Hijrah ke Habasyah pertama kali terjadi pada bulan Rajab tahun kelima
setelah kenabian menurut pendapat banyak ulama.
Jumlah mereka yang berhijrah adalah 12 orang laki-laki
dan 4 wanita. Pemimpin mereka adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dan ikut besertanya juga istrinya, Ruqayyah putri Rasulullah ﷺ.
Ikut dalam
rombongan tersebut; Abu Salamah dan istrinya, Ummu Salamah; Abu Sabrah bin
Abi Ruhm dan istrinya, Ummu Kultsum; Amir bin Rabi’ah dan istrinya,
Laila; Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah dan istrinya, Sahlah bintu
Suhail; Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un, Mush’ab bin Umair,
Suhail bin al-Baidha’ dan az-Zubair bin al-Awwam. Sebagian besar mereka
berasal dari Quraisy.
Ketika
tiba di pantai Laut Merah, mereka menyewa sebuah kapal yang menyeberangkan mereka ke
tempat tujuan, dan berdiam di Habasyah dalam damai dan aman dari
penindasan orang-orang musyrik di bawah perlindungan seorang raja Nasrani yang
adil dan kemudian masuk Islam, an-Najasyi.
Termasuk shahabat yang berniat hijrah ke Habasyah adalah Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Ketika ia sampai di Bark al-Ghimad, ia berjumpa dengan Ibnu
ad-Daghinnah, penghulu suku al-Qârrah. Ibnu ad-Daghinnah bertanya, “Akan
kemana engkau, wahai Abu Bakr?”
Abu Bakr menjawab, “Kaumku telah mengusirku dan aku ingin berjalan di muka bumi agar bisa beribadah kepada Rabb-ku.”
Ibnu
ad-Daghinnah berkata, “Orang yang sepertimu tidak boleh keluar dan tidak
layak dikeluarkan. Engkau suka membantu orang yang susah, menjalin
silaturrahim, menanggung beban, menjamu tamu dan membantu dalam
kebenaran. Aku memberimu jaminan keamanan. Kembalilah, dan beribadahlah
kepada Rabb-mu di negerimu!”
Kembalilah
Abu Bakr bersama Ibnu ad-Daghinnah yang mengumumkan jaminannya untuk
Abu Bakr kepada Quraisy. Orang-orang Quraisy sepakat dengan jaminan itu
dengan syarat Abu Bakr beribadah dalam rumahnya dan tidak terang-terangan.
Waktu pun berlalu, dan mulailah Abu Bakr membaca al-Quran di halaman
rumahnya. Para wanita dan anak-anak berkumpul mengagumi bacaannya dan
memperhatikannya. Abu Bakr adalah seorang yang lembut dan mudah
menangis. Ia tidak akan sanggup menahan air matanya saat membaca
al-Quran.
Quraisy pun panik dengan kejadian itu dan meminta Ibnu
ad-Daghinnah untuk mencegahnya. Ibnu ad-Daghinnah memberikannya pilihan
untuk menyembunyikan ibadahnya atau mengembalikan jaminannya. Abu Bakr
akhirnya mengembalikan jaminannya dan berkata, “Aku kembalikan
jaminanmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah.”
Semoga Allah meridhainya, dan meridhai para shahabat Nabi ﷺ.
(Disadur dari as-Sîrah an-Nabawiyyah ash-Shahîhah, Dr. Akram Dhiya' al-'Umari)
0 tanggapan:
Posting Komentar