Orang-orang yang percaya kepada wujud Shahib az-Zaman akan menjawab pertanyaan diatas dengan perkataan mereka, "Karena ada sebab yang menghalangi kemunculannya. Ketika sebab ini tiada, dia akan segera muncul."
Kemudian mereka menjelaskan sebab yang menghalangi kemunculan al-Mahdi dengan perkataan mereka, "Tidak ada sebab yang menghalangi kemunculannya kecuali ketakutan atas pembunuhan dirinya. Karena jika tidak demikian, maka dia tidak diperkenankan untuk bersembunyi. Dia juga menanggung beban dan penderitaan. Sesungguhnya tempat kediaman para nabi dan imam dimuliakan karena mereka menanggung beban dahsyat karena Allah."
Sejarah para leluhur al-Mahdi sudah diketahui banyak orang. Para leluhur itu berinteraksi dengan manusia dan mereka tidak pernah menakut-nakuti seorang pun dari manusia.
Orang-orang yang percaya kepada Imam al-Mahdi menyebutkan banyak riwayat. Mereka menyatakan dalam riwayat-riwayat tersebut bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersembunyi di Makkah pada awal dakwahnya karena takut terjadi pembunuhan terhadap dirinya. Dengan demikian, mereka menganalogikan bersembunyinya Imam al-Mahdi sama dengan bersembunyinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Diantara riwayat itu adalah apa yang diriwayatkan al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar (XVIII/176) dari Abu Abdillah, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merahasiakan dirinya di Makkah dengan bersembunyi penuh ketakutan. Beliau tidak menampakkan dirinya. Ali dan Khadijah bersamanya. Kemudian Allah memerintahkannya untuk menerangkan semua yang telah diperintahkan kepadanya. Maka beliau pun menampakkan dirinya dan urusannya tersebut."
Al-Majlisi juga meriwayatkan dalam Bihar al-Anwar (XVIII/177) dari Abu Abdillah, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tinggal di Makkah setelah sampai kepadanya wahyu dari Allah selama 13 tahun. Selama 3 tahun diantaranya bersembunyi penuh ketakutan, tidak menampakkan dirinya sampai Allah memerintahkan untuk menjelaskan segala yang telah diperintahkan kepada beliau, lalu beliau pun menampakkan dakwahnya."
Selain itu, terdapat banyak riwayat serupa yang berkesimpulan sama. Namun aku tidak menyebutkannya untuk mempersingkat pembahasan.
Yang pasti, ini adalah benar-benar analogi kontradiktif (qiyaas ma'a al-faariq), karena beberapa alasan :
Pertama, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak menyembunyikan dirinya dari pandangan dunia, tapi hanya berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Kedua, beliau ditemani beberapa orang seperti sang istri, Ali, dan yang lainnya. Sementara Imam al-Mahdi yang mereka yakini tidaklah demikian.
Ketiga, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika menutup diri sampai kemudian menampakkan dirinya di kemudian hari; pada fase itu beliau mempersiapkan dakwah dan juga mempersiapkan beberapa pengikut yang akan membantunya dalam berdakwah. Sedangkan Imam al-Mahdi, dia bersembunyi dan tidak memiliki pengikut. Jika kalangan Syi'ah Imamiyah adalah para pengikut Imam al-Mahdi, maka harap dimaklumi bahwa mereka adalah para pengikutnya sejak dia bersembunyi. Dan sekarang, penganut Syi'ah Imamiyah berjumlah jutaan. Apakah jumlah tersebut tidak cukup untuk memunculkan Imam al-Mahdi?! Sebab, dia pasti akan merasa aman dan bisa berjuang bersama pengikutnya.
Di sini aku menyatakan, bahwa suatu hari aku pernah menyaksikan sebuah acara televisi yang mendiskusikan persoalan eksistensi dan hakikat Imam al-Mahdi serta kisah persembunyiannya. Diskusi terjadi antara dua pihak; orang yang percaya akan wujud Imam al-Mahdi dan yang pihak lainnya yang tidak percaya pada sosok tersebut. Keduanya berasal dari Syi'ah.
Diantara berbagai komentar pihak yang tidak percaya akan persoalan ini, dia mengatakan : Seandainya kita menerima perdebatan tentang kebenaran berita dan riwayat seputar kisah Imam al-Mahdi dan penyebab persembunyiannya, maka sudah diketahui dari berita-berita ini bahwa penyebabnya adalah ketakutan dirinya apabila saat itu dia akan dibunuh oleh Bani Abbas. Tapi, mengapa Imam al-Mahdi sekarang tidak muncul di layar-layar televisi?! Kita saat ini berada di era satelit dan internet?! Atau minimal, dia menampakkan suara dan gambarnya melalui kaset video -sebagaimana yang dilakukan banyak tokoh politik yang berseberangan dan melarikan diri karena menentang pemerintah resmi di sebuah negara-, lalu menyerahkan rekaman tersebut ke tangan orang-orang yang dianggap dekat dengan dirinya. Dengan begitu, dia mampu membuktikan kepada dunia -dan juga orang-orang yang tidak mempercayai eksistensinya sedikitpun- bahwa dirinya bukanlah sosok khayalan, takhayul ataupun kebohongan; demi menegaskan semua yang dinyatakan oleh berbagai kabar dan riwayat.
@ Oleh Ali bin Muhammad al-Qudhaibi, "Rabihtu ash-Shahaabah wa Lam Akhsar Aala al-Bait".
0 tanggapan:
Posting Komentar