Sponsors

24 Juli 2012

Wasiat Kebaikan terhadap Para Wanita

Dalam hadits, “Berwasiatlah kebaikan terhadap para wanita, karena sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan sungguh yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian atasnya…”, dan seterusnya. Mohon penjelasan makna hadits tersebut beserta penjelasan tentang, “Yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya”.

******

Hadits tersebut adalah hadits shahih diriwayatkan oleh asy-Syaikhain dalam kitab ash-Shahihain dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

استوصوا بالنساء خيرًا فإنهن خلقن من ضلع وإن أعوج شيئ فى الضلع أعلاه، فاستوصوا بالنساء خيرًا

Berwasiatlah kebaikan terhadap para wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian atasnya. Maka berwasiatlah kebaikan terhadap para wanita.

 
Hadits ini adalah perintah terhadap para suami, ayah, saudara dan lain-lain, untuk berwasiat kebaikan terhadap para wanita, berbuat baik kepada mereka, tidak menzalimi, memberikan kepada mereka hak-haknya dan mengarahkan mereka kepada kebaikan. Itulah perkara yang wajib terhadap semua (laki-laki) dengan konsekuensi sabda beliau ‘alaihish shalâtu wassalâm, “Berwasiatlah kebaikan terhadap para wanita”. Hal ini tidaklah menghalangi keadaan mereka yang mungkin saja pada sebagian waktu akan bersikap buruk terhadap suami atau kerabat dengan lisan atau perbuatannya, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya. Telah dimaklumi bahwa bagian atasnya adalah yang paling dekat dengan tempat tumbuhnya tulang rusuk tersebut, dan pada tulang rusuk ada kebengkokan. Ini adalah perkara yang sudah diketahui.

Maknanya, mesti ada dalam akhlaknya sesuatu dari kebengkokan dan kekurangan. Karena itu, disebutkan dalam hadits yang lain dalam As-Shahihain :

ما رأيت من ناقصات عقل ودين أذهب للبّ الرجل الحازم من إحداكن

Aku tidak melihat yang lebih kurang akal dan agamanya, yang menghilangkan hati seorang laki-laki yang kuat, melebihi salah seorang dari kalian.

Maksudnya, itulah hukum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hadits ini shahih dalam kitab As-Shahihain dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurangnya akal” adalah sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian satu orang laki-laki. Adapun “kurangnya agama” adalah sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa seorang wanita berdiam beberapa hari dan malam tidak shalat, yaitu karena haid, dan demikian pula nifas; ini adalah kekurangan yang telah Allah tetapkan untuknya yang tidak ada dosa atasnya dalam perkara tersebut.

Selayaknya bagi wanita untuk mengakui perkara ini sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam walaupun wanita tersebut memiliki ilmu dan ketakwaan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berucap menurut hawa nafsunya. Hal itu datang darinya dengan perantaraan wahyu yang Allah wahyukan kepadanya dan disampaikannya kepada umat. Sebagaimana Allah ‘azza wa jalla berfirman :

والنجم إذا هوى، ما صل صاحبكم وما غوى، وما ينطق عن الهوى، إن هو إلا وحي يوحى

Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [QS. An Najm ayat 1-4]

(Majmû’ Fatâwâ wa Maqâlat Mutanawwi’ah asy Syaikh Abdil Azîz ibn Bâz rahimahullâhu, jilid V)

-------------------------

Sumber : http://islamqa.info/ar/ref/2665         

0 tanggapan:

Posting Komentar