Sponsors

17 Januari 2016

Hijrah ke Habasyah

Hijrah ke Habasyah pertama kali terjadi pada bulan Rajab tahun kelima setelah kenabian menurut pendapat banyak ulama.

Jumlah mereka yang berhijrah adalah 12 orang laki-laki dan 4 wanita. Pemimpin mereka adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dan ikut besertanya juga istrinya, Ruqayyah putri Rasulullah ﷺ.

Ikut dalam rombongan tersebut; Abu Salamah dan istrinya, Ummu Salamah; Abu Sabrah bin Abi Ruhm dan istrinya, Ummu Kultsum; Amir bin Rabi’ah dan istrinya, Laila; Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah dan istrinya, Sahlah bintu Suhail; Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un, Mush’ab bin Umair, Suhail bin al-Baidha’ dan az-Zubair bin al-Awwam. Sebagian besar mereka berasal dari Quraisy.

Ketika tiba di pantai Laut Merah, mereka menyewa sebuah kapal yang menyeberangkan mereka ke tempat tujuan, dan berdiam di Habasyah dalam damai dan aman dari penindasan orang-orang musyrik di bawah perlindungan seorang raja Nasrani yang adil dan kemudian masuk Islam, an-Najasyi.


Termasuk shahabat yang berniat hijrah ke Habasyah adalah Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Ketika ia sampai di Bark al-Ghimad, ia berjumpa dengan Ibnu ad-Daghinnah, penghulu suku al-Qârrah. Ibnu ad-Daghinnah bertanya, “Akan kemana engkau, wahai Abu Bakr?”

Abu Bakr menjawab, “Kaumku telah mengusirku dan aku ingin berjalan di muka bumi agar bisa beribadah kepada Rabb-ku.”

Ibnu ad-Daghinnah berkata, “Orang yang sepertimu tidak boleh keluar dan tidak layak dikeluarkan. Engkau suka membantu orang yang susah, menjalin silaturrahim, menanggung beban, menjamu tamu dan membantu dalam kebenaran. Aku memberimu jaminan keamanan. Kembalilah, dan beribadahlah kepada Rabb-mu di negerimu!”

Kembalilah Abu Bakr bersama Ibnu ad-Daghinnah yang mengumumkan jaminannya untuk Abu Bakr kepada Quraisy. Orang-orang Quraisy sepakat dengan jaminan itu dengan syarat Abu Bakr beribadah dalam rumahnya dan tidak terang-terangan.

Waktu pun berlalu, dan mulailah Abu Bakr membaca al-Quran di halaman rumahnya. Para wanita dan anak-anak berkumpul mengagumi bacaannya dan memperhatikannya. Abu Bakr adalah seorang yang lembut dan mudah menangis. Ia tidak akan sanggup menahan air matanya saat membaca al-Quran.

Quraisy pun panik dengan kejadian itu dan meminta Ibnu ad-Daghinnah untuk mencegahnya. Ibnu ad-Daghinnah memberikannya pilihan untuk menyembunyikan ibadahnya atau mengembalikan jaminannya. Abu Bakr akhirnya mengembalikan jaminannya dan berkata, “Aku kembalikan jaminanmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah.”

Semoga Allah meridhainya, dan meridhai para shahabat Nabi ﷺ.
 
(Disadur dari as-Sîrah an-Nabawiyyah ash-Shahîhah, Dr. Akram Dhiya' al-'Umari)

0 tanggapan:

Posting Komentar