat-tempat suci mereka. Untuk Anda aku tuliskan kata-kata ini dengan bersumpah atas nama Allah yang tiada ilaah selain Dia, aku bertanggung jawab kepada Allah dalam setiap huruf yang aku tuliskan dan setiap hukum yang aku nukilkan; sungguh aku sangat memahami bahwa kalian merupakan target utama para musuh. Bukan untuk membinasakan kalian, akan tetapi untuk memperalat kalian demi menghancurkan masyarakat dengan menyalakan api fitnah dan menyibukkannya dengan persoalan-persoalan internal, agar umat tidak bisa tampil ke pentas dunia. Hingga akhirnya Yahudi mampu berkuasa dengan mudah, dakwah Islam tidak sampai ke Barat, dan mereka menjadikan perbuatan sebagian orang sebagai sarana untuk merusak citra Islam, yang kalau seandainya mereka menyumbangkan berjuta-juta harta untuk memperoleh kesempatan tersebut, niscaya mereka tidak akan mampu untuk memalingkan manusia dari jalan Allah. Apakah seorang pemuda muslim yang memiliki ghirah akan berada dalam jebakan musuh sementara dia tidak menyadarinya ?


Sesungguhnya syaitan yang terkutuk akan berkata –sebagaimana yang dinukil dari Imam al Auza’iy dalam Sunan ad Darimy- : “Aku membinasakan manusia dengan dosa-dosa, namun mereka membinasakan aku dengan laa ilaaha illa_llaah dan istighfar. Ketika aku melihat perkara ini, maka aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, sehingga mereka mengira berada diatas petunjuk”. Alangkah dahsyatnya makar dan syubhatnya. Dia ingin menyesatkan manusia agar mereka menjadi pengikutnya, dan masuk bersamanya kedalam neraka. Alangkah buruknya senjata pembunuh ini! Alangkah buruknya penyakit yang membunuh secara diam-diam ini! Dengan apa syaitan membinasakan para hamba? Dengan penyakit hawa nafsu yang bila telah bercampur dalam hati maka akan membutakannya, menutupinya, dan menjadi pincanglah timbangan dalam pandangannya. Hingga dia akan melihat kebatilan sebagai kebenaran dan kebenaran sebagai kebatilan, dia melihat bid’ah sebagai sunnah dan sunnah sebagai bid’ah. Fase penyesatan inilah yang aku khawatirkan akan disampaikan oleh syaitan-syaitan jin dan manusia kepada kalian para pemuda, harapan umat ini. Hingga akhirnya mereka merugikan umatnya sendiri, dan yang beruntung adalah si musuh yang nyata.

                Khalifah Utsman bin ‘Affan telah terbunuh di tangan para pemuda yang telah diperdaya oleh hawa nafsu dan  masuk dalam perangkap musuh dengan alasan-alasan pembenaran yang sangat lemah dan persangkaan yang keliru. Apa akibatnya? Sungguh itu adalah luka di jantung umat yang melemahkan persatuan kaum muslimin. Ini adalah khidmah yang diberikan secara cuma-cuma untuk Iblis dan balatentaranya yang senantiasa menantikan kehancuran umat ini. Setelah terjadinya peristiwa tersebut, muncul perpecahan diantara umat, darah tertumpah, jihad fi sabilillah terhenti karena sibuknya umat dengan perselisihan internal, dan datanglah musibah besar lainnya dengan terbunuhnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Demikianlah silih berganti harga besar yang mesti dibayarkan umat disebabkan pemikiran menyimpang, mazhab yang buruk dan ketamakan duniawi. Sungguh celaka orang yang menanggung keburukannya. Dosanya senantiasa tertulis sampai hari ini dalam buku amalannya dan sungguh buruklah tempat kembalinya.


Saudaraku ...


Mereka yang berafiliasi kepada Tanzhim al Qaedah telah bertolak dari syubhat-syubhat yang sangat rapuh. Mereka bangun diatasnya apa yang Anda saksikan dan dengarkan tentang pemboman bunuh diri di negeri Islam, di kota Riyadh. Tidakkah muncul dalam dirimu pertanyaan tentang peristiwa ini : apakah perbuatan mereka tersebut sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda :

       من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah kami padanya, maka dia tertolak, diriwayatkan Imam Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha?

Mereka menyatakan bahwa pemerintah (Saudi) ini tidak memiliki kekuasaan yang syar’i dan bai’atnya tidak sah. Tidakkah Anda katakan pada mereka: Siapakah yang memberikan rekomendasi kepada kalian untuk melakukan perbuatan ini? Dari mana kalian bisa mendapatkan pembenaran syar’i terhadap aksi tersebut? Seluruh ulama para ahli kebaikan telah berfatwa tentang sahnya kedaulatan Pemerintah Saudi. Bacalah perkataan Syaikh Abdullah bin Abdul Latief Aalu Syaikh, Syaikh Sa’ad bin Atieq, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Aalu Syaikh, Syaikh Abdullah al Anqary, Syaikh Umar bin Sulaim, Syaikh Sulaiman bin Sahman, Syaikh Abdurrahman as Sa’di, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Abdullah bin Humaid, dan Syaikh Muhammad al Utsaimin. Mereka seluruhnya mengatakan dengan perkataan yang sangat jelas, bertanda-tangan atas nama Rabb semesta alam bahwa Negara Saudi ini adalah negara yang syar’i, bai’atnya sah dan mengikat, pemberontakan terhadapnya adalah pembangkangan terhadap jama’ah kaum muslimin. Apakah para ulama senior tersebut bersatu diatas kesesatan dan bersepakat diatas kemungkaran? Subhaanaka, haadza buhtaanun ‘adzhiim (Maha Suci Engkau ya Allah, ini adalah kedustaan yang sangat besar!)
 
Jagalah agamamu. Janganlah Anda mencampakkan perkataan para ulama yang berlandaskan dalil-dalil syar’i yang sangat jelas ke dinding, lalu mengambil perkataan fulan dan fulan, orang-orang yang tidak dikenal dengan ilmu, atau condong berkhidmat kepada suatu pemikiran dengan merubah-rubah dalil dan berdusta atas nama agama. Ambillah pelajaran. Jangan mendahului Allah sementara musuhmu adalah para ulama senior tersebut.
Dengan berlandaskan kebatilan dalam mengikuti Tanzhim al Qaedah, yang mengklaim bahwa merekalah pihak yang syar’i yang mewakili umat Islam, dan kekuasaan negeri ini tidak sah, maka mereka melakukan aksi pembunuhan terhadap warga negara asing non muslim yang masuk ke negeri kita dengan jaminan keamanan. Mereka mengklaim : masuknya orang kafir ke Jazirah Arab hukumnya haram, maka membunuh mereka adalah jihad fi sabilillah (?!)

                 
                Perbuatan ini sangat bertentangan dengan dalil-dalil yang muhkam dalam al Kitab dan Sunnah yang sudah dipahami oleh para penuntut ilmu, dan diketahui oleh masyarakat awam :

  1. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melindungi dua orang musyrik harby yang telah diberikan perlindungan oleh Ummu Hani’. Beliau bersabda : Kami telah lindungi orang yang telah engkau berikan perlindungan”, riwayat al Bukhari dan Muslim dalam ash Shahiihain. Ulama menyimpulkan dari hadits ini bahwa jika seorang wanita muslimah memberikan jaminan perlindungan kepada seorang kafir, maka jaminannya sah dan wajib bagi setiap muslim melindunginya, karena ; Dzimmah (perlindungan) kaum muslimin adalah satu, diberikan oleh orang yang paling rendah sekalipun diantara mereka.
  2. Kaum muslimin telah ber-ijma’ tentang haramnya membunuh orang kafir mu’ahad tanpa hak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa membunuh seorang mu’ahad, dia tidak akan mencium bau surga. Dan sesungguhnya bau surga tercium dari jarak empat puluh tahun.
  3. Dari Rifa’ah bin Syaddad, ia berkata : Dahulu saya adalah pengawal al Mukhtar (yaitu al Mukhtar bin Abi Ubaid al Kadzdzab, yang mendakwakan kenabian). Ketika telah jelas kedustaannya, demi Allah aku sangat ingin menghunus pedangku dan memenggal lehernya, sampai aku teringat kepada sebuah hadits yang telah diceritakan kepadaku oleh ‘Amr ibnul Hamaq, ia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang memberi jaminan keamanan kepada seseorang, lalu dia membunuhnya, maka dia akan diberikan bendera pengkhianatan pada hari Kiamat. HR. Ahmad, an Nasa’i dan ath Thahawy dengan sanad yang shahih. Dalam redaksi lain yang diriwayatkan Imam Ahmad dan ath Thahawy dengan sanad yang hasan : Siapa yang diberikan kepercayaan oleh seseorang untuk menjaga darahnya, kemudian dia membunuh orang tersebut, maka aku berlepas diri dari pembunuhnya, walaupun yang terbunuh adalah seorang kafir. Dalam redaksi lain yang diriwayatkan Imam Abdurrazzaq dalam al Mushannaf : Siapa saja yang memberikan jaminan keamanan atas darah seseorang, lalu dia membunuhnya, maka sungguh telah terlepas dzimmah Allah dari pembunuh tersebut, walaupun yang terbunuh adalah seorang kafir 

               Barangkali saja Anda wahai pemuda yang mencintai Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bisa memahami hanya dengan melihat hadits-hadits diatas bahwa perbuatan orang-orang itu jelas-jelas menyelisihi dalil, menyelisihi amalan para Salaf. Orang yang mendakwakan kenabian al Mukhtar bin Abi Ubaid yang telah disepakati akan kekufuran dan murtadnya orang tersebut, namun seorang pembesar Tabi’in tidak berani membunuhnya walaupun dia memiliki kesempatan tersebut, dikarenakan dia telah tertarbiyah untuk selalu berhukum dengan dalil-dalil syar’i bukan dengan perasaan, tertarbiyah untuk menjauhi pengkhianatan. Jika saja seorang anggota al Qaedah menjadi pengawal al Mukhtar, niscaya dia akan langsung membunuhnya tanpa peduli, wal ‘iyaadzu billaah, sebagaimana yang mereka lakukan di Riyadh dengan membunuh orang yang memasuki negeri kita dengan jaminan keamanan atas diri dan hartanya. Apa yang akan kita ucapkan dihadapan Allah nanti? Apa yang akan kita ucapkan dihadapan sejarah ketika dia mencatat kita kaum muslimin dalam barisan pengkhianat? Maafkan kami. Siapa saja yang melakukan perbuatan tersebut, maka kami berlepas diri kepada Allah dan kepada seluruh manusia dari orang tersebut dan perbuatan buruknya.

Saudaraku... Anda bisa melihat bagaimana mereka meninggalkan dalil-dalil yang muhkam dan bersandar kepada dalil mutasyabih, bahkan kepada persangkaan! Apa kaitannya antara keadaan orang-orang musyrik yang tidak boleh menetap di Jazirah Arab dengan membunuh mereka dengan cara keji seperti itu? Hak apa yang membolehkan membunuh orang yang diberikan jaminan keamanan oleh kaum muslimin atau seorang dari kaum muslimin? Hak apa yang membolehkan membunuh dengan pengkhianatan? Sesungguhnya orang-orang Arab yang bodoh dalam kejahiliyahannya ternyata lebih baik dalam adabnya dan lebih setia dalam perjanjiannya daripada orang-orang tersebut, wa_llaahul_must’aan.

Aku mengajakmu untuk membaca tafsir Firman Allah :

إن الله يدافع عن الذين آمنوا إن الله لا يحب كل خوانٍ كفورٍ

“Sesungguhnya Allah akan membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat” [al Hajj : 38], dalam kitab al Jaami’ li Ahkaam al Qur’aan (XII/67) oleh Imam al Qurthuby (w. 671 H). 

Beliau berkata : ”Diriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang mukmin ketika jumlah mereka bertambah banyak di Mekkah, orang-orang kafir semakin keras siksanya, dan telah berhijrah orang-orang yang berhijrah ke Habasyah; ada sebagian orang mukmin di Mekkah yang ingin membunuh siapa saja yang memungkinkan untuk dibunuh dari orang-orang kafir secara diam-diam, dengan menggunakan tipu daya dan pengkhianatan. Maka turunlah ayat ini. Allah menjanjikan pembelaan dan melarang dengan pelarangan yang sangat jelas terhadap pengkhianatan”.



Bacalah ini wahai para pemuda, dan pereratlah hubungan kalian dengan para ulama senior dan orang-orang yang semisal mereka dari kalangan para penuntut ilmu pilihan. Jumlah mereka banyak alhamdulillah; Mufti Kerajaan Syaikh Abdul Aziz Aalu Syaikh, Syaikh Abdullah al Ghudayyan, Syaikh Muhammad as Subail, Syaikh Shalih al Fauzan, Syaikh Shalih Aalu Syaikh, Syaikh Abdul Muhsin al Obeikan, Syaikh Muhammad bin Hasan Aalu Syaikh, Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad, putranya Syaikh Abdurrazzaq, Syaikh Abdullah al Qar’awy, Syaikh Abdullah ar Rukban, dan masih banyak yang selain mereka. Berilah perhatian dengan penuh kesungguhan apa yang baik untuk diri kalian. Siapa yang obsesinya ibadah, maka bersungguh-sungguhlah dalam ibadah. Siapa yang obsesinya menuntut ilmu, maka bersungguh-sungguhlah padanya. Siapa yang obsesinya berdagang atau pekerjaan lainnya, maka jadilah profesional dalam pekerjaan tersebut.

Kaedah syar’i dalam akhlak mengatakan :  من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه    Termasuk kebaikan Islam seseorang, dia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya.

Kaedah ini wajib menjadi perhatian kalian. Siapa yang sibuk dengan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan terjatuh kepada bencana dan keburukan. Orang yang ikut campur dalam urusan para ulama sementara dia bukan seorang ulama, akan sangat banyak merusak. Demikian juga orang ikut campur dalam perkara memberi nasehat dan petunjuk kepada umat sementara dia bukan ahli dalam bidangnya. Orang yang ikut campur dalam perkara kepemimpinan dan kekuasaan sementara dia bukan seorang penguasa, maka dia akan merusak dan menghancurkan. Berkata al Hasan al Bashri : ”Termasuk tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba ketika Dia menjadikan kesibukannya dalam perkara yang tidak bermanfaat bagi dirinya”. Dan berkata Sahl bin Abdillah at Tustury : ”Barangsiapa yang sibuk dengan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya, maka musuhnya telah mendapatkan apa yang dia inginkan dari orang tersebut”.


Wa shallallaahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin.


Oleh :  Syaikh Abdusalam bin Barjas Alu Abdil Karim rahimahullahu
 

[Artikel yang ditulis dalam surat kabar “al Jazeerah”, Ahad, 17 Rabi’ul Awwal 1424, no. 11189. Diterjemahkan dengan sedikit ringkasan tanpa merubah makna dan maksud dari tulisan dalam situs www.islamspirit.com]

0 tanggapan:

Posting Komentar